Choi Seungchol & Hong Jisoo - [Choices] 2

1.9K 253 58
                                    

Lanjutannya guys~


Happy reading!^^



~°~°~



Suasana di dalam mobil tak seperti biasanya. Alih-alih hangat, justru terasa panas. Jisoo masih tersenyum, masih menggenggam tanganku dengan lembut ketika berjalan menuju mobil. Tapi, begitu masuk rasanya ada yang berbeda.


Aku memberanikan diri untuk melirik. Jisoo menatap lurus ke depan. Padahal lampu merah sedang bekerja. Biasanya ia akan menatap dan mengajakku bicara. Tapi, kali ini ia hanya melamun.

"Jisoo?" panggilku.

Ia langsung menoleh. "Ya?"

"Hari ini kita akan makan siang di mana?"

"Di rumah," balasnya seraya kembali menatap lurus ke depan. "Ibu meneleponku tadi. Katanya ia ingin bertemu denganmu."

"Ahh, oke ...." Aku mengangguk kemudian melirik ke arah jendela. Niatnya aku ingin meruntuhkan benteng yang tiba-tiba ia bangun di antara kami. Tapi, mendapat respon yang tak biasa darinya membuatku berpikir ulang.

Mungkin ia butuh waktu sendiri.

Aku tahu persis alasan perubahan sikapnya adalah Seungchol. Ia pasti cukup mengerti situasi di antara diriku dengan Seungchol.

Memang aku tak pernah mengenalkan mereka. Bahkan ketika kami bertemu di pantai tempo hari, aku tak mengatakan pada Jisoo bahwa Seungchol adalah orang yang kuceritakan padanya. Tapi, Jisoo cukup dewasa untuk mengenali situasi. Ia pasti bisa menebak.

Keheningan itu bertahan sampai kami tiba di rumah Jisoo. Ini pertama kalinya aku datang. Sungguh rumah yang super mewah.

Sebenarnya tak jauh berbeda dari tempat tinggalku. Kurasa luasnya sama, hanya saja rumah Jisoo memiliki halaman lebih luas. Namun, begitu menginjakkan kaki di sana rasanya berbeda sekali.

Bangunannya terlihat sangat klasik. Memiliki lorong-lorong panjang dengan dominasi warna merah hati. Tampaknya keluarga Jisoo sangat menyukai seni. Ada banyak lukisan naturalis di lorong. Ada juga beberapa lukisan abstrak yang disimpan di tempat berbeda, diurutkan berdasarkan warna dominan.

Tak hanya seni lukis, tampaknya keluarga Jisoo juga menyukai musik. Di ruang tamu terdapat gramofon dan rak khusus berisi piringan hitam. Bahkan, aku sempat melihat sebuah studio dengan beragam alat musik. Tidak heran jika dulunya Jisoo menjadi penyiar radio yang selera musiknya sangat bagus. Ia bahkan jatuh cinta padaku karena suara.

"Hai, apa kabar?" sapa Nyonya Hong yang baru datang dari dapur. Ia langsung menyambutku dengan pelukan hangat. Rasanya nyaman sekali. Mungkin karena aku sudah lama tidak merasakan pelukan seorang ibu.

"Ibu apa kabar?" tanyaku setelah ia melepas pelukannya.

Dengan senyuman cerah ia menjawab, "Tentu baik-baik saja. Apalagi menantuku mau repot-repot datang. Tunggu sebentar ya? Aku masih harus menyiapkan makanannya."

"Ohh, biar kubantu."

"Kau bisa memasak?"

Aku tersenyum malu. "Sedikit."

"Tidak papa, Ibu akan mengajarimu," ucapnya kemudian merangkul bahuku dan menuntunku ke dapur.

Kami disibukkan oleh banyak hal di sana. Waktu berjalan sangat cepat, namun menyenangkan. Rasa-rasanya hanya ada kami berdua di rumah itu.

Imagine with SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang