Beating Heart [8]

309 16 2
                                    

Anita mulai merapikan buku-buku yang berserakan di mejanya, lima puluh detik yang lalu bel pulang berbunyi, seisi kelas melakukan hal yang sama, bahkan ada yang sudah merapikan buku sebelum bel berbunyi.

"Nit, pulang sama siapa?"

Anita menoleh ke sebelahnya, "ya, biasanya juga sendiri."

"Makanya belajar nyetir, dong."

"Males, ah." Anita memakai tasnya. "Lagian gue juga belom boleh sama Nyokap."

"Bareng gue, ngga?" tawar Fina.

Anita berpikir sebentar, kemudian menggeleng. "Ngga usah, kesian juga, lo nya nanti kejauhan, rumah kita kan beda arah."

Fina tertawa renyah, "yaelah, kayak sama siapa aja, lo."

"Tapi gue beneran ngga enak, Fin." Anita menatap Fina serius. "Gue sering banget ngerepotin lo."

"Syukur kalo nyadar."

"Dih, gitu," Anita melengkungkan bibirnya ke bawah.

Tak lama ketua kelas memberikan aba-aba untuk bersiap, setelah memberi salam dan berdoa, kelas dibubarkan.

Anita dan Fina berjalan bersebelahan menuruni tangga, terlihat dari kamar mandi laki-laki, Gabriel dan temannya, Omen.

Seragam mereka sudah tidak beraturan, bajunya dikeluarkan, dasi pun sudah dilepas. Gabriel dan Omen berjalan mendekat ke arah tangga, begitupun dengan Anita dan Fina. Sehingga mereka berempat bersama-sama menuruni tangga.

"Fina," sapa Gabriel dan Omen berbarengan.

"Eh, Gab, Men," Fina menyapa mereka berdua kembali. "Ada Anita juga, manggilnya cuma gue."

"Dia mah, ngga usah," Gabriel menjawab.

"Apa sih, siapa juga yang mau disapa lo, mau lo ada,  mau lo ngga ada, juga bodo amat." Anita mempercepat langkahnya menuruni tangga.

"Kan, giliran sama gue aje, sensi bener."

Omen tertawa sebentar, kemudian ia iseng mendorong Gabriel, cukup kencang, sehingga Gabriel ikut terdorong, dan mendorong orang di depannya, Anita.

Anita kehilangan keseimbangannya, sehingga ia melangkah ke depan tidak terkendali, ia hampir terjatuh, namun ia merasakan ada tangan yang menopang tubuhnya.

Gabriel melihat keadaan Anita, takut ia jatuh, atau keseleo, atau apapun, karena tidak sengaja terdorong. Ia kembali menoleh ke Omen, "bego lo, anjing!"

Omen hanya menunjukkan cengirannya.

Anita melihat siapa yang baru saja menolongnya, tangannya cukup besar, ia mengandah ke atas, karena tubuhnya lebih tinggi dibanding dirinya.

Orang itu, Malvin, ia melepaskan tangannya yang menahan tubuh Anita, lalu menoleh ke arah Gabriel dan Omen. "Hati-hati dong, tolol."

"Iye," jawab Gabriel cepat. Ia menunjuk Omen di belakangnya. "Nih, kayak bocah emang bercandaannye."

"Lo ngga papa?" Malvin kembali menoleh ke arah Anita.

Anita terdiam selama beberapa detik, kemudian menggeleng, lalu kembali berjalan tanpa mengucapkan terimakasih.

"Eh, Nit, tunggu!" Fina berjalan menyusul Anita.

***

Anita duduk di salah satu bangku yang dekat dengan kaca tembus pandang, ia sudah menyiapkan buku serta alat tulisnya di atas meja. Ia menoleh sebentar ke luar, kendaraan sudah mulai padat, karena hari sudah sore.

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang