Beating Heart [24]

123 7 0
                                    

"Kenyang, Ta."

"Tadi katanya abis." Anita meletakkan piring tersebut di atas nakas. "Nggak mau makan lagi? Abisin, ya, tanggung."

Malvin menutup kedua matanya kemudian menggeleng cepat. "Nggak mau, Ta."

"Nanti nasinya nangis."

"Dih," Malvin terkekeh pelan. "Lo kayak ibu-ibu lagi ngasih makan anak."

"Ye, batu banget dikasih tau." Anita menopang dagu di atas ranjang Malvin. "Lo istirahat cukup, biar cepat pulih."

"Kayak udah sakit parah aja, deh, gue."

"Kan!" Anita mendecak. "Lo mah, dikasih taunya begitu."

"Mau balik kapan?"

"Lo ngusir?"

"Ya, nggak!" ujar Malvin cepat. "Kalau perlu, mah, lo nginap di sini nemanin gue."

"Ogah."

"Lo nggak lapar?"

"Di rumah, kan, bisa." Anita kembali memerhatikan setiap luka di sekujur tubuh Malvin. "Ada lagi lukanya selain ini?"

Malvin mengangguk. "Ada."

"Mana? Mau liat."

Malvin membuka kancing bajunya dari atas hingga bawah, Anita tetap memerhatikan Malvin, tidak melepaskan pandangannya sedikitpun.

"Ya-- astaga." Anita refleks menutup mulutnya. "Ini banyak banget, lo ngapain aja, sih?" ia menyentuh bagian punggung Malvin yang tidak dilapisi benang sehelai pun. "Sakit banget, ya, pasti."

"Namanya juga cowok."

"Nggak gitu, Vin." Anita menghela napas. "Lo nggak boleh terlalu menyepelekan sesuatu dengan alasan 'namanya juga cowok'." Anita membuat tanda kutip dengan kedua tangannya. "Terus-terusan kayak gini, mati muda kali lo, Vin."

"Hush!"

"Ya, abis..." Anita menggantungkan kalimatnya, disentuhnya kembali memar pada punggung Malvin. "Jangan gini lagi."

"Hmmm."

Anita mengulurkan jari kelingkingnya di depan Malvin. Malvin menatap heran Anita. "Pinky swear?"

Malvin menggelengkan kepalanya tidak percaya, senyuman tertahan nampak di wajahnya. Namun, Malvin juga mengulurkan jari kelingkingnya di depan Anita, hingga jari kelingking Malvin mengamit kelingking Anita. "Pinky swear."

"Udah, pake lagi bajunya."

"Pakein, dong, Ta. Gue lemes banget--"

"Vin!"

***

Jam menunjukkan pukul tujuh malam, namun Anita masih di sini, menemani Malvin. Sementara teman-temannya yang lain sudah pulang terlebih dahulu.

"Ya, ampun, capek banget gue sama lo." Air mata keluar dari kelopak matanya, perutnya terasa sangat sakit, Anita tertawa terbahak hingga menangis.

"Tapi gue serius, Ta. Dulu gue emang kayak gitu." Tatapan Malvin berubah sangat serius, berniat untuk meyakinkan Anita.

"Liatinnya jangan gitu!" Anita terkekeh sambil mengacak pelan rambut Malvin yang sudah cukup panjang. "Nggak cocok muka lo kayak tadi, dih." Ia kembali tertawa lagi.

"Lo dikit-dikit ketawa, ya, padahal nggak ada yang lucu."

"Karena lo nggak liat diri lo sendiri waktu nyeritain itu, Vin!" Anita mencubit pinggang Malvin gemas.

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang