Voment jangan lupa. Aku dedikasikan untuk
**
"Nih, bawa," ucap Adit sambil memberikan beberapa buku ke tangan Gessa.
Adit mengernyit saat didapatinya Gessa tidak melakukan protes. Biasanya cewek itu paling anti kalau disuruh-suruh. Terlebih pandangannya terlihat kosong saat menatap buku yang diberikan Adit.
"Lo kenapa?"
Gessa mengalihkan pandangannya pada cowok yang ada di hadapannya. "Nggak papa."
Adit semakin heran dengan tingkah Gessa yang berjalan mendahuluinya. Cewek itu menghiraukan panggilannya da terus berjalan menuju kasir.
"Lo kenapa? Marah karena gue bawa paksa ke sini?" Adit bertanya dengan hati-hati. Yah, siapa tahu Gessa lagi titttt-ada tamu.
Gessa menggeleng. Awalnya ia memang sempat marah karena Adit membawanya paksa. Namun saat tahu Adit membawanya ke toko buku untuk memenuhi buku-buku di perpustakaan, akhirnya ia menurut saja.
Yang jadi permasalahan dalam pikirannya saat ini adalah cewek yang bersama dengan Kevin tadi. Kevin memang tidak secuek Adit dalam masalah cewek, tapi ia tahu Kevin seringkali menghindar dari cewek-cewek yang mengidolakannya.
Masa iya tadi itu pacarnya?
Pemikiran itulah yang sempat menjadi patokan Gessa dalam menjawab tebakannya.
"Aku pengen ice cream di dekat taman komplek," ucap Gessa tiba-tiba.
Adit yang masih sibuk memilih buku akhirnya mendongak untuk menatap Gessa. Ia tersentak saat melihat Gessa yang sudah menatapnya dengan mata berbinar. Perasaan tadi dia terlihat murung, kok udah baikan aja?
"Lo berubahnya cepet banget," jawab Adit sambil meletakkan beberapa buku di pangkuannya.
"Udah turutin aja. Kalau nggak, aku nanti ngambek lagi."
Adit berdecak. "Mau marah juga nggak masalah bagi gue," cibir Adit sambil berlalu menuju kasir dan meninggalkan Gessa yang sedang memaki cowok itu.
Akhirnya Gessa hanya bisa mengekor di belakang tubuh Adit sambil membawa tumpukan buku fiksi. Sambil menunggu Adit yang sedang mengurus pembayaran buku perpus, Gessa melihat aksesoris rambut di dekat pintu keluar. Warna-warni hiasan rambut itu membuat matanya semakin berbinar.
"Ayo," ajak Adit yang sudah menenteng dua kardus berukuran sedang.
"Dit, ini unyuk ya," kata Gessa sambil memperlihatkan jepit berwarna pink.
Adit mendengus malas sambil melangkah menuju motornya.
"Adit, tungguin!" pekik Gessa sambil meletakkan jepitnya kembali. Sebelum beranjak, ia kembali melihat jepit tersebut. "Imut jepitnya tapi harganya nggak imut."
Gessa keluar dengan wajah cemberut. Dilihatnya Adit yang sedang berbicara dengan salah satu guru di sekolahnya dan membawa dua kardus tadi ke bagasi mobil guru tersebut. Gessa merasa tidak asing dengan wajah guru itu. Ya, sepertinya beliau adalah suami dari Bu Anya.
"Lo mau pulang atau jadi patung selamat datang di situ?"
Gessa mencibirkan bibirnya dan duduk di belakang Adit. "Beli ice cream jangan lupa, ya."
"Iya-iya."
Motor yang dikendarai Adit membelah jalanan yang terlihat cukup lenggang. Meski hari sudah sore sepertinya para pekerja masih berkutat pada tugasnya. Sedangkan para pelajar sudah pulang beberapa jam yang lalu.
Setelah sekitar lima belas menit, Adit menepikan motornya di dekat taman komplek. Suasana taman cukup rame mengingat cuaca yang baik untuk jogging sore hari. Ia melepas helm nya dan beranjak menuju kedai ice cream yang cukup bayak pengunjungnya.
"Rasa coklat?"
Gessa mengangguk dengan menampilkan senyum sabitnya. Bahkan setelah mereka lama bermusuhan, Adit tetap mengingat rasa kesukaannya. Ia jadi kangen dengan masa kecilnya bersama Adit yang suka membuat coklat sendiri di rumahnya.
