Matanya membaca dengan teliti tulisan yang tertera di layar laptopnya, jemarinya bergerak dengan bebas mengetuk-ngetuk di atas meja belajarnya.
SYARAT DAN KETENTUAN DASAR:
1. Memiliki dana yang cukup
2. Sehat jasmani dan rohani
3. Tinggi badan minimal 170cm untuk laki-laki dan 160cm untuk perempuan
4. Minimal lulusan SMA atau MTS
5. Lancar berbahasa inggris
6. Kemampuan logika matematika dan fisika yang baik"Matematika dan fisika, yaa..." gumamnya pelan, ia menutup kembali laptopnya ketika sudah membaca beberapa blog yang sejauh ini tidak jauh berbeda dari blog yang dibacanya terakhir.
Malvin beranjak dari tempatnya, ia turun dari tangga menuju ke lantai bawah, nampak ibunya yang kini sedang asik menonton salah satu siaran televisi di hadapannya.
"Eumm, Ma?"
Laura menoleh, lalu tersenyum tipis. Pasalnya jarang sekali Malvin mau mendatanginya serta memulai pembicaraan duluan, wanita itu menggeser tubuhnya, lalu menepuk tempat kosong di sebelahnya. "Sini, Nak."
Pelan tapi pasti, Malvin mendekat ke arah Laura, ia duduk di samping wanita yang umurnya sudah menginjak kepala empat itu.
"Ada apa?" tanya Laura.
"Marvel ke mana?" balas Malvin, sembari menggerakkan kakinya sembarang. "Lagi keluar, ya?"
Laura nampak berpikir sebentar. "Iya," wanita itu mengangguk. "Katanya, sih cuma mau beli ketoprak aja, sebentar lagi juga balik."
"Oh," Malvin mangut-mangut. "Yaudah, deh. Aku ke atas dulu, kalo Marvel udah dateng, bilang aku, ya," pinta Malvin. "Eh, kalo nggak suruh dia ke kamar aku aja, deh. Aku ada perlu."
"Lohh tumben, Vin?" Laura menyerngit heran. "Biasanya kamu paling nggak suka kalo ada yang masuk ke kamar kamu?"
"Beda ini persoalannya," Malvin kembali berdiri dari tempatnya duduk. "Pokoknya kalau udah dateng, suruh ke kamar aku aja, ya."
"Oh, yaudahhh..."
"Sip! Makasih, Ma."
Malvin kembali naik tangga menuju kamarnya yang berada di lantai atas, dengan semangat, ia membuka pintu kamarnya, lantas mulai berkutat dengan buku-buku pelajarannya.
Raut wajah yang berubah-ubah terlihat, mulai dari bingung setengah mati, hingga cengiran lebar ketika berhasil menemukan jawaban dari soal yang cukup sulit dijawab. Matanya terus beralih dari buku cetaknya ke buku catatannya, perlahan ia mencoba menulis jawaban dengan rumus-rumus yang tengah dicarinya.
Ponsel di atas mejanya bergetar, ia melirik sebentar ke arah benda pipih itu, senyumnya mengembang ketika membaca SMS masuk yang tertera di sana.
Anitata: Mbb, Vin, baru selese nih tugas.
Anitata: Asik! Semangat Malvin!
Me: Tugas apa?
Anitata: Kerja kelompok, gue lagi di rumah Kesa.
Me: Kesa siapa?
Me: YEEEE, bukan ngomong tadi kalo mau pergi, kan bisa gue anter.
Anitata: RIBET!!1!1!
Anitata: 😡
Me: ❤
Anitata: 🙈
Laki-laki itu terkekeh, tidak menjawab pesan tersebut, ia kembali fokus pada buku matematika di depannya.
Ketukan pintu kamarnya kembali menginstrupsi kegiatan yang dia lakukan, Malvin segera berjalan lalu membukakan pintu, nampak Marvel di sana yang sedang memegang sepiring ketoprak sambil memakan kerupuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
أدب المراهقينAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...