Ribuan rintik air hujan jatuh membasahi bumi, membuat para pengguna jalan berlarian mencari tempat untuk berteduh dari rintik air tersebut.
Salah satunya Anita, ia berlari untuk berteduh di halte dekat sekolahnya, beberapa orang yang Anita lihat pun melakukan hal sama, berteduh di tempat terdekat yang bisa mereka jangkau.
"Kalau tadi Gabriel ngga dateng, pasti sekarang gue udah di dalam mobilnya Fina," gumam Anita pada diri sendiri.
Anita duduk di tempat duduk yang disediakan, sambil menatap ke depannya dengan tatapan kosong.
Tak lama, seseorang menggunakan motor merah memarkirkan motornya tepat di depan halte, ia buru-buru turun dari motornya kemudian membuka helm yang ia gunakan.
"Lo?"
Anita mengandahkan kepalanya, melihat laki-laki tinggi yang berdiri di hadapannya dengan pakaian yang sudah cukup basah, rambut yang berantakan, serta helm yang berwarna sama dengan motornya di tangan kanannya.
"Emangnya kenapa kalo gue?" Anita menaikkan satu alisnya, menggeser posisi duduknya untuk memberikan tempat bagi orang itu untuk duduk.
"Ngga," Malvin bersandar pada salah satu tiang di halte itu, meletakkan helmnya di bawah kakinya, lalu melipat kedua tangannya sambil terus melihat ke arah Anita.
"Lo ngga mau duduk?" tanya Anita.
Malvin tidak membalas ucapan Anita, namun kembali mengambil helmnya, lalu berjalan mendekati Anita.
Malvin duduk di sebelah Anita.
"Lo kalo pulang sendiri?" tanya Malvin, Anita menoleh pada Malvin, kemudian mengangguk kecil.
Anita menatap wajah Malvin dengan seksama hingga matanya menyipit, tangannya terulur ke arah sudut bibir Malvin. "Ini memar?"
Mata Malvin melihat jari Anita yang mengusap pelan sudut bibirnya, Anita yang sudah memperoleh kesadarannya buru-buru menarik tangannya. "Eumm eh sori, refleks."
"Hmm," jawab Malvin, langsung membuang muka menatap kembali ponsel di genggamannya.
"Tadi gue liat lo udah bawa tas sekolah, lo bolos?"
"Bukan."
"Terus apa?" tanya Anita.
"Ya apa aja," katanya. Malvin melihat hujan yang semakin lama semakin deras saja, kalau sudah begini, pasti dia harus menunggu lama.
"Nama lo Malvin, kan?"
Malvin menoleh pada Anita, Anita juga sedang menatap Malvin. "Tau dari mana?"
"Dari temen," jawabnya.
"Oh," Malvin mengangguk. "Iya," sambungnya lagi.
"Hujannya awet, gue mau terobos aja," lanjut Malvin, ia berdiri dari tempatnya. "Lo ngga papa kan sendiri?"
"Lah? Masih deras," Anita malah ikut berdiri dari tempatnya.
"Kenapa lo ikut berdiri?" Malvin mengerutkan dahinya, membuat alisnya saling berdekatan.
"Iya ya? Kenapa gue berdiri?" Anita menggaruk tengkuknya, kikuk.
"Gue duluan," baru saja Malvin ingin menaiki motornya, Anita menarik pelan tangan Malvin, membuat Malvin menoleh ke belakangnya. "Apa lagi?" Malvin mendengus.
"Ikut," pinta Anita, kini sudah tidak melingkarkan tangannya di tangan milik Malvin lagi.
"Gue mau pulang."
"Iya, Vin. Gue juga tau, makanya itu, gue mau ikut."
"Emang lo pulangnya ke rumah gue?" Malvin memeluk helm merahnya, menaikkan satu alisnya menatap Anita heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
أدب المراهقينAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...