Selain persamaan dalam kesukaan ajang balap Motogp, mereka juga sama-sama suka coklat. Segala jenis makanan yang berbau coklat dan tidak terlalu menyukai rasa strawberry.
"Nih," kata Adit yang sudah duduk di samping Gessa. Mereka duduk di bangku taman dengan menikmati ice cream coklat dengan topping wafer.
"Jon, lo tadi kenapa tiba-tiba diem?" tanya Adit setelah menghambiskan satu cup ice cream nya.
"Gessa. Ges-sa. Bukan Jon," celetuk Gessa dengan wajah muram.
Adit terkekeh. "Kan emang lo Jones, Jomblo Ngenes."
"Selama ini aku baru bisa berpikir kalau kamu juga jomblo kok. Kenapa malah ngejek aku?" balas Gessa sengit.
Ya, setelah dipikir-pikir mereka sama-sama belum pernah pacaran. Terus apa bedanya Adit dan Gessa?
Adit memposisikan duduknya menghadap Gessa. Cewek itu terkejut dan menahan detak jantungnya beberapa detik. Dari dekat seperti itu wajah Adit terlihat lebih ... hm tampan mungkin. Apalagi bau maskulin yang tercium dari baju Adit. Membuat pipi Gessa semakin memerah.
"Gue sama lo itu beda." Gessa menautkan kedua alisnya. "Gue single kalau lo jomblo."
"Emang apa bedanya kalau sama-sama masih sendiri?" tanya Gessa lagi. Ia bahkan membiarkan ice cream nya yang sudah mulai meleleh.
"Beda. Single itu prinsip sedangkan jomblo itu nasib."
Gessa semakin bingung.
"Single itu menjauh dari hubungan. Kalau jomblo itu dijauhi sama relationship, kaya lo gini," celetuk Adit tanpa merasa bersalah.
Gessa mendelik. "Enak aja dijauhin sama hubungan."
Adit tertawa melihat raut wajah Gessa yang memerah. Bukan karena malu melainkan karena marah. Sudah lama ia tidak dekat dengan Gessa setelah kejadian itu. Yah, mungkin lebih dari seribu hari mereka mencoba saling menjauh atau sekitar tiga tahun.
Bukan saling menjauh, tapi hanya Gessa yang menghindari Adit.
"Lo udah mulai suka sama Kevin?" tanya Adit tenang.
"Nggak tau. Emang gimana rasanya suka sama orang?" tanya Gessa balik.
Adit tersenyum miring. "Lo beneran nggak pernah suka sama cowok?"
Gessa menggeleng. "Mungkin pernah tapi aku nggak peka."
"Lo memang ceria tapi gue rasa lo termasuk cewek cuek dalam perasaan. Lo bahkan nggak tau ada yang suka sama lo. Salah satunya Kevin," kata Adit.
"Kalau Kevin suka, kenapa nggak langsung bilang?" tanya Gessa.
"Lo kira semua perasaan bisa diungkapkan? Mungkin Kevin belum siap ditolak sama lo, tapi gue rasa lo juga suka sama dia. Jadi kemungkinan dia ditolak sangatlah kecil. Atau mungkin ..dia nggak mau ngasih beban ke lo," jelasnya panjang lebar.
Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah didengar Gessa dari mulut Adit. Dan kalimat terakhir itu terdengar agak lirih daripada kalimat sebelumnya.
"Ice cream lo udah habis, kan? Yo, pulang. Kayaknya habis ini hujan," ajak Adit sambil berdiri dari bangku taman. Dan menggendong tasnya kembali. Gesa hanya mengekor di belakangnya. Pikirannya masih melayang pada ucapan Adit tadi.
Apa benar Kevin suka sama aku?
**
Udah cukup panjang ya? Vomment harus ya. Chap depan aku dedikasikan untuk komentator pertama. See you,
SALAM KODOK
KAMU SEDANG MEMBACA
Jones Has Taken || #wattys2018
Ficção AdolescenteHighest Rank #158 "Dasar Jones." "Kamu juga belum pacaran." "Kalau gue emang dasarnya pengen single. Single itu prinsip kalau jomblo itu nasib, sama kaya lo." Gessa Askara, siswi yang paling anti buku terpaksa masuk ekskul Perpuswork karena menghind...