Beating Heart [19]

159 6 0
                                    

Anita mendecak sebal, ia buru-buru memesan ojek online. Hari ini, Malvin tidak menepati janjinya untuk kembali menjemputnya. Padahal ia sudah menunggu Malvin sedari tadi, mengabarinya pun tidak sama sekali. Anita jadi kesal sendiri, dengan tidak sabar, ia menunggu pengemudi untuk menjemputnya.

Jam menunjukkan pukul 06:45, yang artinya tepat lima belas menit lagi bel sekolah akan dibunyikan. Pengemudi tiba di depan rumahnya, buru-buru ia naik ke atas motor abang ojol tersebut, tanpa memakai helm.

"Pakai he--"

"Nggak usah, Bang. Agak cepet, ya." Potong Anita.

"Baru juga duduk, Neng." Pengemudi tersebut langsung menyalakan motornya, kemudian tancap gas meninggalkan rumah Anita.

Di tengah perjalanan Anita terus merutuki macetnya Ibu Kota, ia jadi pusing sendiri mendengar klakson dari belakangnya. "Aduh, berisik banget, sih. Semua orang juga mau buru-buru."

Mendengar ocehan Anita, pengemudi itu terkekeh kecil. "Namanya juga Jakarta."

"Tapi puyeng saya, Bang." Kata Anita karena dilihatnya lelaki yang sedang menyetir ini umurnya tidak jauh berbeda dari dirinya.

"Aduh sabar, ya," balasnya. "Kalau tadi lebih cepat, kan, nggak bakal macet."

"Tadi nungguin orang, Bang." Anita jadi makin sebal kalau mengingat ia sudah menunggu setengah jam namun nyatanya Malvin tidak datang dan memberikan kabar apapun.

"Terus? Nggak datang?"

Melihat kendaraan di depannya sudah kembali melaju, ia pun ikut melajukan motornya.

"Enggak!" ujarnya mengebu-ngebu. "Saya sebel, Bang, udah nunggu lama nggak datang-datang. Nggak ngasih kabar pula." Anita malah kelepasan bercerita pada orang yang tidak dikenalnya ini.

"Siapa, sih? Pacarnya?" sahutnya jadi ikutan ingin tahu.

"Ya, bukan, sih."

"Yaudah, jangan kesel-kesel Neng, masih pagi."

"Iya, Bang." Kata Anita kikuk, merasa tidak enak karena ia kelepasan bercerita.

Lima menit setelah itu akhirnya ia sampai di depan pagar sekolahnya, buru-buru ia turun sambil memberikan uang dan mengucapkan terimakasih kepada pengemudi tadi. Dilihatnya kini pintu pagar yang sudah tertutup rapat.

Ia berjalan cepat menuju pagar sekolahnya, ada empat murid lainnya, yang kini juga berdiri di luar pagar. Anita berdecak sebal, belum ada satu semester ia bersekolah di sini dan sekarang sudah tercatat dua kali dirinya terlambat.

Anita memilih duduk sembarang di depan pagar, sambil memainkan ponselnya. Percuma saja, jika ia meminta masuk pun tidak akan dihiraukan oleh satpam sekolahnya.

Waktu terasa berjalan sangat lama, baru tiga menit ia memainkan ponselnya namun yang ia rasakan seperti belasan menit.

"Nit?"

Seseorang datang berdiri di hadapannya, Anita menatap kaki orang itu, lalu mengandahkan kepalanya untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Apoy?"

Sang empunya nama mengangguk, kemudian memilih untuk duduk di sebelah Anita. "Lo telat juga?"

"Menurut lo?" sahutnya sewot, moodnya benar-benar tidak bagus pagi ini. "Ini karena teman lo!"

"Malvin?" tanya Apoy.

"Hmmm."

"Mungkin ada urusan lain," sahutnya lagi. "Nggak dijemput Malvin, ya?"

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang