Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamel termenung menatap lurus kedepan melihat pemandangan hutan malam yang begitu mencekam. Tiba-tiba saja sebuah tangan melingkar pada pinggangnya membuatnya spontan membalikkan badan dan menendang perut si pelaku.
"Arghh, kau ganas sekali sweety.."gumam Nathan yang memegangi perutnya
Kamel memutar bola matanya jengah. Ia muak mendengar panggilan Nathan untuknya itu menjijikan sekali. Sementara Nathan dalam hatinya ia tak berhenti mengucapkan terimakasih kepada takdir yang telah mempertemukannya dengan gadis seganas Kamel. Walaupun sulit menaklukannya namun, Nathan menikmatinya.
"Pergilah, aku muak melihat wajahmu!" perintah Kamel membelakangi Nathan
Nathan terkekeh lalu mendekati Kamel. Untuk kali ini Kamel diam saja tidak menghindari Nathan seperti biasanya.
"Benarkah kau muak? Aku akan pergi berperang dan jika sesuatu terjadi padaku mungkin saja kau akan merindukanku" jawab Nathan menaikkan sebelah alisnya menggoda Kamel
"Aku akan bersujud syukur jika kau lenyap dari muka bumi ini. Itu yang sangat aku nantikan" balas Kamel dengan menyipitkan matanya menatap Nathan
"Yapp, dengan senang hati aku akan menunggu!" Kamel memalingkan wajahnya
Nathan pun kembali terkekeh lalu mengelus lembut rambut panjang Kamel. Kamel entah mengapa memejamkan matanya lalu ia malah memeluk Nathan erat membuat lelaki itu dilanda keheranan.
"Kembalilah dengan selamat" bisik Kamel lalu mengecup lembut pipi Nathan
Nathan menyunggingkan senyumnya lalu membalas pelukan Kamel tak kalah eratnya. Ternyata begitu mudah membuat gadis ganas ini jatuh hati padanya. Nathan pun tak menyangka akan terjadi secepat ini.
"Apapun demi kamu akan aku lakukan. Tunggu aku sweety..." bisik Nathan sambil mengecup dahi Kamel membuat gadis itu merona
Kamel melepaskan pelukannya lalu meninju lengan Nathan cukup kuat menyebabkan lelaki itu meringis.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Nathan mengusap lengannya
"Jika kau kembali dengan tubuh kaku aku akan membencimu selamanya!"kata Kamel
Nathan terkekeh lalu menatap Kamel dengan pandangan meremehkan. Tadi gadis itu berkata dengan senang hati akan menunggu mayat Nathan namun kini ucapan gadis itu sudah berbeda lagi. Memang wanita itu sangatlah labil.
"Baiklah, aku harus pergi dan kau jangan pernah meninggalkan kastil ini. Mengerti?" tanya Nathan membingkai wajah Kamel
Kamel hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Nathan pun tersenyum lalu menggandeng tangan Kamel dan membawanya melesat.
Sedangkan keadaan dibawah...
Kamel seketika mematung menatap seseorang yang kini berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri. Rasa penyesalan itu perlahan hinggap dalam hatinya. Menatap perubahan penampilan dan juga aura yang terjadi pada gadis itu membuatnya merasa begitu sangat bersalah.
"Allea, akhirnya kau kembali" ucap Nathan masih dengan menggenggam tangan Kamel
Allea hanya tersenyum dan pandangannya beralih menatap gadis yang berada disamping Nathan. Dirinya cukup terkejut melihat sepupunya yang kini nampak tlah sedikit jinak. Biar bagaimanapun Kamel memperlakukannya mereka tetaplah saudara.
Ingin sekali Allea berlari dan membelai sayang wajah Kamel yang kini nampak lebih cerah. Namun keadaan kini sedang tidak mendukung dirinya tak bisa bertele-tele disini. Mereka harus segera pergi kekastil keluarga Athaya.
Rasanya Allea ingin sekali berlama-lama ditempat ini. Menceritakan kepada semua orang yang berada diruangan ini apa saja hal yang telah terjadi selama dirinya menghilang. Namun kembali lagi waktunya tak banyak. Dirinya ingin sekali mengucapkan banyak terimakasih untuk Abraham dan Catthy yang telah merawatnya selama dirinya lupa ingatan.
Allea ingin sekali kembali berkumpul bersama para sahabatnya Andrian dan Adriana. Mengobrol tak ingat waktu apapun mereka bicarakan namun kini keadaan tlah berubah. Waktunya tak lagi sama. Keadaannya tak lagi serupa.
"Senang bertemu dengan kalian semua tapi, sayang waktuku tak banyak. Terimakasih atas semuanya, maaf jika selama ini aku merepotkan kalian" kata Allea menatap satu persatu orang-orang yang berada diruangan itu
Adriana sudah tak dapat lagi membendung air matanya. Ia ingin sekali memeluk sahabatnya itu tapi mungkin saja Allea akan menolaknya karena kini ia baru saja mengetahui jika Allea bukan lagi Allea yang sama seperti dulu mereka mengenalnya. Waktu telah merubah Allea sedemikian rupa.
Alaric dan Ranxa pun sempat tak menyangka dengan yang mereka lihat sekarang. Putrinya tlah berubah seperti dirinya. Semua memang tak lagi sama.
"Kembali lah dengan membawa kemenangan!" ucap Kamel menatap tajam Allea seolah dalam tatapan itu dirinya memberi semangat yang tersirat untuk Allea
"Hahaha, tentu saja" jawab Allea tenang
Tiba-tiba saja Firly membuka suara. Membuat semuanya memasang kembali wajah panik dan khawatir.
"Kita harus cepat! Bryan dalam bahaya" kata Firly sambil memejamkan matanya
Seketika wajah Allea kembali pias. Dirinya merasakan hantaman yang begitu menyakitkan pada hati dan pikirannya.
"Ayo kita pergi!" teriak Allea langsung melesat tanpa berpamitan terlebih dahulu
Wajar saja kini matenya tengah dalam bahaya. Semua pun berubah menjadi cemas dan suasana semakin menegang.
"Aku pergi dulu, dan ingat jangan pergi keluar kastil" ucap Nathan pada Kamel Kamel mengangguk lalu memeluk Nathan sekilas. Abraham dan Catthy tersenyum senang melihat Kamel dan Nathan yang menjadi dekat seperti itu.
"Ku mohon jika kami tak kembali jaga keluarga ini" kata Alaric pada Raja dan Ratu Louis
"Itu sudah menjadi tugas kami. Semoga lancar..."jawab Raja Louis
Mereka semua pun pergi kecuali Adriana, Andrian, Abraham, Catthy, Kamel dan Raja Ratu Louis.