Mutia pergi ke toilet. Untuk mencuci wajahnya. Karna dia tidak ingin teman-temannya tau kalau dia habis menangis.
"Mutia? Lu kenapa?" Mutia di kejutkan oleh seorang perempuan yg sedang menunggu di luar toilet.
Mutia langsung memeluk perempuan itu, dan dia mencoba untuk menceritakan semuanya sambil menangis kembali.
"Gua udah coba ngeberaniin diri gua fa. Gua belajar dari pengalaman lu fa. Tapi, tapii.." Mutia mengingat sebentar kejadian yg tadi dia lihat.
"Tapi kenapa mut? Yuk duduk di depan aja. Lu ceritain semuanya dari awal yah." Syifa merangkul Mutia dan mengajak Mutia ke bangku depan halaman Naufan.
"Kemarin malem Adit ngasih gua pertanyaan. Dia bilang 'boleh ga gua jadi siapa-siapa lu?' Awalnya gua kira dia bercanda, tapi dia mastiin sekali lagi pas di kelas. Dia ngomong begitu tapi kali ini lebih serius. Adit bilang gua boleh pikir-pikir lagi sampe gua yakin, dan dia bakal tunggu jawaban dari gua malam ini, disini! Setelah gua ngeyakinin diri gua, dan emang pada dasarnya gua sayang sama dia, malam ini gua akan jawab pertanyaan dia. Dan mungkin malam ini gua bakal jadian sama dia. Tapi-" Kata-kata Mutia terhenti karna dia tidak bisa menahan tangisannya ketika mengingat kejadian tadi.
Syifa mengelus lengan Mutia untuk menguatkan Mutia. Syifa pun tersenyum ke Mutia. Ia melakukan apa yang Mutia lakukan kepadanya beberapa hari lalu. Mutia menarik nafas dalam-dalam kemudian perlahan-lahan dia keluarkan.
"Adit, dia pelukan sama Gisel dan itu gua liat pake mata kepala gua sendiri fa." Mutia kembali menangis.
"Awalnya gua fikir Adit ga bakal ngebales pelukan Gisel. Nyatanya, Adit ga sama kaya apa yg gua fikirin. Dan itu rasanya sakit banget fa."
"Mungkin ga begitu maksud Adit. Lu harus dengerin dulu penjelasan Adit mut kalau lu mau tau yg sebenarnya." Syifa berusaha menenangkan Mutia.
"Yg sebenarnya? Maksud lu, gua harus tau yg sebenarnya kalau mereka bakal balikan, iya? Cukup fa. Cukup sampai sini aja. Semakin gua sayang sama Adit semakin besar sakit yg gua terima. Gua harus tau diri! Adit itu siapa dan gua itu siapa." Kali ini Mutia sudah berhenti menangis.
"Tapi Mut kalau lu ngambil keputusan terlalu cepat, lu bakal nyesel mut. Sama kaya apa yg gua lakuin dulu."
Mutia terdiam.
"Ini bisa kita selesain bareng-bareng mut. Nanti biar gua omongin Aditnya. Lu tenang aja, gua bakal bantuin lu. Gua tau, Lu sama Adit itu saling mencintai dan gua yakin kalian pasti bakal bersatu. Apapun itu caranya." Lanjut Syifa sambil meyakinkan Mutia.
"Makasih fa." Mutia tersenyum kemudian memeluk Syifa tanpa canggung.
"Yaudah jangan sedih-sedih lagi. Mending lu masuk gih, acaranya juga belum selesai tuh. Eh Adit lgi nyanyi tuh. Yuk masuk."
Mutia pun mengangguk dan jalan bersamaan dengan Syifa untuk masuk ke dalam rumah Upan kembali.
"Btw, Adit malem ini ganteng banget ya?" Syifa iseng menyenggol lengan Mutia. Lagi-lagi Mutia hanya mengangguk.
"Kalau di liat-liat. Lu sama Adit cocok banget tau. Dari pada sama Gisel! Hihihi." Lanjut Syifa.
"Apasih fa. Gua mau ke temen-temen gua dulu yah."
"Hahaha okey. Have fun ya! jangan sedih lagi."
"Iyah faa. See youu."
"Dahh."
♡♡♡♡♡
"Adit." Syifa menghampiri Adit yg baru saja turun dari panggung. Suara tepuk tangan masih bergemuruh di ruangan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Love
Fiksi Remaja[COMPLETED] "Ini adalah Sebuah rencana terbaik tuhan untuk memisahkan aku dan dia, sebelum di pertemukan oleh orang yg lebih baik,seperti kamu. Mutiara." Seorang artis terkenal, Aditya. Memiliki hobi menuliskan cerita kehidupannya di laptop. Un...