Jimin terbelalak seraya membalikkan tubuhnya menatap gadis yang kini tengah duduk di meja makan.
"Apa yang kau katakan? Ulangi lagi," ujar Jimin yang masih tampak tak percaya dengan apa yang diucapkannya.
Ahseul, gadis itu bangkit dari duduknya mendekat pada posisi berdiri Jimin dan tak lupa sedikit mendongakkan kepalanya menatap dalam mata Jimin. Ia tampak mengambil napasnya terlebih dahulu sebelum ia akhirnya mulai berucap.
"Kalau kau bersungguh-sungguh ingin bersamaku, hancurkan mimpimu itu sebagai penyanyi. Turunlah dari panggung dan datang padaku." Sangat jelas dan tegas Ahseul mengucapkan setiap kata itu.
"Ap—apa?"
"Kenapa? Kau tidak bisa? Kalau begitu, berhenti di sini adalah yang terbaik."
"Seul-ah, kau tahu seberapa pentingnya mimpi itu bagiku. Kau tahu itu lebih baik dari siapapun, dan—"
"Dan aku tahu, aku juga penting bagimu. Hancurkan mimpimu atau hancurkan hatiku," ujar Ahseul yang bahkan tak menurunkan matanya pada Jimin.
Jimin tercengang mendengar kalimat yang bahkan tak ia bayangkan bahwa Ahseul bisa mengatakan hal seperti itu. Jimin tak mampu mengedipkan matanya dan berkerut kening seolah melihat apakah Ahseul serius dengan ucapannya.
"Kau tidak akan bisa memiliki 2 hal yang berarti bagimu. Kau harus mengorbankan salah satunya."
Kosong, Jimin benar-benar tak bisa mendengar apapun atau bahkan memikirkan apa-apa saat ini. Ia tidak menyangka hidupnya akan mengalami kejadian yang tak pernah ia bayangkan seperti ini.
"Seul-ah, jangan berbohong padaku dan hentikan sandiwara ini, hm? Aku takut," lirih Jimin dengan suara yang bergetar berusaha meraih kedua tangan milik Ahseul.
Namun, Ahseul dengan cepat menepisnya saat Jimin bahkan belum mengenggamnya dan Jimin kembali tercengang melihat sikap Ahseul kali ini.
"Jangan menghindar, Jim. Kau selalu seperti ini, kau tidak bisa memilih dan selalu membuatku yang melindungi kedua pilihanmu ...."
Ahseul menatapnya tajam dan tegas penuh keseriusan berbanding terbalik dengan Jimin yang malah tampak takut.
"... karena kau tidak bisa melindunginya sendiri," sambung Ahseul yang terdengar seperti lirihan hatinya.
"Apa maksudmu?"
"Benar 'kan? Kau bahkan tak akan bisa melakukan sesuatu tanpa suruhanku. Kau selalu berharap padaku, memperlakukanku layaknya bayanganmu yang harus kau bawa setiap saat dan aku—"
"Seul-ah!" Jimin seolah tak sanggup mendengar ucapan Ahseul jika dilanjutkan.
"—aku lelah, Jim ...," lirih Ahseul dengan bola matanya yang mulai berkaca hingga Jimin bisa elihat pantulan dirinya di sana.
Jatuh, semua perasaan Jimin yang ia rasakan sedari tadi sontak jatuh. Kini jiwanya telah jatuh begitu saja meninggalkan raganya. Dan, gadis itu menangis. Ahseul terisak menatap Jimin. Ia tak menurunkan matanya dan tetap menatap Jimin seolah membiarkan lelaki itu melihat air matanya.
Jimin sesak, rasa sekak kini menguncinya. Ia kesulitan mengambil oksigen menatap Ahseul yang kini terisak di hadapannya.
"Jadi, apa yang harus kulakukan?" Jimin frustasi, ia benar-benar frustasi dengan hal yang bahkan tak ia mengerti ini.
"Hancurkan mimpimu dan bersamaku," lirih Ahseul yang masih terisak menatap Jimin.
Jimin bergeming, ia menatap gadis itu yang tampak begitu yakin dengan ucapannya.
"Jika aku tidak mau?"
Ahseul terdiam, ia berusaha menghentikan isakan tangisnya.
"Kalau begitu, hancurkan hatiku dan lakukan apa yang kau mau dengan mimpimu. Jangan lagi kau memilih keduanya."
Jimin mendengus napasnya dengan kasar. Ia yang tadinya takut dan terasa bagai mimpi saat ini. Kini ia mulai tampak serius dan kesal menatap Ahseul. Ia masih tidak menyangka bagaimana Ahseul bisa menjadi egois seperti ini.
"Kalau begitu, siapkan hatimu. Karena, aku akan menghancurkannya." Jimin menatapnya dingin dan tajam seolah ingin ikut merasa egois di sana.
Ahseul menatapnya dalam diam, Jimin benar-benar tampak kesal dan emosi.
ㅡBehind The Sceneㅡ
New story is here~
Ini masih prolog ya, 1st chapnya belum ...
Bagaimana pendapatnya?
Next?Sorry for typo(s)
Thank's for reading
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SCENE (B.T.S)
Fanfiction__Park Jimin__ Ketika ia yang kau cintai mengatakan untuk menghancurkan mimpimu Ketika kau harus menghancurkan hatinya demi membiarkan hidup mimpimu Ketika kau harus membuat luka baru demi melupakan rasa sakit pada luka lainnya __Lee Ahseul__ Keti...