Keringat membasahi dahi Anita, wajahnya memerah karena terkena teriknya sinar matahari, tangan kanannya membentuk hormat, ia berdiri di bawah bendera berwarna merah putih yang sedang berkibar.
Anita dihukum karena tidak mengerjakan PR.
Sementara murid kelas X IIS-II dan X MIA-IV sedang menjalani kegiatan olahraga, tepat saat Anita dihukum.
Brugh
"Aw," ringis Anita, ia memegang bagian kepala bekalangnya, lalu menoleh ke belakang untuk mencari tahu siapa yang dengan payah melempar bola basket hingga mengenai kepalanya.
Ternyata dia adalah salah satu dari ketiga laki-laki menyebalkan yang Anita temui di kantin kemarin, laki-laki itu adalah orang yang kemarin membawakan makanan kedua temannya, bukannya minta maaf malah menertawai Anita. "Makanya jangan berdiri di situ, kena kan jadinya."
"Gini nih orang jaman sekarang, udah salah gengsi banget minta maaf."
"Woy! Gab! Bolanya mana?" teriak temannya yang lain.
Laki-laki itu menoleh kemudian melempar bola tersebut ke sekumpulan teman-temannya yang sedang bermain basket melawan anak kelas dua belas.
"Terus lo ngapain masih di sini?" Anita memerhatikan laki-laki yang jaraknya beberapa langkah di hadapannya ini dengan pandangan paling menyebalkan yang Anita punya.
"Lo sendiri, kenapa masih nengok ke arah gue? Seharusnya kan liat bendera."
"Ya suka-suka gue lah," Anita membalikan tubuhnya ke depan, lalu kembali pada posisi awal.
Laki-laki itu-- Gabriel, membuang napas kasar, mulutnya terbuka ingin mengucapkan sesuatu sambil memandangi punggung Anita, "maaf, ngga sengaja tadi."
Katanya sangat pelan, bahkan Anita tidak mendengarnya, lalu kembali melanjutkan permainan.
***
Anita terus menerus mengelap keringatnya, rasanya sangat lama sekali jika dihukum, padahal kalau di dalam kelas, waktu terasa begitu cepat
"Nih, buat lo."
Anita menoleh ke sampingnya, seseorang menyerahkan botol air minum serta satu bungkus tisu. Anita melihat wajah orang itu, namun ia tidak mengetahui orang yang berdiri di sebelahnya.
"Lo siapa, ya?" posisi Anita sudah berubah, kini tidak lagi menghadap pada tiang bendera, melainkan pada orang di sebelahnya.
"Terima aja, tadi gue beli ini," orang dengan kacamata itu menyerahkan barang yang dibawanya.
"Kenapa kasih ke gue?" Anita mengangkat satu alisnya, ia mengerutkan dahi menatap laki-laki yang bahkan tidak ia kenal sama sekali, namun orang ini memakai baju olahraga, jika dilihat dari penampilannya, sepertinya dia bukan kakak kelas Anita, melainkan anak kelas sepuluh.
"Ya ngga papa, terima aja, airnya ngga gue kasih apa-apa kok, buktinya masih disegel, nih," laki-laki itu membukakan air mineral tersebut lalu menyerahkannya pada Anita.
Tanpa basa-basi, orang itu berlalu dari pandangan Anita kemudian berjalan menaiki tangga.
"Baik bener tuh orang," Anita membuka tisu yang baru saja diberikan padanya, kemudian membasuh keringat yang membasahi dahi serta bagian lehernya.
Ia minum air tersebut hingga tersisa setengah, kemudian melirik jam tangannya, dua puluh menit lagi hukumannya akan berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Teen FictionAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...