Lelaki itu menopang dagu, memerhatikan perempuan di depannya yang sedang fokus pada laptop di hadapannya. Beberapa kali ia mengetukkan jemarinya di atas meja-- menunggu dengan tidak sabar. Tatapannya tetap fokus pada perempuan itu, tidak membiarkan matanya berkedip barang sedetik.
Gadis itu menghela napas, lalu menutup layar laptopnya dengan cepat. Ia mendongak, melihat lelaki itu. "Iya, apa, Gab?"
Gabriel nyengir, ia berangsur menarik kursinya lebih dekat dengan meja yang memisahkan keduanya. "Eh? Udah?"
"Ya, belom!" balas Anita sewot.
Gabriel mengangguk, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, cowok itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Yaudah, lanjut gih."
"Nggak bisa lanjut."
"Udahan?"
"Ya, belom!" ulangnya sekali lagi. "Gimana gue bisa fokus, dipantengin terus sama lo." Anita mencibir pelan. "Ada apaan, sih?"
Gabriel tiba-tiba senyum sendiri, ia selonjoran di atas meja, sambil melirik ke arah Anita. "Tebak coba."
"Dih? Ngapain banget."
"Coba dulu!"
Anita kembali menghela napas, kenapa juga ia harus penasaran apa yang kini terjadi pada Gabriel. Cewek itu pura-pura berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan. "Duit jajan lo nambah?"
"Bukan."
"Dapet cewek?"
"Mana mungkin." Gabriel mengibaskan tangannya di udara. "Eh, mungkin aja, sih. Gue kan gacoannya cewek-cewek. Tapi sekarang, bukan karena itu."
Anita melebarkan kedua matanya, heran dengan sikap percaya diri Gabriel yang berlebihan. "Apa dong?"
"Yaaa, tebakkk!"
"Koleksi blue-film lo--"
"Ngaco!" potong Gabriel, cowok itu memutar bola matanya.
"Terus apa, nyet?" Anita menjitak kepala Gabriel dengan gemas. "Elah, ketimbang kasih tau aja, segala tebak-tebakan lo."
Gabriel nyengir lagi, cowok itu pindah tempat duduk, kini menjadi di sebelah Anita. "Ta, si Dika kenapa, deh?"
"Lo seneng gara-gara Dika?" Anita mengerutkan dahinya, hingga kedua alisnya hampir menyatu, wajahnya nampak bingung, ia menggaruk pelan kepalanya. "Kenapa emang dia?"
"Ehmmm," Gabriel melamun sebentar, lalu tersenyum lagi, kemudian kembali melamun beberapa detik, setelah itu tertawa.
"Lo lagi sakit, ya?" Anita menyentuh dahi Gabriel dengan punggung tangannya. "Abis kerasukan apa gimana?"
"Ayo, Ta, kita keluar! Gue traktir."
"Wah, tiap hari aja lo begini, Gab." Anita merapikan beberapa kertas yang berserakan di meja, kemudian menepikannya. "Gue siap-siap dulu, deh."
"Buruaaannnnn."
"Oke, bentar."
Anita pergi meninggalkan Gabriel menuju kamarnya, sementara Gabriel memilih menunggu si perempuan sambil mengotak-atik ponselnya.
Suara deringan dari ponsel lain mengusiknya, membuat ia terdiam memandangi ponsel yang berbunyi itu-- ponsel Anita, yang kini tergeletak di atas meja. Ia melirik nama yang tertera di layar ponsel itu, dengan iseng ia menggeser tombol hijau lalu menempelkan benda persegi panjang itu ke telinganya.
"Hallo, sayang?"
"Siapa, nih?"
"Ayo tebak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Teen FictionAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...