Gabriel: Besok pas pensi harus liat gue tampil, Ta.
Gabriel: Teriak-teriak dong lo depan panggung ngomong, "ayo semangat saudaraku!"
Malvin menyerngit, ia yang sedang memainkan ponsel Anita kini terdiam. Notifikasi yang muncul tidak sengaja terpencet oleh Malvin, membuat kolom obrolan Anita dan Gabriel langsung terbuka.
Malvin dan Anita sedang berada di sebuah tempat makan, setelah pulang sekolah dan mengganti pakaian mereka, keduanya memutuskan untuk berjalan sore dan memutuskan untuk sekedar makan bersama.
Anita sedang berada di kamar mandi, sejak empat menit lalu cewek itu belum juga keluar dari sana. Karena merasa sepi ditinggal Anita, Malvin jadi bosan dan memainkan salah satu game di ponsel Anita.
"Kenapa, Vin?" Anita kembali duduk di hadapan Malvin, melirik ponselnya yang sudah dipegang Malvin. Merasa tidak masalah sama sekali, akhirnya cewek itu menyesap kembali minumannya. Lagipula, Anita juga sering kok bermain dengan ponsel Malvin.
"Gabriel, Ta." Malvin menyerahkan ponsel Anita dan menunjukkan kolom obrolan dengan Gabriel. "Maaf, gue nggak sengaja! Kepencet sumpah! Nggak boong gue," ungkapnya jujur. Malvin merasa tidak enak, takut-takut nanti ia dikira melebihi batas privasi cewek itu.
Anita menyerngit mendapati Malvin yang sebegitunya, ia tertawa pelan. "Astaga, nggak papa kali, Vin."
Anita mengambil alih ponselnya, ia membaca dua pesan masuk yang dikirim oleh Gabriel. Cewek itu dengan cepat memberikan balasan padanya.
Anita Leteshia: OGAH BGT!
Anita Leteshia: Gue semangatin kayak gitu abis itu gue sambit pake batu bata yang ada di gudang sekolah, ye. HEHE.
Anita mematikan ponselnya lagi, ia tersenyum entah untuk alasan apa. Cewek itu mengalihkan pandangan ke arah Malvin yang sedang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Kenapa?" Anita mengerjapkan kedua matanya.
"Gabriel bilang apa?" Malvin berujar datar.
"Muka lo kenapa ketekuk gitu?" tanya Anita heran, ia berpindah tempat menjadi ke sebelah Malvin. "Lo nggak enak badan? Tiba-tiba kok lemes gini?"
"Nggak tau," Malvin mengunyah makanannya, mengabaikan Anita.
"Ih?" Anita merenggut. "Kok gitu?"
Baru saja Malvin ingin membalas ucapan Anita, ponsel Anita bergetar lagi, tanda ada pesan masuk. Anita mangambil ponselnya, kemudian memencet kolom seorang yang baru saja membalas pesannya. Malvin mendengus keras.
Gabriel: Tampil dong, makanya besok pas kelas gue tampil, lo harus diri paling depan!!
Gabriel: Jadi suporter bayaran gue, ok? Nanti gue sawer, deh.
Malvin mencuri pandang, tidak terang-terangan membaca pesan yang dikirim Gabriel. Ia melihat Anita terkekeh singkat ketika mendapat pesan dari Gabriel, tidak menunggu waktu lama, ia segera mengetik lagi.
Anita Leteshia: Iya, nanti gue teriak-teriak, dah, berdiri paling depan. WKWKWK.
Anita Leteshia: Tapi abis itu kasih imbalan, lo kira suara gue nggak mahal apa?! Neriak-neriakin nama lo, nih, nanti gue!!
Anita Leteshia: Beliin cilok yang deket SD, ya?
"Ta? Jangan kebanyakan main HP."
"Eh? Iya, maaf. Gabriel segala nge-chat sekarang." Anita buru-buru mematikan ponselnya.
"Emang lo sama Gabriel kenapa, sih? Kok dia sampe minta kayak gitu segala?"
"Minta apa?" tanya Anita. "Wah.. Ngintip-ngintip lo, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Teen FictionAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...