Sudah beberapa bulan sejak pertemuan terakhir Jimin dan Ahseul. Bahkan musim telah berganti; dinginnya salju tergantikan dengan mekarnya bunga.
Jimin sibuk dengan karirnya sebagai anggota grup yang tengah naik daun. Debut Amerikanya sukses; sesuai impiannya. Album terbaru tengah dipersiapkan dengan sehebat mungkin; harus melebihi dari yang sebelumnya. Itu tujuan mereka.
Awalnya, anggota lainnya sempat bingung dengan Jimin yang kembali seperti semula. Yaㅡseperti yang mereka kenal; keramahan dan keceriaan Park Jimin kembali seolah tak memilki masalah apapun. Ahseul? Jimin bahkan lupa gadis itu pernah mengisi hidupnya.
Meskipun merasa takut dan aneh di awalnya, tapi saat ini mereka memilih untuk menghormati Jimin; dengan menerimanya. Tak ada lagi pertanyaan mengenai Ahseul. Nama Ahseul bahkan tak pernah tersebut lagi. Jimin benar-benar kembali seolah ia tak pernah pergi. Jimin yang dirindukan para ARMY kini lebih menunjukkan kasih sayangnya berlebih. Jimin tampak bahagia dengan hidup barunya, tanpa Ahseul.
Tak berbeda jauh dengan Jimin, Ahseul pun begitu. Tak ada tangis ataupun kerapuhan lagi. Ia bekerja dengan baik, bahkan lebih baik sebab pujian terus dilontarkan padanya. Keahliannya mulai meningkat, Ahseul sering dipakai untuk membantu beberapa tim mengerjakan naskah acara mereka. Bahkan sempat tersebar rumor bahwa Ahseul akan direkrut salah satu tim acara dengan rating yang paling tinggi.
Namun, ganjalan hatinya masih tersisa. Ahseul tidak bisa sebahagia itu; melupakan segalanya seolah tak pernah terjadi. Kondisinya tak sama seperti dulu.
Kesehatannya jauh dari kata baik. Sedang bekerja saja tangannya beberapa kali bergetar hebat, dibarengi dengan keringat dingin yang menguasai. Kakinya beberapa kali mati rasa hingga sulit untuk ia berjalan atau pun berdiri dalam jangka waktu yang lama. Penglihatannya berkurang; bahkan pernah saat terbangun dari tidur ia benar-benar tak melihat apa-apa. Gelap. Sunyi. Sendiri. Dan, dikuasai ketakutan yang amat hebat.
"Jihoon-ah!" Ahseul memanggil Jihoon sesaat rapat selesai dan pegawai lainnya pun sudah lebih dulu meninggalkan mereka.
Tak ada jawaban dari Jihoon, hanya meliriknya sekilas dan dilanjutkan dengan langkah pasti mennggalkan Ahseul. Membuat Ahseul mempercepat langkahnya untuk menahan Jihoon.
"Jangan marah lagi padaku."
YaㅡSejak Ahseul menamparnya di kediamannya waktu itu, hubungan mereka benar-benar merenggang. Jihoon mengabaikannya, auranya sangat dingin dan terkesan mencekam jika tak sengaja manik mereka dipertemukan.
Jihoon bahkan menghindarinya sampai ke luar kota. Ia mengikuti sebuah program di luar kota untuk tidak menemui Ahseul. Saat itu Ahseul pun sibukkan dengan Jimin; pekerjaan dinomorduakan saat bersama Jimin. Namun, saat ini Ahseul harus menghapus Jimin dari hidupnya.
"Jihoon-ah ...."
"Ini kantor, bersikaplah profesional." Tatapan dingin dan acuh mendominasi, ia hendak langsung mengambil jalur kiri sebab Ahseul menghadang jalur lurusnya.
"Aku sudah tidak bersamanya."
Jika Ahseul berniat menghentikan langkah Jihoon maka ia berhasil, sepasang manik Jihoon bahkan tampak menyiratkan sesuatu. Belum berbalik, Jihoon hanya terdiam di posisinya saat Ahseul telah menatap punggungnya kini.
"Itu bukan urusanku."
"Benar-benar berakhir."
"Itu bukan urusanku!" kalimat itu diulang Jihoon dengan perubahan nada, cukup tinggi dan bahkan ia berbalik saat mengucapkannya. Jihoon seolah tak ingin mendengar apapun jika mengenai sosok kekasih Ahseul itu.
"Jadi ... jangan terlalu dingin denganku. Hanya kau yang kumiliki saat ini."
Respon Jihoon tak langsung terlontar, hanya menatap kedua manik Ahseul yang putus asa itu dilakukan Jihoon. Tak lebih, hanya menatapnya saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SCENE (B.T.S)
Фанфик__Park Jimin__ Ketika ia yang kau cintai mengatakan untuk menghancurkan mimpimu Ketika kau harus menghancurkan hatinya demi membiarkan hidup mimpimu Ketika kau harus membuat luka baru demi melupakan rasa sakit pada luka lainnya __Lee Ahseul__ Keti...