"Tapi kalo gue yang suka sama Fina, gimana?"
Anita diam beberapa saat, tidak tahu harus menjawab apa, satu sisi ia senang, namun di sisi lain, Anita seperti kurang yakin dengan Gabriel, maksudnya, Anita pernah merasakan hal ini saat Fina berpacaran waktu SMP dulu dan itu semua tidak berakhir baik.
"Jangan bercanda."
Hanya itu yang bisa Anita katakan untuk saat ini, semuanya terasa tertahan di mulut Anita, sebenarnya Anita ingin menghujami Gabriel dengan banyak pertanyaan, seperti misalnya, apa yang membuat dirinya menyukai Fina dan lainnya.
"Gue serius."
Anita kembali diam.
Gabriel mendekat ke arah Anita, ia duduk di kursi sebelah Anita, membuat kini keduanya bersebelahan. Namun yang Anita rasakan saat dekat dengan Gabriel sangat aneh, sungguh terasa berbeda.
Anita masih terdiam, tiba-tiba dirinya bungkam, tanpa bisa mengucapkan apa-apa.
"Kalo gue suka sama Fina, gimana?" pertanyaan yang sama terlontar kembali dari mulut Gabriel.
"Ngga tau," setelah terdiam cukup lama akhirnya Anita kembali berbicara.
"Apa sih," Gabriel berdecak. "Tinggal jawab aja."
"Ya, emang beneran gue ngga tau."
Gabriel menatap wajah Anita dengan teliti, Anita yang ditatap seperti itu merasa risih, akhirnya ia kembali fokus pada ponselnya.
"Sini deh," Gabriel menangkup pipi Anita dengan satu tangannya, kemudian memutar kepala Anita hingga sekarang posisinya wajah Gabriel dan Anita berhadapan, cukup dekat karena mereka duduk bersebelahan.
"Apa?" Anita mengangkat satu alisnya, diturunkannya tangan Gabriel yang memegang bagian wajahnya.
"Gue kayak pernah lihat lo, di mana, ya." Gabriel semakin mendekatkan wajahnya, ia benar-benar yakin bahwa ia pernah melihat orang yang sama persis dengan Anita, mata Gabriel menyipit, memperhatikan dengan seksama orang di sebelahnya ini.
"Gue jalan juga sering ketemu yang mirip lo, lo kira muka orang ngga bisa mirip apa? Apa lagi yang kayak lo gini."
Gabriel menggeleng cepat, "bukan itu." Katanya pelan. "Bener-bener mirip lo, apa jangan-jangan itu lo?"
Anita memutar kedua matanya, "ya, kalo mirip gue terus kenapa? Kalo itu beneran gue juga, terus kenapa?"
Gabriel menjauhkan wajahnya, "iya, ya? Kenapa harus ribet gini?"
"Hmm."
Gabriel terdiam beberapa saat, berfikir tentang rencananya untuk mendekati Fina. "Anterin gue ke kelas lo, dong."
"Manja, sono naek sendiri."
"Mau ketemu Fina, mau ngajak makan bareng," jelas Gabriel.
"Telat, udah turun duluan tadi."
"Yaudah, lo makan sama gue aja, deh, yuk, Ta."
Anita menatap Gabriel sengit, "apa tadi lo bilang, Ta?"
"Iya, nama lo Anita kan?" tanya Gabriel. "Nah, Anita dipanggilnya Ta. Emang seharusnya, gue manggil nama lo apa?"
Anita mengangkat kedua bahunya. "Orang-orang manggil gue, Nit. Jadi aneh aja gitu, kalo lo manggilnya lain."
"Emang ngga boleh?"
"Suka-suka lo, deh." Final Anita.
"Ke kantin yuk, Ta, gue laper, deh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Teen FictionAnita mengagumi Malvin sejak pertama kali mereka bertemu, Malvin adalah lelaki yang beda umurnya hanya dua tahun darinya, yang juga merupakan kakak kelasnya. Sementara Malvin, menanggap pertemuan antara dirinya dan Anita bukan apa-apa. Namun yang t...