21

439 51 0
                                    

"Aduh, kok gua deg-degan gini sih." Ucap Mutia yang menguatkan dirinya di depan Cermin sambil menunggu kedatangan Adit.

"Lu mau kemana? Rapih banget." Mutia di kejutkan oleh seseorang yg baru saja masuk kamarnya yg tanpa Mutia sadar.

"Hih kaka! ngagetin aja." Celetuk Mutia.

          Mutia memainkan jemarinya di atas meja rias. Mengetuk dengan berirama, terlihat seperti orang gugup.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Vina yg melihat adiknya itu bertingkah aneh.

       Mutia tidak menjawab, ia menghembuskan nafas panjang. Kemudian menyesuaikan nafasnya, agar tidak terlihat gugup. Namun, suara motor yg berhenti di depan rumahnya itu malah membuat gugupnya semakin jadi. Jantungnya berdebar lebih hebat. Badannya seakan-akan bergetar.

"Siapa itu?" Tanya Vina pada diri sendiri, yg kemudian keluar untuk melihat siapa yg datang.

        Mutia merapihkan pakaiannya. Mengusap keringat di dahinya. Mengatur nafasnya. Dan meyakinkan dirinya. Supaya tidak terlihat gugup.

"Dee! ada Adit tuh! Lu mau kemana?" Ucap Vina yang menongolkan kepalanya di ambang pintu.

"Mau jalan ka." Ucap Mutia terburu-buru keluar tidak memperdulikan kakanya.

        Mutia mengintip perlahan lewat jendela, dia mendapati seseorang yg sedang duduk dengan mengenakan jaket berwarna biru dongker dan topi baseball yg di kebelakangkan. Mutia meneguk ludah. Penampilan Adit sangat membuat jantung Mutia semakin berdegub kencang tak karuan.

Adit menengokkan kepalanya, saat terdengar suara engsel pintu berdenyit pelan.

"Hai mut! Yuk berangkat." Sapa Adit.

       Mutia tidak menjawab. Dia hanya menganggukan kepalanya. Adit berjalan menuju motor kesayangannya itu dan langsung mengenakan helm.

        Seperti biasa, Adit menjulurkan tangannya sebagai pemandu Mutia untuk menaiki motornya.

        Adit mengendarai motornya menuju sebuah tempat pembelanjaan. Selama perjalanan, Adit tidak mengeluarkan kata apapun begitu juga dengan Mutia. Sampai akhirnya mereka tiba. Mutia turun, Adit melepaskan helmnya dan merapihkan kembali topinya.

"Yuk." Adit menggenggam jemari Mutia.

        Mutia mematung. Kejadian yg terulang, Adit terus berjalan sambil menggenggam jemari Mutia, namun dia tertahan karna Mutia tidak mengikuti langkahnya, melainkan hanya berdiam diri.

"Oh Sorry! Takut ilang kalo gak dipegangin." Ucap Adit yg kemudian melepaskan genggamannya.

       Mutia berjalan di samping Adit. Masih belum ada kata-kata yg keluar dari bibir Mutia. Entah apa yg membuat Mutia membisu seperti ini.

        Adit berjalan ke salah satu tempat makan terlebih dahulu, Mutia hanya mengikuti Adit. Adit memilih tempat yg sepi pengunjung, bisa di bilang Adit memilih tempat dengan harga yg tinggi.

"Makan disini gapapa kan?" Tanya Adit saat mereka sudah duduk berhadapan.

Mutia kembali mengangguk.

Story Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang