Beating Heart [27]

146 7 1
                                    

Anita merendam kedua kakinya ke dalam kolam renang yang ada di rumahnya, ia menggerakan kakinya asal, percikan air terlihat bermunculan. Angin malam berhembus menerpa wajahnya, membuat rambutnya yang tidak diikat menjadi sedikit berantakan.

"Nita?"

Ia menoleh mendapati Lisa yang kini sedang berdiri beberapa meter dari Anita. Ketika melihat ibunya, ia mengangkat kedua kakinya lalu berjalan mendekat pada Lisa.

"Udah pulang, Ma?"

Lisa mengangguk. "Iya."

"Ada apa?" tanyanya langsung. Anita paham betul bahwa pasti ada yang akan dibicarakan oleh ibunya.

"Ada Papa."

"Nita nggak mau--"

"Kamu nggak bisa terus-terusan kayak gitu, Nita." Lisa mengelus rambut anak perempuannya. "Ketemu, ya?"

Anita menghela napas pasrah, kemudian berjalan mengikuti Lisa. Setiap langkah yang ia ambil, terasa semakin berat. Sesaat kemudian ia mulai melihat seorang pria dan satu orang lelaki duduk di sana.

"Nita..." panggil pria tersebut, ia melangkah mendekati Anita. "Apa kabar, Nak?"

Anita tidak menggubris, ia justru menoleh pada lelaki yang masih membeku di tempatnya. Sama seperti halnya Anita, lelaki itu diam tanpa mengucapkan apapun. Anita sangat merindukannya.

"Tata," cicit lelaki itu ketika mereka sudah saling tatap selama satu menit. Kakinya bahkan tidak bisa dikendalikan dengan baik, ia tetap duduk, seakan tidak dapat melangkah untuk menghampiri Anita.

Anita membendung air matanya, sudah bertahun-tahun ia tidak melihat lelaki ini, kini ia melihatnya kembali. Wajahnya tidak jauh berbeda waktu keduanya masih kanak-kanak, hanya sekarang kumis tipis menghiasi wajah lelaki itu, tubunya pun tampak bagus dan berisi, tidak banyak yang berubah.

Anita reflek berlari ke arah lelaki itu, ia duduk di sampingnya dan langsung memeluk erat-erat. Anita menenggelamkan kepala pada lekukan lehernya, menghirup kuat-kuat aroma parfumnya yang menenangkan.

Tangisnya pecah di sana, ia menumpahkan semua rasa rindu yang dipendamnya selama ini. Supaya ibunya tau, supaya ayahnya mengerti, bahwa tidak seharusnya mereka dipisahkan.

Lelaki itu membalas pelukan Anita, mengelus punggung Anita perlahan, supaya ia merasa sedikit tenang. Tangannya terulur untuk menepuk puncak kepala Anita, aroma shampo yang dikenakan Anita dihirupnya kuat-kuat.

"How's life?"

Masih dalam posisi yang sama, keduanya tidak bergerak. Tangis Anita sudah mereda, matanya terpejam menikmati hangatnya pelukan ini.

"Gue kangen lo banget," ungkap Anita jujur, semakin erat dipeluknya orang yang ada di hadapannya ini. "Se-kangen itu, biar lo tau."

"Gue lebih," tangannya beralih ke pinggang Anita. "It's been a long time, you know."

"Dika," panggil Anita, baru mampu menyebut namanya. "Malam ini, nginep di sini, ya?"

Anita merasakan bahwa Dika mengangguk. "Okay, I'm here."

***

Ketika mengatakan hal tersebut, Dika benar-benar memutuskan untuk menginap di rumah Anita. Tujuh tahun lamanya mereka tidak dipertemukan oleh kedua orang tuanya, sekarang Dika dan Anita dipertemukan kembali.

Keduanya duduk di halaman rumah Anita, tidak melakukan apapun, hanya saling diam, namun tidak canggung. Diam kali ini berbeda, yang dirasakan keduanya adalah diam yang menenangkan.

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang