Eng ing engg wkwkw judulnya seru ye sebelum badai 🙏 wkwkw seperti yg aku katakan di part sebelumnya, Pene akan datang tadaaaa 👹 wkwkw
Dan yes, Livia will cry everyday i'll make sure that 👿👿
Kalo ditanya knp jgn salahin aku wkwk 👻👻 aku baek malah ngekabulin permintaan kalian biar si Livia ninggalin Phael wkwk
Okelah ini ceritanya, beware Luv 👻
____________________________________
6 bulan genap akhirnya Livia tinggal bersama lelaki itu. Ia memandang Raphael yang mengoleskan kuning telur mata sapi ke rotinya.
Suaminya, cintanya dan...seorang Duke. Tak pernah Livia bermimpi atau mengkhayalkan bahwa suatu hari ia akan menjadi seorang Duchess, bangsawan Inggris.
Ia penasaran apakah mungkin Raphael masih mengingat janji mereka saat kecil dulu. Berpikiran seperti itu, Livia bangkit berdiri dari kursi dan pergi ke dapur.
Ia membuka kulkas, menarik keluar eskrim hijau rasa green tea yang sengaja kemarin ia beli dan menyedoknya saat menaruh eskrim itu di mangkok.
Livia menatap eskrim itu penuh gembira saat ia bergegas keluar. Ia menaruh eskrim dengan sengaja di depan pandangan Raphael, membuat lelaki itu mengerutkan dahinya saat menatap Livia yang kembali duduk di depannya.
"Apa ini?" tanya Raphael bingung.
"Es krim rasa green tea," jawabnya semangat.
"Aku tak paham."
Livia tetap tersenyum lebar. "Coba kau makan. Mungkin kau akan mengingat sesuatu?"
Raphael menarik alisnya tinggi saat ia menatap mata Livia yang penuh semangat. Ia menyingkirkan piringnya, menyedok sesuap lalu mengangguk-angguk. "Enak. Lalu?"
Livia akhirnya tak sabar. Jadi ia kembali berdiri dari kursinya, mendekati Raphael saat duduk di sampingnya dan mendesak lelaki itu. "Apa kau tak mengingat hal tentang eskrim mungkin?"
Raphael menatap Livia lama, ia menaruh sendoknya di piring saat berbalik menghadap Livia. "Apa yang mau kau tanyakan Livi? Apa yang mau kau tahu dariku sebenarnya?"
"Tak ada artinya aku mengatakan padamu kalau kau tak mengingatnya," jawab Livia cemberut.
Raphael berdecak geli. Ia menaruh kedua tangannya di pegangan kursi milik Livia saat memutar kursi itu, menariknya mendekat sehingga kedua lutut mereka saling bertemu.
"Katakan," bujuknya.
Livia selalu merasa luluh saat ditatap oleh mata itu. Mata yang seakan bisa menembus kedalam hatinya.
"Ti-dak."
"Kenapa tidak? Apa aku ada berbuat salah?" tanyanya lagi sambil mendekatkan wajahnya.
Livia menahan laju wajah Raphael dengan tangannya yang memegang pipi lelaki itu.
"Kau sungguh-sungguh tak mengingatnya? Apakah eskrim ini tak membuatmu mengingat sesuatu?"Raphael menggerakkan kepalanya ke kiri dengan penasaran. Ia akhirnya memegang tangan Livia dengan tangannya sendiri saat menurunkan tangan Livia.
"Ada apa? Ada sesuatu yang membuatmu khawatir?" tanyanya lembut.
Apa hanya aku yang mengingatnya? Apa kau tidak mengingatnya?
"Apa saat kecil kau pernah jatuh dari kuda?" tanya Livia tiba-tiba.
"Hah?"
"Apa kau amnesia saat kecil? Maksudku, demam? Atau sesuatu yang membuatmu lupa?"
"Aku selalu sehat sejak kecil," jawab Raphael bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)
Historical FictionLivia Larodi, si bungsu dan wanita satu-satunya dalam keluarga, pergi ke Inggris untuk membuktikan pada kedua saudaranya bahwa ia mampu mandiri tanpa mereka. Sayangnya, di perjalanan ia kehilangan semua barangnya. Keesokan harinya, ia menemukan diri...