Minggu ini upacara bendera ditiadakan, sebagai gantinya, pagi ini diisi dengan pembinaan dari wali kelas masing-masing.
Anita menatap malas wali kelasnya, menurutnya, ini sangat membosankan. Karena kembali membicarakan hal-hal yang sama. Seperti menjaga kebersihan lingkungan, terutama kebersihan kelas, selalu patuh pada peraturan sekolah, dan mengukir prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik.
Anita menguap malas, ia melipat kedua tangannya kemudian meletakkan dagunya di atas sana. Matanya terasa berat karena semalam ia movie marathon hingga jam dua pagi.
"Masih pagi udah ngantuk," Fina menyenggol bahu Anita. "Penyakit gula kali, lo Nit."
"Sembarangan aja kalo ngomong." Anita menoyor pelan kepala Fina. "Abis gue bosen, Fin. Yang dibahas juga ini-ini doang."
"Ya, terus mau apa--"
tok tok tok
Seketika seluruh orang menaruh perhatiannya ke pintu kelas, pintu tersebut terbuka, menampilkan dua laki-laki yang masuk sambil memegang selembar kertas.
"Nit, Gabriel cakep bener." Fina menopang dagu memerhatikan Gabriel.
Anita teringat kejadian dimana Gabriel mengajaknya pergi hingga tersesat, menyetel radio dengan volume paling kencang sehingga suaranya memenuhi isi mobil, membuka setengah kaca mobil sehingga angin malam masuk menyeruak menemani keduanya, yang pada akhirnya, membuat Anita pulang ketika jam menunjukkan hampir pukul tiga pagi.
Sehingga Anita harus ekstra hati-hati ketika ia memasuki rumahnya, untungnya tidak ketahuan ia keluar tanpa izin.
Ia menatap Fina di sebelahnya, jika ia tau, apa Fina akan marah padanya?
Lamunannya buyar ketika perlahan keadanan kelas mulai ramai, entah hal apa yang dibicarakan oleh teman-teman sekelasnya.
"Ada apaan, sih, Fin?"
Fina yang kini tengah asik mengobrol dengan Randy, pun akhirnya menoleh pada Anita. "Badan di sini, pikiran ke Malvin, sih."
"Ye, serius, sih."
"Ada pentas seni, Anita." Jawab Randy yang kini sudah berdiri di samping meja Fina. "Gabriel sama Erick pengen ngedata apa yang bakal ditampilin setiap kelas."
"Semua kelas?" tanya Anita.
"Ya, kagak, lah!"
"Terus?"
"Kelas sepuluh sama sebelas aja, dua belasnya nontonin doang. Kalau kelas dua belasnya nanti beda lagi, mereka rayain sendiri," ujarnya kemudian menyuruh Fina untuk menggeser tubuhnya, Fina akhirnya bergerak. Membuat Fina dan Randy duduk di bangku yang sama.
"Ambil bangku lain, sih."
"Males, Fin."
"Terus kita bakal nampilin apa, dong?" tanya Anita lagi.
"Nah, itu dia, Nit," kata Randy. "Kita belom nyiapin apa-apa, padahal seharusnya udah dari jauh-jauh hari karena pentas seni tinggal seminggu lagi."
"Hmmm, apa, ya?" Anita juga jadi bingung sendiri.
Melihat keadaan kelas ini yang tidak kondusif, Gabriel berdeham cukup kencang. Membuat perhatian kelas tertuju pada dirinya lagi.
"Jadi, mau nampilin apa?" tanya Erick sekali lagi.
"Katanya lo mau maju wakilin kelas, ya, Nit?" tanya Gabriel bercanda, ditambah dengan wajah polosnya, yang pura-pura ingin menuliskan nama Anita di lembaran kertas yang dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Teen FictionAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...