Wajahnya terhuyung cepat, bersamaan dengan suara yang begitu nyaring di sana. Tamparan kuat dari Bang PD sukses membelalakkan Jimin, tanpa sadar menghembuskan napas kasarnya. Kedatangannya yang langsung disambut dengan tamparan cukup membuat Jimin tak habis pikir.
“Kenapa, Pd-nim?”
“KENAPA?! Kau masih bisa bertanya kenapa?!” jelas tak ada tanda-tanda Bang PD untuk berdialog dengan kepala dingin dengan Jimin, ia terlanjur meluapkan emosinya pada Jimin yang bahkan belum duduk di sofanya.
“Apa yang kau lakukan minggu-minggu terakhir ini, eo?! Ke acara musik terlambat, beberapa hari tidak pulang ke dorm, rekaman lagu berbeda sendiri, dan hari ini kau bahkan tak hadir ke acara fansign?! Kau benar-benar sudah gila rupanya!”
Kegugupan mulai merasukinya, begitu kesat rasanya saat ia menelan air liurnya. Akhirnya Bang PD mengetahui semuanya, Jimin juga sudah memprediksi hal ini sebelumnya. Orang Bang PD di mana-mana, bahkan jika manajer dan membernya menutup mulut maka akan ada orang lain yang memberitahunya.
“Aku sudah katakan sebelumnya bahwa aku tidak akan melepas Ahseul. Aku serius akan hal itu.”
“Park Jimin! Jika seperti ini terus kau akan——“
“Iya, aku mungkin akan kehilangan semua ini. Tapi, aku tidak akan melepas mimpiku juga kecuali mimpi itu yang menjauh dariku. Aku tahu Pd-nim tidak akan pernah bisa mengeluarkanku dari BTS, karena itu aku akan tetap bertahan di BTS dengan mengenggam Ahseul dan menghadapi segala resikonya. Ini yang sudah kupilih.”
“Kau benar-benar gila!” jelas terlihat bagaimana Bang PD menggeram di sana, ia berhasil tertohok dengan kalimat Jimin yang mengatakan bahwa dirinya tak akan bisa mengeluarkan Jimin dari BTS. Jimin benar akan hal itu, kecuali Bang PD ingin seluruh dunia melemparinya batu.
“Aku pikir dialog kita sudah selesai, aku pamit.” Tak hilang hormat Jimin pada Bang PD di sana, dan tatapan menahan emosi menjadi pengiring Jimin meninggalkan ruangan Bang PD tersebut.
“Benar, aku tidak akan bisa melepasmu dari genggamanku. Tapi, aku bisa melepaskan genggamanmu pada gadis itu. Tunggulah, Park Jimin.”
***
Napas yang menggebu, langkah cepat yang mendominasi, beberapa kali gerakan meremas rambutnya kuat ke arah belakang dilakukan Jihoon. Dengan sebuah kertas yang digenggamnya kuat, ia menyusuri lobi kantornya sehabis turun dari lift.
Langit sudah gelap, beberapa karyawan sudah menyelesaikan pekerjaan mereka dan pulang. Namun, Jihoon yang tengah lembur menemukan sesuatu yang selama ini menjadi titik kecurigaannya pada gadis yang kini baru saja hendak naik ke bus. Genggaman kuat berhasil menahan kepergian gadis itu, Ahseul menatap pemuda yang baru saja menggegam tangannya itu.
“Jihoon-ah.”
Tak ada kalimat sapaan dari Jihoon, ia hanya semakin menguatkan tarikannya seolah mengintruksi Ahseul untuk ikut padanya. Kebingungan tentu saja menelisik Ahseul, namun ia tetap menuruti Jihoon dan mulai melangkah dengan tarikan Jihoon yang mendominasi.
“Apa ini?” cepat Jihoon menyodorkan kertas yang sedari tadi ia pegang itu, kala keduanya kini berada di pinggir jalan tak jauh dari halte bus.
Ahseul menerimanya, melihat sekilas isi dari kertas itu tanpa membaca semuanya. Karena, judul besarnya saja sudah membuat Ahseul terbelalak di sana, menatap Jihoon yang meletakkan semua titik keseriusannya di sana. Hasil tes check up-nya yang terakhir kali.
“Kau membongkar laciku?” ya, Ahseul meletakkan ini di lapisan terakhir dokumen-dokumennya, bahkan nyaris saja ia buang namun mengingat seseorang bisa saja melihatnya jika ia buang. Meletakkannya di rumah akan lebih bahaya karena Jimin bisa saja melihatnya, dan kini Jihoon-lah yang melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SCENE (B.T.S)
Fanfic__Park Jimin__ Ketika ia yang kau cintai mengatakan untuk menghancurkan mimpimu Ketika kau harus menghancurkan hatinya demi membiarkan hidup mimpimu Ketika kau harus membuat luka baru demi melupakan rasa sakit pada luka lainnya __Lee Ahseul__ Keti...