Beating Heart [20]

146 6 0
                                    

Ini sudah hari ketiga Anita tidak melihat kehadiran Malvin di sekolahnya. Tidak ada pesan masuk dari laki-laki itu, tidak ada telepon masuk pun darinya.

Sekarang di sini dirinya berada, di taman sekolah yang jarang dijadikan tujuan oleh para murid di sekolah ini. Matanya memejam rapat, earphone menyumbat kedua telinganya, salah satu lagu favoritnya mengalun.

"Ngapain lo?"

Anita membuka kedua matanya ketika seseorang berdiri di depannya. Ia memutar kedua matanya melihat laki-laki yang menjadi daftar terakhir orang yang ingin ditemuinya. "Lo yang ngapain?"

"Galau, ye?"

"Nggak." Anita menatap Gabriel dari atas sampai bawah. Rambutnya berantakan dan agak basah, begitupun wajahnya, sepertinya ia habis membasuhnya. Tidak memakai atribut sekolah-- yaitu dasi dan gesper. Bajunya dikeluarkan, dalaman yang dikenakan Gabriel terlihat karena ia membuka satu kancing atasnya.

Satu hal yang membuat Anita melotot tidak percaya, di tangan Gabriel ada sebungkus rokok!

"Mau ngerokok di, sini? Gila lo, ya."

"Nggak gila," Gabriel duduk di samping Anita. "Udah berkali-kali, nggak pernah gue ke gep."

"Itumah belom ke gep!" Anita menjauhkan dirinya dari Gabriel. "Sana lo! Gue nggak mau ikut-ikutan."

"Siapa juga yang mau ngajak lo?"

"Ya, tetep aja!" Anita menyentil pelan dahi Gabriel. "Ini, tuh, di sekolah. Nggak tau sikon banget, sih, lo."

"Lo kenapa?" Gabriel justru mengalihkan pembicaraan. Ia memasukkan bungkus rokok dan korek ke dalam kantung celananya.

"Ganggu lo." Anita menatap Gabriel sebal. "Ngapain, sih, di sini?"

"Gue suka taman, bikin gue tenang."

Anita terdiam, itu persis seperti kalimat yang diucapkan olehnya kepada Malvin empat hari yang lalu, pada saat mereka berdua datang ke taman kota.

"Gue juga suka," ujar Anita mengulang ucapan Malvin.

"Suka apa? Suka gue?"

Dua detik setelah itu Gabriel mendapatkan injakan keras pada kakinya. Anita dengan sengaja menginjak kaki Gabriel. "Aduh, maap sengaja."

"Sinting kali lo, ya."

"Udah tau sinting, mau aja deket sama orang sinting."

"Gue punya salah apaan, deh, sama lo?" Gabriel menunjukkan ekspresi bingungnya. "Punya dendam turunan kali lo, ye."

"Lucu lo."

"Jangan terlalu benci sama orang."

"Gue nggak benci lo," Anita melepas kedua earphonenya. "Gue kesel aja liat lo, tukang ganggu."

"Gue nggak ngapa-ngapain dibilang ganggu?"

"Lo hadir di sini, tapi lo sama sekali tidak membuat situasi menjadi lebih nyaman dan keadaan menjadi lebih baik." Cerocos Anita langsung. "Itu namanya udah ganggu!"

Gabriel terdiam sebentar, sepertinya Anita benar-benar dalam mood yang sangat tidak baik. Ia menatap Anita menjadi lebih serius. "Jadi, gue harus gimana supaya membuat keadaan jadi lebih baik?"

***

"Lo aneh-aneh aje, sih." Itu kalimat pertama kali yang diucapkan Apoy selesai mendengar cerita dari Malvin.

Malvin terbaring di ranjang rumah sakit, dengan kondisinya yang cukup parah, sepertinya ia dihajar habis-habisan! Kepalanya dililiti perban, hidungnya pun sepertinya patah, wajahnya terdapat banyak bekas memar, terutama pada bagian bibir. Sejauh ini, hanya itu yang Apoy, Vicky dan Egar lihat. Ketiganya geleng-geleng, tidak mengerti dengan jalan pikiran teman mereka yang satu ini. 

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang