Acara festival sekolah membuat kelas dibebaskan dari pelajaran selama satu minggu penuh. Dan ini adalah hari terakhir atas jamkos tersebut. Gessa tidak ingin menyia-nyiakan hari bebas ini dengan di ruang kelas ataupun perpustakaan.
Ia memilih taman belakang sekolah sebagai tempanya merenung atas kejadian kemarin. Sampai saat ini ia belum melihat Kevin yang seharusnya sudah menagih janjinya. Cowok itu seperti tertelan bumi sejak kemarin.
Jika boleh memilih pun Gessa tidak ingin bertemu dengan Kevin. Ia belum siap untuk menjadi pacar cowok itu.
"Ges."
Gessa menoleh dan tersenyum kecut saat didapati Kevin berdiri di sampingnya dengan senyum manis.
Padahal mintanya nggak pengen ketemu, kenapa malah ketemu?
"Gue mau ngomong, bisa?" tanya Kevin.
Gessa mengangguk dan menggeser badannya agar Kevin bisa duduk di sebelahnya.
"Mau ngomong masalah kemenangan ya, Vin?" terlihat raut cemas di wajah cewek bernama Gessa itu.
"Termasuk itu juga. Tetapi yang utama bukan itu," kata Kevin tetap menatap wajah Gessa yang menunduk.
Bahkan dia nggak natap lo sama sekali, Vin.
"Lo takut sama gue,Ges?"
Gessa mengangkat kepalanya dan memandang tepat bola mata Kevin yang berwarna hitam kelam.
"Nggak kok, aku la-lagi pusing aja," jawab Gessa gugup.
Kevin sadar hal itu adalah kebohongan semata.
"Lo inget perjanjian waktu itu kan?"
Gessa dengan berat hati mengangguk. "Kamu mau nagih janji, ya?"
"Tentu. Setelah apa yang gue usahain biar bisa ngalahin Adit, gue pengen nagih janji sama lo," jawab Kevin denga tetap menyunggingkan senyumnya.
Gessa menghembuskan nafasnya ringan. "Jadi kita pacaran?"
Kevin memandang Gesa lama sebelum senyumnya kembali terbit.
**
Adit hampir saja menabrak Gessa yang akan masuk perpustakaan seandainya dia tidak menggapai kusen pintu. Cowok itu menatap tepat di mata Gessa saat dirasa Gessa juga memandangnya sayu.
"Sori," kata Adit pelan.
Gessa menunduk dalam. Kata yang diucapkan Adit terasa ganda untuknya.
Maaf karena hampir menabraknya, atau maaf karena tidak bisa melindunginya?
Lagi-lagi keheningan melanda keduanya. Tidak ada yang mau berucap sepatah katapun. Bahkan mereka melupakan bahwa posisi mereka membuat pintu perpustakaan terhalangi. Untungnya, perpustakaan tidak terlalu menjadi minat murid sehingga tidak ada yang melewatinya.
"Kalian berdua ngapain berdiri di sana? Wah-wah, saya curiga mau bertengkar lagi di sini ya?" suara Bu Anya menginstrupsi keheningan mereka.
"Bu Anya jangan salah sangka mulu dong, ada kalanya tikus dan kucing berteman kok," sahut Adit sambil menunjukkan wajah tanpa berdosanya.
Bu Anya menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Mana ada kucing dan tikus berteman?"
"Pasti ada, Bu. Contohnya penegak hukum sama koruptor yang saling kerjasama. Iya kan, Bu?"
"Sudah-sudah, kamu ini murid yang seringkali bikin saya naik darah, ya Dit," ujar Bu Anya pasrah.
Adit tersenyum manis. "Tapi kan saya berguna untuk ibu, ya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jones Has Taken || #wattys2018
Fiksi RemajaHighest Rank #158 "Dasar Jones." "Kamu juga belum pacaran." "Kalau gue emang dasarnya pengen single. Single itu prinsip kalau jomblo itu nasib, sama kaya lo." Gessa Askara, siswi yang paling anti buku terpaksa masuk ekskul Perpuswork karena menghind...