Beating Heart [31]

135 7 0
                                    

Malvin terbangun dengan kepala yang sedikit pusing, ia melirik ke sekelilingnya, teman-temannya bergeletakan tak beraturan. Terlihat Egar yang tertidur di sofa dengan tangan yang menggantung ke bawah, di meja pantry juga ada Revan yang tertidur dalam posisi duduk, belum dengan Vicky yang kini tidur bersandar pada ujung pembatas balkon.

"Untung nggak lompat ke bawah, tuh, anak," ujarnya ketika melihat Vicky.

Malvin berdiri sambil memegang kepalanya, berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajah. Yang dilihat justru Rio yang sedang tertidur menganga dalam bath up.

Tanpa menghiraukan Rio, Malvin segera memutar keran hingga air mengalir. Dengan kasar ia membasuh wajahnya, lalu menatap dirinya di pantulan cermin.

Dirasa cukup ia kembali lalu melompat ke badan sofa, ia melirik ponselnya, teringat percakapannya semalam dengan Anita. Lelaki itu menyalakan layar, kemudian mengecek beberapa notifikasi. Ada dari ibunya, Marvel serta beberapa teman, dan grup.

Mama: Vin? Dimana?

Mama: Di rumah Apoy, ya?

Mama: Hati-hati, Vin. Jangan kemalaman.

Pesan itu dikirim jam sepiluh malam, tak lama setelah dirinya menelepon Anita. Ia bahkan lupa mengabari Clara-- ibunya, padahal ia tidak berniat untuk bermalam di tempat ini karena besok masih hari sekolah. Kalau ada ayahnya, pasti ketika sampai rumah ia sudah disemprot dan dimara-marahi, Malvin merasa sedikit lega menyadari fakta bahwa kini ayahnya sedang berada di luar kota.

Karena kejadian semalam, ia minum hingga tak sadarkan diri. Bagaimana caranya menyetir motor jika jalan saja dirinya sempoyongan. Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan hampir pukul delapan pagi, artinya bel masuk sekolah sudah dibunyikan kurang lebih satu jam yang lalu.

Kolom obrolan dengan Clara masih tertera pada ponselnya, belum ia keluarkan, tangannya mengetikkan balasan untuk ibunya.

Malvin: Ma, aku di apart Vicky.

Malvin: Ketiduran semalem.

Ia mematikan ponselnya lalu memasukkan ke saku, tidak membalas lagi pesan yang dikirim Clara. Malvin berjalan ke arah balkon, kemudian menyeret paksa Vicky hingga masuk ke dalam ruangan.

Tubuh Vicky diguncang cukup keras oleh Malvin, sehingga lelaki itu mengedipkan matanya berkali-kali, tatapannya kini bertemu dengan kedua mata Malvin. "Hah?" Vicky mengucek matanya, masih belum sepenuhnya sadar.

"Gue mau balik."

"Sono," Vicky memejamkan matanya rapat-rapat.

"Balik, ye?"

"Bawel," lelaki itu mengibaskan tangannya di udara. "Sono," ujarnya sekali lagi.

"Oke."

****

"Vin?" tegur Clara ketika dilihatnya Malvin sudah bersiap dengan seragam sekolahnya.

"Hah? Iya?" Malvin membenarkan kerah seragamnya, lalu meminum susu hangat yang baru saja dibuat olehnya. "Mau sekolah."

Clara menyerngit. "Udah jam setengah sembilan?"

"Iya, aku juga tau," Malvin berjalan lalu mengambil tasnya yang tadi ia letakkan di sofa. "Aku berangkat." Ia menyalami tangan Clara.

"Telat dong kamu?"

"Aku ketiduran di apart Vicky," jelasnya. "Sayang kalau hari ini nggak masuk, pelajaran kejurusan semua," ia melirik Clara. "Udah, ya, berangkat."

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang