37

332 41 23
                                    

        Hari ke lima, Mutia dan Adit absen dari sekolah. Semua sudah tau kemana Adit selama ini, tidak ada lagi yg ditutup-tutupi.

"Sepi yah gaada Mutia." Ucap Nara sambil membuka tutup botol minuman dingin yg baru saja dia beli di kantin.

Shenshen berdehem.

"Ohiya! Kita belum tau loh gimana keadaan Adit sekarang." Ucap Adhlia.

"Iya yah, bener juga apa kata Adhlia!"

"Tapi ya ra, ad. Kita mau hubungin siapa coba? Toh nomor Mutia tuh ga bakal aktif. Kita harus ngehubungin nomor mereka yg di Sydney sana." Ucap Shenshen.

"Hmm iya juga sih, bener juga apa kata Shenshen!"

"Halah lu ra ra, dari tadi iya iya bener bener!" Adhlia berbicara dengan mulut yg diperagakan seperti bebek, layaknya orang yg sedang meledek.

"Hehehe. Atuh gua kan benerr."

"Idihh."

"Hai Ra!" Panggilan itu membuat semua pandangan mata tertuju pada asal suara itu.

"Ciee. Ekhem yg baru balikan ini, ga ada rasa-rasa di mulut nih." Celetuk Shenshen sambil mengusap-ngusap lehernya.

"Tau ya ci. Masa ga ada traktiran nih." Tambah Adhlia.

Shenshen tersentak saat Adhlia memanggilnya dengan panggilan 'ci'.
"Tunggu-tunggu.. Kenapa lu jadi manggil gua 'ci'?"

"Biar kaya mami lu hehe. Lagian ya pantes lah, muka lu juga kaya nci-nci matrial gitu."

"Sial lu kalo ngomong!" Shenshen memukul perlahan lengan Adhlia yg masih menertawakannya.

"Ada apa?" Tanya Nara pada Adi yg masih terdiam melihatnya.

"Hah? Engga, engga ada apa-apa." Adi tersenyum lebar.

"Si Nara mah ga peka! Adi tuh kangen sama lu ra, namanya baru balikan, ga ada disampingnya sedetikpun pasti udah ngerasa kangen!" Ucap Adhlia yg terdengar geli di telinga Nara.

"Lebay jasa lu mah!" Celetuk Nara.

"Ad, anterin gua bayar Spp yuk, biar kita ga ganggu yg baru balikan!" Ajak Shenshen melirik ke arah Nara dan Adi.

"Gua juga mau bayar spp. Ikutttt." Ucap Nara yg terdengar seperti memohon.

"Yaudah ra, gua ke kantin dulu ya. Maaf udah ganggu lu." Adi tersenyum dan berbalik badan meninggalkan Nara.

"Parah amat lu ra! Adi marah tuh sama lu!" Shenshen memarahi Nara, karna menurutnya apa yg dilakukan Nara ini salah.

"Iih atuh gua mah biasa aja, ngusir juga engga. Kalo dia mau ikut ya tinggal ikut."

"Udahlah ayo katanya mau bayar spp! Sekalian gua mau ketemu Aldi nih!"

"Najis!"

"Hahaha."

♡♡♡♡♡

       Sungguh, Menerima kenyataan, tak semudah membalik telapak tangan. Eric masih belum terima jika Mutiara, Wanita yg sangat dicintainya sejak dulu sudah jadi milik orang lain. Selalu ada dendam yg tersimpan dilubuk hati Eric. Menurutnya, saat ini bukan waktu yg tepat untuk membalaskan dendamnya. Tapi, setiap perilaku buruk manusia, pasti ada sisi baiknya. Terselip keinginan baik Eric untuk bergabung dengan yg lainnya. Tapi, dia masih ragu. Karna dia sadar, apa yg selama ini dia lakukan memang benar-benar keterlaluan.

"Ric." Aldo menghalangi jalan Eric yg ingin ke bangkunya.

"Haa?" Eric mengangkat dagunya.

Story Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang