Hujan menyapa pagi kali ini, berkat itu pula perjalanan ke kantor Ahseul dan Jihoon harus menghadapi macet di tengah hujan yang cukup lebat. Semalam Ahseul menginap di rumah Jihoon berkat permintaan Nyonya Park. Kelembutan hati Nyonya Park membuatnya tak bisa membuat Ahseul pulang setelah menangis di dalam pelukannya. Sebab itulah Ahseul kini berangkat bersama Jihoon pagi ini.
"Aku kecewa padamu, kenapa harus berhenti mendadak?" ini yang ketiga kalinya Ketua Jo mengucapkan hal yang sama, dan selalu dijawab senyuman dan kata 'maaf' pula oleh Ahseul.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Tidak ada," ujar Ahseul dengan senyum menahan tawanya saat melihat raut khawatir dari Ketua Jo.
"Kau baru saja dipromosikan bulan ini, dan tiba-tiba berhenti. Aku hanya merasa sayang saja, kau sudah bekerja sangat keras."
"Mungkin belum rejekiku, tak apa."
Ketua Jo pun dibuat terbungkam dengan helaan napas menyiratkan kekecewaan dan kesedihan diwaktu yang sama.
"Jika sempat aku akan menghubungimu." Ahseul jelas berusaha menghibur Ketua Jo, dan langsung mendapatkan balasan, "Kau keluar negeri?"
"Tidak seperti itu juga, tapi ... cukup jauh." Terdengar abstrak jawaban Ahseul. Tentu saja, ia tidak mau membeberkan bahwa alasannya berhenti adalah untuk melakukan pengobatan untuk penyakitnya.
Disela-sela dialog keduanya, ada seseorang yang kemudian memanggil Ketua Jo dan memberikan sebuah amplop besar yang diyakini Ahseul adalah daftar acara beserta naskah milik sebuah acara; ia sudah cukup tahu untuk hal-hal seperti ini.
"Itu, biar aku saja yag berikan ke acara pilot itu." Ahseul menunjuk amplop itu setelah orang itu pergi dan Ketua Jo mendelik ke arahnya bingung, "Ini?"
"Iya, anggap saja tugas terakhirku." Ahseul benar-benar ingin meninggalkan tempat ini dengan baik-baik dan secara indah pula. Walaupun sesaat, tempat ini menjadi satu-satunya merealisasikan mimpinya.
"Baiklah, antarkan dengan baik." Ketua Jo akhirnya tersenyum, ia memberikan amplop itu secara simbolis pada Ahseul seolah tengah memberikan aset penting negara. Kikikan geli keduanya kemudian menjadi akhir dialog mereka sebelum Ahseul pamit pergi.
Ahseul sedikit mempercepat langkahnya saat melihat pintu lift yang terbuka itu, dan Jihoon berada di dalamnya dengan beberapa staf lainnya.
"Noona, itu apa? Bukannya sudah selesai semua?"
"Oh, ini daftar acara dan naskah acara pilot. Tugas terakhir." Ahseul sedikit menaikkan amplop itu seolah memamerkannya dengan senyum bangganya.
"Aku juga ke lantai yang sama. Setelah itu kita makan siang bersama saja."
Ahseul mengangguk pasti dengan senyum yang tak pernah luntur. Lift berhenti bersamaan dentingan suaranya. Jihoon lebih dulu keluar diikuti Ahseul yang kembali berhenti melangkah saat Jihoon lebih dulu berbalik padanya, "Nanti tunggu di depan lift saja, aku hanya sebentar saja."
Kembali Ahseul menangguk, Jihoon pun pergi ke arah yang berbeda dengan tujuannya. Ahseul tahu ke ruang mana yang arus ia tuju. Langkah ringannya membawa ia sedikit menelisik ke setiap sudut yang ia lewati, ia pasti akan merindukan tempat ini. Tak begitu banyak orang-orang yang berlalu lalang di koridor ini; kebanyakan dari mereka berada dalam ruang rapat acara masing-masing.
Sampai langkah Ahseul terhenti tanpa aba-aba darinya, terhenti begitu saja ketika sosok Jimin berhasil masuk pada fokus atensinya. Jimin kini berada tepat di hadapannya dengan jarak yang tak jauh. Bukan hanya Jimin memang, para anggota lainnya dan juga para manajer mereka berada di sana. Namun, hanya Jimin yang menjadi fokusnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/109649763-288-k366186.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SCENE (B.T.S)
Fanfiction__Park Jimin__ Ketika ia yang kau cintai mengatakan untuk menghancurkan mimpimu Ketika kau harus menghancurkan hatinya demi membiarkan hidup mimpimu Ketika kau harus membuat luka baru demi melupakan rasa sakit pada luka lainnya __Lee Ahseul__ Keti...