Tak ada kata menunggu lagi bagi Jimin untuk saat ini. Tak ada bersikap dengan kepala dingin lagi baginya saat ini, kala Ahseul tak menjawab segala komunikasi yang ia lakukan. Bukan hanya beberapa jam, tapi semalaman. Semalaman penuh Ahseul tak ada kabar atau pun sekedar jawaban atas panggilannya.
Berkat jadwalnya yang masih terisi saat tengah malam membuat Jimin tak mampu berkunjung langsung ke apartemen Ahseul setelah acara comeback selesai. Hal itu pun mengganggunya, ia tahu Ahseul staf dari acaranya ini tetapi gadisnya itu bahkan tak terlihat saat akhir acara. Keberadaan Ahseul yang tak berada dalam jangkauannya sungguh menjadi hal yang sangat Jimin benci.
Hari berganti, saat matahari belum sepenuhnya naik, Jimin sudah berada di apartemen Ahseul setelah jadwalnya selesai. Taksi menjadi transportasinya menuju ke sana di pukul 5 pagi. Jimin tak ingin hanya karena dirinya, manajer serta para membernya ikut mengantar. Sebenarnya, ia juga memiliki jadwal hari ini dan kedatangannya ke rumah Ahseul pun sempat ditentang. Namun, dengan seluruh kemampuannya ia berhasil memujuk Sejin dan berkat bantuan Jin pula yang ikut meyakinkan manajer mereka yang satu itu untuk percaya pada Jimin.
Hingga Jimin pun berada di sini, menaiki tangga dengan langkah besar dan cepatnya. Kata sandi yang tak pernah berubah menjadi kunci Jimin tak menemui kesulitan di sana.
“Seul-ah! Seul-ah!!” setiap sudut Jimin lancarkan tatapan elangnya, tak ingin melewatkan keberadaan Ahseul.
Seruan akan nama Ahseul tak berhenti bergema pula di apartemen itu, sampai Jimin menyadari bahwa Ahseul tak ada di sana. Apartemennya kosong, Ahseul tak pulang. Helaan napas berat dan kasar dari Jimin terdengar begitu frustasi, bergerak bersamaan dengan gerakan tangannya menyibakkan rambut blonde-nya itu ke belakang. Kembali, ponsel menjadi senjatanya di sana. Panggilan kembali diluncurkan pada gadisnya yang tak kunjung ia temui. Nihil, jawabannya masih sama. Jimin masih tak mengetauhi keberadaan Ahseul.
Jimin tak mempunyai waktu saat ini, bahkan untuk berdiam dan memikirkan bagaimana cara untuk bertemu Ahseul. Ia ingin terus bergerak, apapun itu. Dengan cepat Jimin melangkah kembali ke arah pintu, memakai sepatunya secepat yang ia bisa.
Sampai Jimin berbalik tepat saat suara khas pintu yang terbuka itu terdengar, Ahseul masuk di sana. Tepat di hadapan Jimin yang baru saja hendak keluar, hinggabertemunya tatapan keduanya.
“Hei! Lee Ahseul!” seruan kekesalan itu ditunjukkan Jimin seraya memperdekat selangkah ke arah Ahseul dan menarik gadisnya itu cepat ke dalam dekapannya.
“Kau dari mana?! Kenapa tak menganggkat panggilanku?” masih setia akan posisinya, Jimin melampiaskan rasa frustasinya di sana.
Cukup lama keduanya bertahan pada posisi itu. Pelukan yang seolah menjadi sumber oksigen bagi Jimin. Lihatlah, bagaimana Jimin sudah mulai bisa bernapas kini. Kelegaan merasukinya cepat kala sosok Ahseul berada dihadapannya. Namun, bungkamnya Ahseul di sana menjadi alasan Jimin melepaskan pelukan itu. Bahkan Ahseul tak membalas pelukannya.
“Kenapa? Ada apa? Kau tidak pulang semalaman?” Jimin memegang kedua pundak Ahseul di sana, sedikit menundukkan kepalanya agar Ahseul tak perlu mendongak menatapnya. Ahseul sudah menatapnya di sana, bahkan sebelum ia menatap Ahseul. Namun, tak ada jawaban di sana. Jimin tak mengetahui apapun, yang dirasakan gadisnya di sana. Hanya tatapan kosong.
“Seul-ah, apa terjadi sesuatu?” pelan kali ini suara Jimin, melembutkannya sebisa mungkin sambil terus mencari jawaban dari tatapan itu. Jimin kembali mengetahui bahwa sesuatu telah terjadi, dan Jimin kembali tidak mengetahui apa alasan gadisnya seperti ini. Inilah batas Jimin.
“Aku mengantuk ....” begitu lemah suara itu terucap, kelelahan dapat Jimin lihat di sana. Lingkar hitam serta sembabnya mata Ahseul mulai menjadi pusat atensinya kini. Helaan napas sempat tercipta dari Jimin, ia masih harus mencari tahu mengapa Ahseul seperti ini. Tetapi, kondisi Ahseul menahan segala rasa penasarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SCENE (B.T.S)
Fiksi Penggemar__Park Jimin__ Ketika ia yang kau cintai mengatakan untuk menghancurkan mimpimu Ketika kau harus menghancurkan hatinya demi membiarkan hidup mimpimu Ketika kau harus membuat luka baru demi melupakan rasa sakit pada luka lainnya __Lee Ahseul__ Keti...