Save Me (part 1/2)

5.7K 479 45
                                    



"Itu dia! Cepat kejar! Jangan sampai lolos!"

Suara beberapa derap langkah kaki yang mengejarku semakin terdengar nyaring. Tidak... aku tidak boleh tertangkap dan mati sia-sia seperti ini!

Aku mempercepat gerakanku. Mencoba kabur dari gerombolan pria berjaket kulit hitam dengan masker hitam yang menutupi wajah mereka. Mereka bersenjata dan aku tangan kosong. Aku benar-benar tak boleh lengah.

Suara mereka mulai lenyap seiring aku berbelok ke jalan kecil, sempit, dan becek. Semakin dalam aku masuk, suara mereka semakin tidak terdengar. Kakiku sudah benar-benar tak sanggup untuk melangkah. Tetapi aku tak boleh berhenti. Aku harus kabur.

Srek!

"Aaaa!" Aku menjerit tertahan begitu terperosok ke dalam lubang galian.

Drap! Drap! Drap!

Suara derapan langkah kaki mereka kembali terdengar. Aku menutup mulutku dengan kedua tangan dan merapatkan tubuhku ke bagian galian yang tertupi.

"Kami tak menemukannya boss."

"Cepat cari dan temukan dia! Dia harus menikah denganku atau mati di tanganku!"

Deg!

Suara itu... Jadi... dia pelakunya?

Tidak!

Itu tidak mungkin!

Mingyu Oppa tak mungkin melakukan ini padaku dan keluargaku! Mingyu Oppa sudah seperti kakakku. Dia tak mungkin melakukan ini. Iya kan?

Derap langkah kaki mereka mulai terdengar menjauh. Aku melemaskan tubuhku dan menangis sejadi-jadinya.

Kenapa?

Kenapa semua ini harus terjadi padaku?

Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana mereka membunuh kedua orang tuaku dengan keji. Aku juga harus kabur agar tak terbunuh. Dan sekarang... aku mengetahui bahwa pelakunya orang yang sangat kusayangi dan kupercaya?

Mengapa?

Mengapa dunia sekejam ini?

***

"Cepat pergi dari sini sayang! Kau tidak boleh mati di sini." Eomma menangkup kedua pipiku dan tersenyum miris. Air mata mengalir dengan jelas di pipinya.

"Tapi... bagaimana dengan eomma dan appa? Aku tidak mau jauh dari kalian." Air mata ikut menetes dari sudut mataku.

Tidak... aku tak boleh meninggalkan mereka yang sudah tak berdaya.

"Biarkan kami di sini. Berjanjilah untuk tetap hidup dan jalani hidupmu dengan baik, eoh?" Ujar appa dengan air mata yang hampir tumpah.

"Tidak... tidak..." Aku menangis dan menggeleng.

"Kami menyayangimu lebih dari apapun nak. Kau tidak boleh bernasib sama dengan kakakmu." Appa dan Eomma mengecup kepalaku bersamaan.

Brak!

"Itu Lee (y/n)! Cepat tangkap!"

"Cepat pergi!"

Aku langsung bangkit dan bergegas kabur lewat jendela besar yang sudah kupecahkan kacanya. Tanganku tergores serpihan kaca. Perih... tapi aku tetap harus kabur.

"Kembali atau orang tuamu akan mati!"

Deg!

Aku menghentikan langkahku dan berbalik. Mereka menodong kedua orang tuaku dengan pisau di leher mereka.

Imagine with SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang