16. FEARNESS

20.8K 2.1K 46
                                    

Raphael bermimpi hal yang paling tak ia ingin ingat sepanjang hidupnya. Hari saat ia pergi ke Katredral.

Raphael memakai jas putihnya dengan senyum mengembang saat ia berdiri di depan cermin besar, sementara Leon, duduk di belakangnya sambil menekuk lutut.

Raphael berbalik menatapnya, cemas dan penuh harap. "Aku tak akan meneteskan air liurku di depan ratusan orang kan?"

Leon, terkekeh geli sambil balas menatap kasihan. "Kau tak akan gila sebelum malam pertama kan?"

"Aku takut akan meremas tangan Penelope nanti."

"Kau tak akan. Dan kalau kau melakukannya, ingat saja dimana kau tidur malam ini."

Kedua lelaki itu tertawa sebelum Raphael membuka pintu dan keluar dari kamar hotelnya. Ia dan Leon bercanda sembari memasuki mobil, yang siap mengantarnya ke Katredral.

Mimpi itu dengan cepat membawa Raphael ke altar Katredral. Entah sudah berapa lama Raphael menatap jam tangannya cemas, tangannya bertaut sementara Leon menepuk bahunya.

"Tenanglah. Penelopemu akan segera kemari. Mungkin ada kemacetan," ucapnya setelah 15 menit belum ada kabar apapun.

Lalu mereka mendengar suara nyaring memasuki aula dan sama-sama melihat Rachel, dengan kepangan rambutnya dan gaun panjang warna gading, berlari menatap mereka panik sembari mengangkat ujung gaun.

Para tamu kini menatap Rachel penasaran saat gadis itu menatap kakaknya cemas.

Raphael memegang lengan adiknya, menatap bingung. "Ada apa Rach? Kenapa kau berlarian?"

Rachel menarik nafas tegang, menatap liar sebelum berbisik pelan. "Pene hilang."

"Hilang?" beo Raphael tak paham.

"Aku... dia meminta waktu sebentar, hanya sebentar untuk sendiri. Lalu aku pergi. Aku bersumpah aku hanya ke toilet dan.. dan dia hilang."

"Hilang...?" Raphael seperti boneka rusak yang mengulang kata itu.

"Kau yakin? Mungkin Penelope hanya di toilet atau kau lupa sesuatu?" tanya Leon memastikan.

Rachel menggeleng kalut. "Aku sudah mencari semua tempat. Tapi...dia tak ada. Pene hilang."

Raphael berlari, melewati adiknya dan mengabaikan bisikan para tamu yang mendengar berita perginya Penelope.

Raphael berlarian di sepanjang jalan, ke tempat dimana Pene menginap. Ia sampai dengan nafas terengah-engah. Ia harus tahu! Raphael harus melihatnya sendiri.

Jadi disinilah ia, membuka pintu kamar Penelope, dan tak menemukan apapun.

"Pene! Penelope!" teriaknya sambil membuka setiap pintu. "Penelope!!" serunya lebih keras. Lalu Raphael, melihatnya. Sebuah kertas berwarna putih yang terlipat ada di atas meja.

Raphael meraupnya, membaca cepat dan matanya bergerak liar tanpa arah. Ia mendengar Leon datang dari belakang, menatapnya terluka.

"Kenapa?" bisiknya.

Leon menelan ludahnya. "Aku akan mencarinya," pikirnya saat ia kira Raphael bertanya mengapa Penelope menghilang.

Tapi lalu Raphael meninjunya, membuat Leon tersungkur beberapa meter. "Sialan kau Raph! Ada apa?!"

"Tanyakan pada dewa kematian!" raungnya sambil menerjang dan mencekik leher Leon.

***

Livia bangun tengah malam saat ia merasa haus dan menuruni tangga dengan piyama pororonya. Wanita itu menggaruk asal rambutnya dan ia bersiap kembali ke dalam kamarnya saat mendengar suara.

Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang