Anita Leteshia: Gue di depan rumah lo, Gab.
Jantungnya bergemuruh lebih cepat, ini pertama kalinya ia menginjak rumah yang sudah menjadi tempat tinggal Dika dan ayahnya selama bertahun-tahun, ia melirik Malvin yang sedang duduk menyamping di atas motor besarnya.
Gadis itu menarik napas berkali-kali, lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia benar-benar gugup! Belum lagi berarti ia harus kembali melihat Vanya, yang sudah lama tidak dia jumpai sejak pernikahan ayahnya.
"Kenapa?" Malvin berujar bingung. "Kok gugup gitu?"
"Ehmmm," Anita menggaruk tengkuk. "Pulang aja kali, ya? Tiba-tiba gue jadi deg-degan gini."
"Ngaco," cowok itu menarik tangan Anita pelan, sehingga kini mereka berhadapan. "Kenapa gugup?"
"Tante Vanyaaaa," ia menggumam pelan.
"Gabriel mau ngundang lo ke rumah, pasti izin dulu sama Tante Vanya, Ta." Malvin menepuk pelan puncak kepala Anita. "Santai aja lagi."
"Hmm," perempuan itu menggangguk singkat. "Lo mau balik abis ini?"
"Enggak," Malvin menarik tangannya yang menempel pada kepala Anita. "Gue mau ke Vicky."
Anita menghela napas, ia memegang pundak Malvin yang lebih tinggi darinya. "Lo hati-hati, ya."
"Iya."
Kedua pandangan mereka bertabrakan, di bawah cahaya lampu jalanan, Malvin terlihat lebih jelas dibanding apapun yang ada di sekitar Anita sekarang.
"Hmmm," Anita mengusap poni Malvin, entah kenapa semenjak rambut Malvin mulai panjang, ia jadi senang menyentuh rambut cowok itu.
"Lo sekarang lebih berani mulai duluan, ya?" satu alis Malvin terangkat, mengakhiri ucapannya dengan senyuman penuh arti.
Wajah Anita memanas, ia menarik tangannya yang menyentuh rambut dan bahu Malvin, cewek itu tersenyum kikuk. "Nggak gitu!"
"Gimana dong?"
"Nah, loh!"
Keduanya otomatis menoleh, melihat Dika yang kini sedang melipat kedua tangannya di depan dada. Cowok itu berjalan menghampiri mereka, lalu memberikan tatapan tajam ke Malvin. Pandangannya beralih, kini pada Anita, ia menatap cewek itu hangat, lalu tersenyum ramah.
Dika menarik Anita mendekat ke dirinya, lalu merangkul pundaknya sehingga kedua tubuh mereka bersentuhan. "Gue kangen banget, Ta."
"Ye! Lebay lo."
"Seriussss!!" Dika memeluk Anita, tiga hari tidak bertemu karena Dika mengikuti LDKS di sekolah, rasanya begitu menyulitkan buat Dika.
"Dik! Lo, tuh, ya." Omel Anita, lalu menarik diri supaya Dika melepaskan pelukan keduanya.
"SAUDARIKU SETANAH AIR!" teriak Gabriel dari belakang, kemudian menghampiri Anita, cowok itu berjalan cepat menuju Anita.
"SAUDARA SATU NUSA SATU BANGSAKU!" Anita balas berteriak, kemudian terkekeh pelan.
Gabriel semakin dekat, kemudian memiting leher Anita pelan, sehingga sekarang wajah Anita membentur dadanya, keduanya tertawa ringan.
"Gab! Aduh, badan lo bau terpal!"
"Mana ada!" Gabriel terkikik, ia mendekatkan Anita ke ketiaknya. "Coba, nih, cium-cium!"
"GAB! JOROK LO!"
"Ekhmm," Malvin batuk berlebihan. "Aduuuhhh, seret banget tenggorokan gue, kayaknya musti ikut masuk juga ke dalam rumah lo, Dik."
Dika menoleh, menangangkat satu alisnya. "Oh? Lo mau main?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Teen FictionAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...