Beating Heart [25]

147 2 0
                                    

Setelah menghabiskan kopi panas dan es teh susunya, Marvel dan Anita kembali melanjutkan perjalanan untuk membenahi motor Marvel yang tidak tau penyebabnya tiba-tiba mogok.

Berjalan sekitar lima belas menit, akhirnya kedua orang itu menemukan bengkel yang masih buka pada malam hari. Marvel mempercepat dorongannya pada motor yang ia bawa.

Anita dan Marvel duduk bersebelahan di bangku kecil yang disediakan di sana. Keringat mengalir dari dahi keduanya, walaupun tidak terlalu banyak.

"Maaf, Nit."

"Hah?" Anita menoleh pada lelaki di sebelahnya. "Apa?"

"Maaf," ulang Marvel sekali lagi. "Kecapean, kan, lo jadinya."

Anita mengibaskan di hadapan Marvel. "Ah, santai," katanya sambil nyengir.

"Santai-santai aje," jawab Marvel. "Padahal dalam hati, nyumpah-nyumpahin gue, kan, lo."

Anita tertawa sebentar. "Ya, enggaklah!"

"Hmmm," gumam Marvel. "Lo haus lagi nggak? Mau air dingin?"

"Nggak usah," tolaknya halus. "Kembung gue lama-lama."

"Lo pacarnya Malvin, ya?" tebak Marvel langsung. "Iya, kan? Kok bisa?"

"Ih, nggak!"

"Bohong," ujarnya menggoda Anita.

"Kok lo mau tau banget?"

"Kalau gue nanya Malvin, nggak bakal dijawab." Marvel mengendikkan kedua bahunya. "Malvin galak, jujur aja, nih, kadang gue jadi segan buat ngajak ngobrol."

"Lo, kan, adeknya?" tanya Anita bingung.

"Jadi lo beneran pacarnya bukan?"

"Sifat lo berdua beda banget, ya?" Anita justru mengalihkan topik lain. "Dulu, pertama banget gue ketemu Malvin, dia nggak langsung ngomong panjang lebar gini."

"Gue, kan, gampang akrab."

"Hmmm, gitu?" Anita menggaruk tengkuknya. "Kalau Malvin?"

"Malvin..." Marvel terlihat berpikir sebentar. "Malvin itu nggak gampang ngebuka diri sama orang lain."

"Iya?"

"Iya." Marvel mengangguk. "Liat aja Malvin kalo di sekolah, nempel sama siapa? Paling sama Apoy, sih, setau gue. Atau berempatan, sama siapa, ya, gue lupa, deh, nama teman sekelasnya. Itu juga nggak sering." jelas Marvel panjang lebar. "Atau mentok-mentok sama Gabriel sama temennya Gabriel, tuh."

"Lo kenal Gabriel?"

"Ya, kenal." Marvel menganggukkan kepala. "Kan, dulu Gabriel temen gue main layangan."

Anita tak kuasa menahan senyumnya. Ternyata bersama dengan Marvel tidak seburuk yang ia kira sebelumnya.

"Oh, jadi kalian teman lama gitu, ya?"

"Iya," sahut Marvel lagi.

"Tapi kemarin pas gue telponan sama Malvin, rame banget teman-temannya."

"Bukan teman sekolah, kan?"

"Kayaknya, sih," jawab Anita. "Nggak tau juga, deh, tapi." Sambung perempuan itu. "Emang kenapa, deh?"

"Dari dulu, sejak kelas berapa, ya? Awal masuk SMP,  kalo nggak salah," Marvel mulai bercerita. "Malvin, tuh, suka bertingkah di sekolah, Nyokap sama Bokap gue sering banget dipanggil. Entah karena Malvin berantem di sekolah, lah. Bully terus malak-malak adek kelas, madol jadinya absennya banyak, dan lo tau? Malvin pernah coret-coret tembok sekolahnya sendiri pake pilox."

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang