Ternyata dapetin 10 vote itu susah banget ya, cukup 8 vote udah cukup kok buat kalian yang menunggu.
**
Gessa mengetuk pintu berwarna coklat milik Adit beberapa kali. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka menampilkan sosok Adit yang sudah rapi dengan kaos santai berwarna putih dan celana trining hitam. Adit sempat terkejut melihat Gessa ada di hadapannya namun dengan cepat ia merubah mimik wajahnya menjadi datar.
"Mau apa?" tanya Adit lirih.
"Tante Hana ada? Mama titip ini buat dia," jawab Gessa yang juga terkejut melihat siapa yang membuka pintu. Harapannya tidak bertemu Adit musnah. Namun sama seperti apa yang dilakukan Adit, ia segera memasang wajah malas.
"Eh, tadi malam lo nggak tidur, ya? Gue lihat lampu kamar lo nyala terus sampai tadi pagi. Ada acara apa sampai lo begadang?"
Pertanyaan Adit membuat Gessa gelagapan. Mimik wajah yang tadi terlihat malas menjadi bingung dan malu. Adit masih setia menunggu jawaban dari Gessa meskipun dalam hati dia ingin sekali tertawa. Rasanya menggoda Gessa adalah hobi yang paling menyenangkan.
Gessa yang masih sibuk mencari jawaban paling tepat akhirnya menghela nafas pelan. "A..Aku ngerjain PR buat minggu depan," jawab Gessa gugup.
"PR? Bukannya minggu depan kita free?" Adit semakin senang saat rencananya menggoda Gessa berhasil.
"Eh, bukan PR di sekolah kok," sanggah Gessa cepat.
"Tapi gue nggak lihat ada tanda-tanda kehidupan di kamar lo. Lo ngerjain PR dimana? Setahu gue, rumah lo tadi malam gelap semua kecuali kamar lo. Nggak mungkin lo ngerjain di kamar mandi, kan?"
Skak.
Gessa mati rasa mendengar sanggahan Adit. Bagaimana mungkin cowok itu bisa tahu. Gessa menggigit bibir bagian dalam sambil menunduk malu. Sudah pasti ia terlihat bodoh di depan musuh bebuyutannya ini.
"Lo nggak perlu cari alasan buat menghindar dari ejekan gue. Lo pasti kesakitan banget tadi malam. Secara lo itu paling anti tidur dengan lampu. Iya, kan?"
"Ini buat mama kamu."
Gessa segera menyerahkan titipan mamanya dan berbalik menuju pagar rumah Adit. Pikirannya menangkap sinyal buruk jika berlama-lama di sana. Apalagi ia baru saja kalah melawan Adit. Benar kata Aura, mending makan daun daripada bicara dengan Adit.
"Lo mau kemana?"
Gessa hampir saja menyentuh pagar, namun niatannya terhenti karena suara Adit. Sebelum menatap Adit, ia menormalkan mimik wajahnya dengan menarik nafas pelan lalu menghembuskannya. "Mau lari. Lagian aku malas debat denganmu. Sangat nggak menguntungkan."
Gessa yang sudah memasang wajah datar, menatap Adit sengit. Tidak ada raut bersahabat di wajahnya. Begitu pula dengan Adit. Ia memandang sinis pada Gessa. Bagi Adit ini adalah penghinaan. Bagaimana mungkin Gessa berubah dengan cepat. Beberapa menit yang lalu ia menahan malu habis-habisan. Saat ini?
Wajahnya menantang Adit seperti yang dilakukan Jerry saat bertemu dengan Tom.
"Lo nggak punya sopan santun, ya? Lo kira gue pembantu rumah tangga yang siap terima-antar makanan?"
"Mama kamu ngidam apa sih sampai ngelahirin cowok sepertimu?"
Adit mengangkat bahunya sambil berlalu dari hadapan Gessa. Mau tidak mau, Gessa mengikuti langkah Adit.
Bau harum pewangi ruangan menyeruak ke indra penciuman Gessa ketika kakinya mulai menapak di lantai ruang tamu rumah Adit. Dengan memeluk rantang titipan mamanya, ia tersenyum memandang deretan lukisan yang terpampang di dinding. Beberapa kali ia menahan tawa ketika melihat foto kecil Adit yang diletakkan di rak besar.
Ia ingat betul bagaimana masa kecilnya bersama tetangga yang saat ini menyandang gelar musuhnya itu. Setiap pagi Adit akan menjemput Gessa untuk berangkat ke sekolah bersama-sama. Dengan senyum khas anak kecil, Adit selalu berjanji pada Mama Gessa untuk menjaga putrinya dengan hati-hati. Saat perjalanan menuju sekolahnya, Gessa seringkali mengeluh karena lelah. Dan Adit akan menawarkan punggungnya pada Gessa.
'Menyenangkan sekali masa kecilku,' pikir Gessa.
Wajah manisnya tersenyum ketika mengingat masa-masa yang sangat dirindukannya tersebut.
"Kenapa senyum-senyum? Ada yang aneh sama fotoku?"
"Aku kangen sama masa kecilku. Dulu kita rukun, berbeda dengan sekarang," ucap Gessa tanpa sadar. Senyumnya makin mengembang mengetahui foto dirinya dengan Adit yang sedang menunjukkan gigi serta gaya 'angka duanya'. Di foto itu, Adit dengan muka polosnya, merangkul Gessa dan dibalas balik olehnya. Ia ingat kapan foto itu diambil. Ulang tahun Adit yang ke enam.
Senyuman itu hanya berlangsung beberapa saat karena Gessa kembali ke alam sadarnya. Wajahnya yang tadi berseri-seri secepatnya dia ganti dengan wajah sinis.
"Bukannya lo nggak suka sama masa kecil kita? Lo sendiri yang bilang kalau masa kecil lo itu menyebalkan," sindir Adit.
Setelahnya ia kembali berjalan menuju tangga yang ada dibalik rak besar itu. Gessa segera mengikuti langkah Adit seperti tadi. Tapi kali ini, pikirannya kembali ke masa ketika ia memutuskan tali pertemanannya dengan Adit. Bukan memutuskan, namun berusaha menjauh dan mulai mengibarkan bendera menantang.
"Lo mau kemana? Ikut ganti baju?"
"Hah? Eng..nggak kok. Mama kamu dimana?"
"Taruh aja di meja makan."
"Hm. Aku duluan ya, salamin ke mamamu." Adit menanggapinya dengan anggukan lalu segera menuju ke kamarnya.
Sedangkan Gessa keluar dari rumah Adit dan melanjutkan acara joggingnya.
Oke, segini dulu aja ya. Vomment nya jangan lupa ya. bakal update cepet kok nggak nunggu vote lagi, nyesek gitu

KAMU SEDANG MEMBACA
Jones Has Taken || #wattys2018
Roman pour AdolescentsHighest Rank #158 "Dasar Jones." "Kamu juga belum pacaran." "Kalau gue emang dasarnya pengen single. Single itu prinsip kalau jomblo itu nasib, sama kaya lo." Gessa Askara, siswi yang paling anti buku terpaksa masuk ekskul Perpuswork karena menghind...