Anita memutuskan untuk memesan spaghetti ice cream, selain bentuknya yang unik, Anita juga menyukai toping yang ada pada es krim ini, porsinya pun banyak, cocok untuk dirinya yang hobi sekali makan. Sementara Dika memilih untuk memesan banana split, kesukaannya pada kedai es krim yang melegenda ini.
Antrian cukup panjang membuat keduanya sedikit berkeringat, tempat kedai ini pun tidak terlalu luas, bahkan tidak ada tempat duduk untuk pengunjung yang ingin makan outdoor, jadi sudah termasuk beruntung jika mereka dapat tempat di kedai ini.
Perempuan itu menyendok es krimnya, rasanya tetap sama, tidak ada yang berubah sejak terakhir kali dirinya ke sini. Tekstur es krim tidak terlalu lembut, rasanya pun tidak terlalu manis, es krim ini masih bercitarasa kuno, karena bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatannya tidak berubah dari jaman ke jaman.
"Kok lo tiba-tiba mau ke sini?"
"Nggak boleh?"
"Orang nanya, sensi banget, deh, heran." Anita menyisir seluruh tempat dengan pandangannya. "Rame, ya."
"Lo besok sekolah, nggak?"
Anita menyerngit. "Ya, iya. Masa nggak masuk lagi?"
Laki-laki itu mengangguk pelan. "Gue anterin, deh. Sekolah lo di mana, sih?"
"Bareng sama Gabriel, lah. Ya, menurut lo gue kenal Gabriel dari mana?" tanyanya sewot. "Nggak usah, nanti lo repot."
"Oh, pasti udah berangkat sama Malvin, Malvin itu, ye?" godanya pada Anita.
"Nggak."
"Bohong."
"Dibilang nggak."
"Nggak apa? Nggak salah lagi?
"Nggak bohong."
"Yakin?" Dika menunjukkan senyum jahilnya.
"Iya."
"Iya apa? Iya bohong atau iya bener?"
"Bodo amat, Dik!" Anita menggeram gemas. "Kalau nggak rame, udah gue puter balik kali, nih, meja."
"Eh, eh," Dika berpikir sebentar. "Malvin itu... temannya Gabriel, ya?"
"Iya."
Lelaki itu mengangguk. "Ohh, ganteng itu dia."
"Palalo!"
Dika tertawa sebentar. "Ngaku lo, ganteng nggak?"
"Nggak."
"Nggak apa? Nggak ganteng atau--"
"Dik, stop it." Anita menatap Dika tajam, sementara Dika hanya menunjukkan cengirannya. "Kok lo kenal?"
"Ya, dari Gabriel, lah. Menurut lo gue kenal dia dari mana?" ucapnya mengikuti omongan Anita dua menit lalu.
"Ih, lo mah," Anita cemberut. "Rese abis."
"Pasti Malvin gemes, nih, sama lo kalo kayak gini."
"Nggak."
"Lo, tuh, suka banget ngomong iya sama nggak, ya?"
"Iya."
"Kan!" ujarnya gemas, karena Anita hanya menjawab dengan kata-kata yang sama berulang kali.
"Menurut lo Gabriel, tuh, gimana, deh, Dik?"
Dika mengerutkan dahinya mendengar pernyataan yang terlontar dari Anita. "Baik, sih. Eh, nggak, deh. Iya, sih, baik. Dikit doang." Dika mengetukkan jemarinya di meja yang menjadi pembatas antara keduanya. "Sisanya rese abis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
أدب المراهقينAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...