Gabriel melangkah ringan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana berwarna abu, di belakang punggungnya terdapat tas ringan berwarna hitam yang hanya berisikan tiga buku tulis.
"Gab!"
"Oit." Gabriel menoleh, mendapati Omen beberapa langkah di belakangnya.
Omen melihat jam yang melingkar di tangan kirinya, lalu mengangguk kecil ke arah Gabriel. "Jam tujuh kurang delapan belas menit. Tumben udah dateng?"
"Susu-ku."
Omen menyerngit, "susu apa?"
"Suka-suka aku," sembur Gabriel sambil tertawa.
"Ha!" cecar Omen, dengan mulut yang menganga maksimal di depan wajah Gabriel.
"Pr udah belom?" Gabriel mulai melangkah, akhirnya Omen berjalan beriringan menuju kelas dengan Gabriel.
Omen mengangkat satu alisnya. "Belom."
"Gue udah," Gabriel menepuk-nepuk dadanya, bangga. "Lo liat gue aja."
"Ngga ah, ntar salah."
Gabriel berdecak, sebal. "Enak aje!"
Omen menatap lurus ke depan, beberapa meter di hadapannya ada Anita yang sedang berlari tergesa-gesa. "Anita, tuh."
"Ha? Apa?" Gabriel mengikuti arah pandang Omen. "Ngapain tuh cewe?"
Omen hanya mengendikkan kedua bahu, Gabriel berjalan cepat ke arah Anita, Omen tetap berjalan santai seperti tadi.
"Eh, tunggu!" cegah Gabriel, ketika sudah dekat dengan Anita.
"Apa sih? Gue ngga punya waktu ngobrol sama lo."
"Lo mau ngapain? Kok buru-buru?"
"Namanya buru-buru, ya, ngga usah nanya!" Kata Anita, galak. Gabriel meringis. "Eh, tunggu-tunggu, lo ke sekolah bawa motor ngga?"
Gabriel menatap Anita heran, namun ia mengangguk.
"Nah!" dengan cepat Anita menarik paksa tangan Gabriel menuju parkiran.
"Ta, ngapain sih?!"
Anita tidak menghiraukan Gabriel serta orang-orang yang memandang mereka sepanjang koridor, tanpa memakan waktu lama, keduanya telah sampai di pakirkan sekolah. "Buruan-buruan, motor lo yang mana?"
"Yang-"
"Ah, udah buruan, langsung ke motor lo aja. Abis itu anterin gue ke rumah, ngga pake lama."
"Tapi mau-"
"Buruan!"
Gabriel tersentak, sepertinya Anita sedang kedatangan tamu bulanan, atau sedang stres sehingga sedari-tadi marah-marah. Gabriel meninggalkan Anita kemudian menuju motornya, masih dengan tas sekolah yang ada di punggungnya, ia kembali menaikki motornya yang baru saja ditinggalkan beberapa menit yang lalu.
Dengan cepat Anita duduk di atas motor Gabriel, bahkan Gabriel yang tidak siap, sempat dibuat oleng oleh Anita yang duduk tiba-tiba.
"Gece!!"
Gabriel mulai meng-gas motornya keluar dari gerbang sekolah, Anita selalu protes karena katanya Gabriel membawa motor terlalu pelan, padahal kondisi jalanan sedang ramai-ramainya, tidak ada kemungkinan untuk menyalip kendaraan lain, itu dapat membahayakan dirinya serta Anita sendiri.
"Gila, ya, kayaknya perlu gue yang bawa, deh, nih motor." Anita memukul pelan helm yang dikenakan Gabriel. "Lemot banget!"
Gabriel tidak merespon ucapan Anita, ia hanya menghela napas, padahal Anita kelihatan kalem dan lemah lembut, namun justru sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Genç KurguAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...