Senyuman lebar terlihat menghiasi wajah Anita, perempuan itu dengan langkah semangat bersama dengan Fina menghampiri Gabriel dan teman-temannya yang kini sedang meneguk minuman mereka masing-masing.
"Gab!" teriak Anita girang, cewek itu mendekat seketika itu juga langsung memiting leher Gabriel. "Gila! Kerennn banget, sih!"
Gabriel melotot, hampir tersedak minumannya sendiri. Buru-buru lelaki itu melepas pitingan Anita yang tidak kencang. "Heh! Gue lagi minum!"
"Iya-iya! Gue juga tau!" Anita nyengir kuda.
"Eh, ada calon bini," celetuk Randy, menggoda Anita.
"Jangan digodain, Ran. Udah ada monyetnya," ujar Omen yang baru saja datang.
"Eh, Randyyy!" sapa Anita semangat.
Kedua alis Gabriel hampir menyatu, dahinya berkerut heran. "Semangat banget, kenapa lo?"
"Mood gue lagi bagus hari ini," Anita mangut-mangut, beralih pada Fina. "Lo diem banget, kenapa lo?"
"Oh, iya, Fina," sahut Gabriel setelahnya. "Gimana tadi gue, Fin?"
Fina mengerjap, ditanya seperti itu oleh Gabriel membuatnya mau tak mau melemparkan senyuman. "Kalian bagus banget tadi."
"Yaaahhh, gitu doang responnya?"
"Terus gimana?" Fina nampak bingung. "Tapi beneran bagus, kok! Lagu yang kalian bawain apa judulnya?"
"No more-- eh ape, Gan?" Gabriel melirik pada Egan yang sedari-tadi diam.
"No more bad days."
"Nah! Itu!" Gabriel mangut-mangut. "Eh, iya, lo berdua udah makan?"
Anita dan Fina otomatis menggeleng bersamaan. "Belom."
"Ayo, dah! Ditraktir mie ayam Pak Lani sama Omen!"
"Asik!"
"Men! Gue juga, Men," pinta Egan.
"Apaan tiba-tiba gue?" Omen berujar sewot. "Masa--"
Semua mengalihkan pandangan dari Omen ketika tiba-tiba banyak murid berlarian ke satu titik, enam orang itu nampak heran.
"Ada apaan?"
"Nggak tau," Randy mengendikkan bahu. "Coba liat, Gab!"
"Eh, eh! Dra, ada apaan?" Egan memberhentikan salah satu temannya dari kelas lain.
Andra berhenti ketika dihadang oleh Egan, "ada yang berantem katanya, nggak tau, deh siapa. Mau liat ini gue, Gan." Andra berujar memberitahu. "Cabut dulu, dah!"
Keenam orang itu saling pandang, masing-masing mereka melangkahkan kaki mendekat ke arah yang yang dituju oleh orang-orang itu. Masih dari jarak sejauh beberapa meter dari tempat berlangsungnya perkelahian, Anita sudah dapat melihat siapa yang sedang melakukan adu pukul itu.
Malvin.
Yang makin membuatnya tak habis pikir, Malvin bertengkar dengan Apoy, teman baiknya.
"Lah? Malvin tuh?" gumam Randy.
"Iya anjir!" seru Omen heboh, ia beralih menatap Anita. "Nit, itu cowok lo ngape, dah?"
Anita bungkam, tidak banyak bicara, perempuan itu melangkah semakin dekat ke arah kerumunan.
"Malvin!"
Malvin yang sudah sangat mengenali suara itu, perlahan memberhentikan aktivitasnya, cowok itu terdiam beberapa saat. Lalu mengela napas pelan. "Nanti kita lanjut," Malvin berbisik pelan, pada Apoy yang kini ada di bawahnya dengan kondisi berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Teen FictionAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...