Saat tersadar, Livia merasa tangan dan kakinya diikat, mulutnya disumpal. "Emm! Emmm!"
Ia berada di sebuah tempat, mungkin gudang bekas yang tidak terpakai. Hanya ada lampu yang kecil. Ia takut dan bingung. Apa yang terjadi? Kenapa ia bisa disini? Siapa yang melakukan ini padanya?
Dan jawaban itu terungkap saat ada lelaki kurus masuk. Ia mendekat dan memegang dagu Livia. "Finally, I found you Penelope."
Penelope? Siapa Penelope? Dia Livia! Sementara lelaki itu mengoceh, Livia mencoba mengingat perkataan Antonio.
"Saat dalam bahaya, perhatikan sekelilingmu. Tetap tenang dan cari senjata yang bisa dipakai untuk melindungi diri."
"Kalau kita diikat?" tanya Livia saat itu .
Antonio memasukkan lidah ke rongga dalam pipinya, "Gerakkan tanganmu sampai talinya kendor. Perlahan namun kuat. Saat tali terlepas, pegang tali itu , satukan tanganmu di belakang. Dan saat musuh mendekat, jadikan itu sebagai senjata."
Livia merutuk kesal. Tapi bagaimana kalau kakinya juga diikat?
Lelaki itu menatapnya dingin, "Did you hear me?"
Livia menggeleng.
Jawaban salah. Lelaki itu menamparnya. "Are you stupid?! You lied! You a liar! You said you'll be back after you've got him. But you leave me! You leave me!"
Livia menatapnya kesal. Dia ingin bilang bahwa orang itu salah orang. Tapi mulutnya tersumpal.
Lelaki itu mendengus tajam, "But, you're here. That's a one big mistake. You should never come back. Because you, police try so hard to found me. But now, you're here. You must pay."
Setelah mengatakan itu , ia mengeluarkan pisau lipatnya dan mengarahkannya ke wajah Livia. Tajamnya pisau membuat sedikit goresan di wajahnya. Ia memejamkan matanya kuat-kuat.
Di saat bersamaan....
Jakarta 03.00 am.
Suara barang pecah yang tiba-tiba terjatuh membangunkan Antonio dan Michael. Dolphie bangun dan turun. Antonio mengambil pistolnya. Ia menatap Michael saat tak ada suara gonggongan Dolphie, yang berarti tak ada orang. Menyalakan lampu, mereka melihat gelas Livia terjatuh.
Antonio mengambilnya. Ia menatap aneh pada gelas itu .
"Tak ada orang, tak ada angin. Tapi kenapa gelas ini terjatuh sendiri?"
Michael terdiam. Ia tahu maksud perkataan Antonio. Hanya saja, ia tidak berharap sesuatu yag buruk menimpa adiknya. Ia berjongkok dan memegang bahu Antonio.
"Jangan pikirkan. Aku takut apa yang kau pikirkan mungkin terjadi."
Antonio memegang salah satu pecahan. Ia mengepalkan tangannya erat, membuat pecahan itu terbenam dalam tangannya dan darah keluar dari sana.
"Aku takkan memafkan diriku kalau sampai terjadi sesuatu."
Michael mengangguk."Aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku akan menunggu kabar Livia. Basuh tanganmu Antonio. Kau takkan mau membohongi Livia saat melihat luka itu."
Diam-diam, Michael berbisik pelan saat Antonio pergi. "Ayah, ibu, tolong jaga Livia. Hanya dia yang kami punya sekarang."
London
Livia meringis kesakitan saat lelaki itu melukai tangannya perlahan. Jelas lelaki itu mempunyai masalah kelainan jiwa. Ia menyayat tangan Livia perlahan. Juga melukai kakinya. Kepalanya berkunang-kunang, ia tidak fokus saat melihat. Lelaki itu memukul punggungnya. Membuat ia menjerit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)
Historical FictionLivia Larodi, si bungsu dan wanita satu-satunya dalam keluarga, pergi ke Inggris untuk membuktikan pada kedua saudaranya bahwa ia mampu mandiri tanpa mereka. Sayangnya, di perjalanan ia kehilangan semua barangnya. Keesokan harinya, ia menemukan diri...