Liebling

362 8 0
                                    

Seandainya cinta ini tak pernah terjadi
Takkan ada air mata dan hati pedih terluka

(Ari Lasso)

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _


"Dimas ?? Ngapain kamu disini ?" tanya Karenina yg menoleh ke arah lelaki itu. Ia masih terus memantau keadaan pasiennya di dalam ICU.

"Aku diminta untuk bantu kamu menangani pasien gangguan syaraf."

"Kenapa kamu ??" tanya gadis itu heran.
"Bukannya kemarin aku minta bantuan Dokter Haris, yaa ??"

"Ya, Dokter Haris lagi ada pelatihan di Singapura. Jadi aku ditunjuk untuk menggantikan beliau.."

"Oke kalau gitu.. Ada beberapa yg mau aku diskusikan sama kamu."

"Oke.. Kita mau diskusi dimana ??"

"Aku selesaikan observasi aku dulu yaa.. Baru, kita ke ruang HCU* untuk ngecek keadaan pasiennya lagi.."

"Well, i see.. Let we do it now !!"

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _


"Halo, Pak Hendra.. Gimana kabar bapak hari ini ??" tanya Karenina ramah.

"Sedikit lebih baik.." jawab lelaki setengah baya itu lemah.

"Saya cek keadaan bapak sebentar yaa.."
Gadis itu memeriksa denyut nadi, detak jantung, ukuran dan reaksi pupil mata terhadap cahaya, tekanan darah, suhu tubuh, hemoglobin, dan terakhir kemampuan koordinasi tangan dan kaki.
Lalu gadis itu menggoreskan bolpointnya pada halaman kertas laporan observasi yg dibundel pada papan klip.
"Okee.."kata gadis itu ceria.

"Jadi, Dimas.. Pak Hendra ini, sudah menjalani operasi kraniotomi, karena setelah CT Scan beberapa minggu lalu, kami memutuskan untuk memasang  monitor tekanan intrakanial.."

"Apa kalian menemukan tanda pendarahan di otak pasien ??"

"Yep.."
"Dan yg buat kami bingung, pasien sering mengalami perubahan tingkat kesadaran."

"Keadaan pasien sering mengalami fluktuasi ??"

"Yes.."
"Dan terpikir sama aku, untuk ngelakuin pemeriksaan MRI. Gimana menurut kamu ??"

"Aku juga mau menyarankan hal itu. Kapan bisa dilakukan ??"

"Sore ini."

"Oke, go ahead.. Setelah itu, kita bisa ambil tindakan medis selanjutnyaa.."

_ _ _ _ _ _ _ _


Gadis itu melirik arloji yg melingkari tangan kirinya. Jam 5 sore. Iapun menyeret kakinya menuju ruangannya untuk mempelajari hasil MRI dari Pak Hendra. Ia memijat pelipisnya, sesaat setelah ia menjatuhkan diri ke kursi kerjanya. Ia berusaha memusatkan perhatiannya pada hasil MRI di hadapannya.

"Dimas ??"

"Kamu mikirin apa sih, sayangku ?? Daritadi aku ketuk-ketuk pintu, tapi nggak ada respon.."

"Masa' sih ?? Sorry kalau gitu, aku nggak denger.."

"Aku kesini mau tahu hasil MRI pak Hendra.."

"Oh, jadi gini.. Pak Hendra itu mengalami fraktur tengkorak. Dan karena itu, selaput otaknya sedikit robek, sampai akhirnya, bakteri masuk. Dan aku mempertimbangkan untuk memberi antibiotik."

Yang (Ter)LewatkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang