13. LOVE??

26.9K 2.3K 81
                                    

Bagai disambar petir, Livia kini yang melongo.

Apa? Apa ia tak salah dengar? Raphael berkata baiklah??

Tapi sangat jelas mata Raphael menunjukkan bahwa apa yang ia katakan tak salah dan ia juga tidak mabuk!

Livia menatapnya lama sebelum bersuara, "Kenapa? Alasan apa?"

Raphael mengangkat bahunya santai, "Karena hanya peraturan. Lagipula sepertinya itu cara yang bagus."

Datarnya suara Raphael dan sikap cuek lelaki itu mengoyak hati Livia. Apalagi saat ia ingat bahwa ia sedang membuatkan syal bagi Raphael. Apa yang ia simpan selama ini serasa membludak dan hatinya hancur.

Tapi Livia bertahan di batas keputusasaannya. Ia tersenyum datar dan berdoa agar pertahanannya stabil, "Baiklah. Tapi langkah pertamaku sebagai calon istrimu, aku tak ingin mendengar bahwa kau baru saja menjadi pembunuh. Aku tak ingin mengalami nasib sepertimu."

Sindiran halus itu membuat Raphael maju dalam tiga langkh panjang. Mata dinginnya menatap Livia dan untuk pertama kalinya, ketakutan merambati Livia. 

"Hanya kalau kau setuju kita akan bercerai sebelum kau pulang."

Mata indah Livia membelalak.

Cerai? Cerai?! Demi Tuhan, ia akan menjadi janda!

Tapi saat melirik ke depan, dari celah bahu Raphael dan melihat hanya itu satu-satunya cara Leon dan Rachel bersama, ia mengangguk. "Dan aku ingin kau merestui hubungan mereka."

Raphael menggeleng tegas, "Tidak akan."

"Kalau begitu aku takkan mau diceraikan. Dan aku yakin, kakak-kakakku akan datang saat tahu aku akan diceraikan."

"Mereka takkan diterima."

"Akan diterima," ralat Livia. "Aku, takkan membiarkanmu mengusir mereka, meski aku yakin takkan ada kesulitan bagi mereka tinggal di sini atau tempat mana pun. Aku akan bercerai denganmu asalkan kau mau mengatakan 'ya' untuk hubungan mereka."

"Dengar woman, kau..."

"6 bulan," potong Livia. Ia menelan pil kesedihannya dan mengutakan diri tentang keputusannya, "Dalam 6 bulan, kita akan bercerai. Pernikahan ini akan dirahasiakan sehingga kalau Penelope atau orang lain selain yang ada disini, takkan tahu hal itu."

Raphael menatapnya dalam sebelum mengangguk, "Enam bulan."

Dan disitulah akhir kekuatan Livia. Gadis itu pergi dari sana dan berjalan cepat membuka pintu. Air matanya mengalir tepat saat para pelayan melihatnya. Ia mengangkat sebelah tangan saat Sophie hendak berbicara dan dengan cepat menaiki tangga.

Menutup pintu, ia menguncinya dan bersandar disana. Air matanya menurun dengan deras. Ia takkan menyesal membuat keputusan ini, tidak. Tapi ia menyesal karena diam-diam ia mulai menyukai Raphael dan mengira bahwa Raphael mulai tertarik padanya.

***

Setelah Livia pergi, Raphael terdiam disana. Ia mengusir adiknya dan Leon dan langsung diantar pulang. Apa yang ia pikirkan sebenarnya? Bukankah ini cara yang bagus untuk nama baik Livia? Tapi kenapa gadis itu tampak terpaksa? Apa ia tidak menginginkan Raphael?

Apa hanya Raphael yang menginginkannya seorang? Ia sendiri tak tahu kenapa ia menginginkan Livia. Tapi perasaan itu begitu kuat untuk ia lawan. Saat ia berpikir bahwa mungkin membebaskan perasaan itu untuk keluar dengan sendirinya, ia salah besar. 

Sejak ia mencium Livia, ia ingin merasakan rasa itu lagi. Ingin membujuk Livia untuk meyakinkan gadis itu bahwa mereka memiliki perasaan yang sama, saling tertarik satu sama lain.

Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang