Chapter 33

3.2K 454 100
                                    

Tepat seminggu hari ini Ahseul tak mengangkat panggilan Jimin, selama itu pula pesan-pesan Jimin tak dibalasnya. Karena, malam itu. Sejak Jimin memutuskan pergi demi jadwalnya dan meninggalkan Ahseul seorang diri, gadisnya menutup semua jalur komunikasi mereka.

“Kenapa? Masih tidak diangkat?” Taehyung kini sudah menjatuhkan tubuhnya tepat di sisi kanan Jimin dengan ponsel digenggamannya. Lirikan pun sempat Taehyung lakukan pada Jimin, “Ahseul tidak pernah seperti ini, apa terjadi sesuatu?” Kembali Taehyung bertanya setelah mendapat jawaban pertanyaan pertamanya dengan ekspresi tak baik dari Jimin.

“Makanya aku bingung, ia tidak pernah seperti ini dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.” Ini pertama kalinya Jimin menjelaskan isi hatinya setelah dari kemarin hanya diam dan menjawab sekedar semua pertanyaan mengenai hubungannya dengan Ahseul.

“Tapi, bukankah itu normal? Seorang gadis yang membenci kekasihnya saat pergi di tengah waktu mereka berdua, iya ‘kan?” Taehyung bergidik, menatap Jimin seolah meminta pendapatnya akan hal itu. “Saat itu hingga kini adalah jadwal penting,” jawab Jimin cepat seolah ia memang memiliki alasan yang kuat untuk melakukan hal tersebut.

“Perempuan tidak perduli dengan itu semua. Mereka hanya melihat apa yang mereka lihat, waktu yang mereka perlukan bersama kekasih mereka.” Kembali Taehyung berucap layaknya seorang pakar yang ahli dalam persoalan seperti ini.

Helaan napas panjang menjadi respon Jimin, ia bahkan semakin menyenderkan tubuhnya di sofa seraya mendongak menatap langit-langit ruang tunggu mereka. “Jadi, ini yang normal?” Jimin memberikan helaan napas pendek sebagai jeda, “Tapi, kenapa terasa begitu asing?” Kini kembali Taehyung menjadi pusat atensi Jimin.

“Kau sadar? Selama ini kau berkencan bukan dengan manusia, tapi malaikat. Tidak ada selain Ahseul yang mampu mengerti semua itu.”

“Tapi, jika ia terus-terusan seperti itu maka hanya ia yang tersakiti. Ia yang selalu berkorban, ia——“

“Lalu, bagaimana? Sekarang kau yang tidak bisa berkorban deminya ‘kan? Kau ... kau tidak akan bisa menggantikan posisinya.”

Jimin kembali bertengkar dengan pikirannya setelah menyelesaikan dialognya bersama Taehyung, tak ada kalimat lagi yang mampu terucap atau bahkan terpikirkan olehnya untuk menyelesaikan masalah ini. Mengunjungi Ahseul menjadi satu-satunya jawaban kini. Jimin tahu bahwa seharusnya sejak beberapa hari yang lalu ia melakukan hal ini, namun apa bisa ia perbuat jika jadwalnya itu tak mendukung niatnya.

Jimin memilih mendatangi stasiun TV di mana Ahseul bekerja, menjemput Ahseul dan pulang bersama gadisnya itu menjadi pilihan bagi Jimin untuk meredakan kesalnya Ahseul. Sesaat sampai di sana sudah tak begitu ramai, jamnya para pegawai untuk pulang sudah dari setengah jam yang lalu dan Jimin meyakini pasti gadisnya itu belum pulang. Benar saja, ia melihat Ahseul tengah membawa kardus yang cukup besar hingga tak mampu sepenuhnya berada dalam pelukan Ahseul.

“Ah, kenapa mereka menyuruh seorang gadis mengangkat hal seperti itu!” jelas Jimin bergerutu kesal melihat gadisnya seolah tengah menjadi asisten massal jika seperti ini. Sama seperti Ahseul masih bekerja sebagai stylist-nya dulu.

Baru saja Jimin hendak berlari ke arah Ahseul, keseimbangan gadisnya itu hilang hingga menjatuhkan kardus itu beserta beberapa isinya. Ringisan Ahseul sedikit terdengar dan tentu Jimin semakin meningkatkan kecepatan langkahnya mendekat pada Ahseul, “Seul-ah, kau tak apa?” seraya ia berjongkok mengecek kondisi Ahseul terlebih dahulu ketimbang mengambil barang-barang yang terjatuh itu.

Ahseul mendongak, pemuda dengan hoodie dan topi hitam serta masker putih itu sungguh tak asing baginya, itu Jimin, kekasihnya. Bukannya tatapan kehangatan penuh rindu sebagai balasan seminggu tak bertemu, Ahseul malah sedikit mendorong Jimin untuk menjauh, “Minggir, aku sibuk.”

BEHIND THE SCENE (B.T.S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang