Setelah pengakuan mendadak yang Raphael lontarkan pada Livia, wanita itu tak bisa tidur setelahnya. Ralat, mereka tak bisa tidur. Bagaimana bisa, kalau Livia tersenyum sepanjang malam seperti orang gila sementara Raphael memfokuskan dirinya menatap detail ukiran?
Tapi mereka tak mau menjauhkan dirinya meski suasana terasa sesak. Raphael berbaring dan membiarkan kepala Livia ada di dadanya saat wanita itu berbaring menyamping dan menaruh tangan di perut lelaki itu.
"Perutmu sedikit kurusan," ucap Livia membuka topik.
Raphael tersedak menahan tawanya. "Apa itu pujian?"
"Anggap saja begitu. Apa kau dulu pernah memiliki badan bagus atau dari dulu kau seperti ini?" tanya Livia penasaran.
"Dulu badanku memang bagus, lebih bagus dibanding kakakmu."
Livia menatap tak percaya apalagi melihat perut lelaki itu yang menongol. Bukannya ia tak suka yang sedikit buncit tapi, setiap hari ia melihat bagaimana Michael dan Antonio menjaga penampilan.
Katakan saja kalau Livia merasa sedikit risih melihat perut buncit Raphael. "Lalu kenapa ototnya hilang?"
"Aku tak lagi berkuda atau memeriksa aset-asetku. Dulu aku suka sekali bepergian, itu sebabnya badanku bagus," jawabnya enteng.
"Lalu kenapa diganti lemak?"
Raphael ingin menjawab karna Penelope. Sejak wanita itu meninggalkannya, ia tak lagi pergi kemanapun. Ia hanya diam di dalam rumahnya, mabuk-mabukan dan membiarkan orang lain mengelola kekayaannya.
Tapi ia tahu jawaban itu akan menghapus senyum Livia dan Raphael, bagaimanapun juga ia masih seorang Duke. Bangsawan. Lelaki beradab. Jadi ia menjawab, "Aku banyak minum."
"Lalu kapan kau mau mengganti semua lemakmu dengan otot?"
Raphael menjauhkan wajah saat menarik sebelah alisnya menatap Livia. "Kenapa aku punya perasaan kau tak suka bentuk tubuhku?"
"Kenapa? Apa kau mau selamanya buncit? Aku saja tetap menjaga penampilanku." jawab Livia bangga.
Aku tahu, aku sudah melihat hasil kerja kerasmu, balas Raphael dalam hati.
"Secepatnya," jawab lelaki itu datar.
Livia memutar mata tak percaya. Kembali suasana mulai menganggantung saat taka ada yang berbicara. Lalu tiba-tiba ia teringat sesuatu dan membuatnya menggigit bibirnya sendiri.
"Raph?" mulainya ragu-ragu.
"Hmm?"
"Aku mau menanyakan sesuatu, tapi bisakah kau jujur?" Livia tampak takut.
Lelaki itu mengangguk pelan. "Aku akan jujur."
"Kau tak akan bohong kan?"
"Tidak. Apa yang mau kau tanyakan?"
"Bersumpahlah kau tak akan bohong," desak Livia.
Raphael membentuk jarinya hingga menyerupai angka lima dan menatap langit-langit. "Aku bersumpah tak akan berbohong. Sekarang tanyakan."
Livia menarik nafas beberapa kali sementara wajahnya tampak memerah memikirkan pertanyaan di otaknya. "Kau kan memintaku menunggu dan tak akan melepasku pergi kan?"
"Lalu?" Raphael mengerutkan dahi tak sabar.
"Mulai sekarang kita resmi pacaran kan?"
Raphael menatapnya tak percaya, tak menyangka Livia akan melontarkan pertanyaan sebodoh itu. "Tentu! Kau memintaku jujur dan bersumpah karna pertanyaan konyol itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)
Historical FictionLivia Larodi, si bungsu dan wanita satu-satunya dalam keluarga, pergi ke Inggris untuk membuktikan pada kedua saudaranya bahwa ia mampu mandiri tanpa mereka. Sayangnya, di perjalanan ia kehilangan semua barangnya. Keesokan harinya, ia menemukan diri...