Sinar matahari pagi menembus celah-celah jendela, membuat orang yang terkena cahanyanya mengerjapkan mata, sadar sekarang sudah pagi hari. Ia menggeliat sebentar, merentangkan tangan dan kakinya, lalu mengambil kunciran rambut berwarna hitam yang selalu ia letakkan di atas nakasnya, rambutnya ia ikat asal, kemudian berjalan ke kamar mandi.
Orang itu-- Anita, menatap dirinya di pantulan cermin yang ada di kamar mandinya, membasuh wajahnya dengan air, dan kembali ke luar dari kamar mandi itu.
Ia berjalan ke luar kamar dan menuruni tangga, seperti biasa; sepi. Mang Arip sedang mengurus tanaman di taman kecil milik Ibu Anita, sementara Bi Eroh sepertinya sedang memasak.
Dan seperti biasa, Ibu Anita, pergi bekerja, berangkat amat pagi, dan pulang setelah Anita tertidur lelap, selalu seperti itu.
Anita menghela napas, bosan dengan kehidupannya sekarang, yang sangat berbanding terbalik dengan dulu. Ia duduk di sofa yang ada di ruang tamu, lalu menyalakan televisi yang berada beberapa meter di depannya dengan menggunakan remote TV.
Anita terus memencet tombol-tombol yang ada di remote itu, tanpa tertarik, wajahnya datar, ia memutuskan untuk kembali mematikkan televisi tersebut.
"HP gue mana," gumam Anita pada dirinya sendiri. "Oh, iya, masih di kamar." Ia menepuk jidatnya pelan.
Anita segera berdiri dan menaikki tangganya cepat, lalu kembali menuju kamarnya dan mengambil ponselnya. Ia melihat layar ponselnya, ada dua miss calls dari Malvin, serta satu pesan yang belum terbaca.
Dan pesan tersebut, juga dikirim oleh Malvin, Anita mengerutkan dahinya, hingga kedua alisnya menyatu, karena membaca pesan dari Malvin.
Udah tidur ya? Selamat malam.
Anita tidak mengetahui bahwa Malvin bisa mengucapkan, ralat-- maksudnya mengirimi pesan seperti ini padanya, Anita menambahkan kontak Malvin, lalu menamainya 'Malvin'.
Ia tidak membalas pesan singkat Malvin, kemudian me-scroll up semua kontak yang ada di ponselnya, ia menekan kontak Fina, menunggu Fina mengangkat teleponnya.
"Hallo, Nit, kenapa?" tanya Fina dengan cepat.
"Gue main ke rumah, ya?" pinta Anita.
"Tapi nanti Eki juga mau ke sini, ngga papa?"
Anita berpikir sejenak, ia merasa tidak enak jika ada orang yang tak dikenalnya, namun untuk sekarang, ia sungguh merasa amat bosan. "Ngga papa, deh, gue siap-siap ya, Fin, setengah jam lagi, gue ke sana."
"Buru."
"Iya." Anita mematikan sambungan telepon, kemudian bersiap-siap untuk ke rumah Fina.
***
Anita menekan bel beberapa kali, hingga akhirnya Fina membukakan pintu untuk Anita. "Berisik banget, sih, lo."
Anita menunjukkan cengirannya pada Fina dan langsung masuk mendahului Fina, Fina kembali menutup pintu dan berjalan di belakang Anita.
Anita melompat ke sofa milik Fina, lalu memeluk bantal sofa, tatapannya terarah pada Fina yang sedang berjalan ke arahnya.
"Eki dateng jam berapa?"
Fina melihat jam dinding yang ada di belakangnya, kemudian kembali menoleh pada Anita. "Lima belas menit lagi, soalnya dia bilang mau dateng jam sebelas."
Anita mengangguk kemudian terfokus pada acara televisi yang menyediakan tayangan kartun, sementara Fina sibuk dengan benda pipih yang ada di genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Genç KurguAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...