[Jeon Wonwoo] - Wish

3.8K 352 17
                                    

Maaf yang kemarin salah pencet, belum selesai tulisannya. Bahkan ada bagian yang lompat juga. Maaf banget 😭😭😭


Happy reading!^^



~°~°~



Jeon Wonwoo bukanlah sebuah nama yang asing di telinga warga sekolah. Guru, staff, siswa, penjaga kantin, petugas kebersihan, bahkan petugas keamanan mengenalnya. Bukan karena paras tampan—meski memang tampan—dan bukan juga karena ia berteman dekat dengan siswa-siswa tampan alias most wanted di sekolah, melainkan karena perangainya yang baik.

Jeon Wonwoo adalah orang nomor satu di sekolah. Bukan karena prestasinya yang selangit, tapi karena ia merupakan ketua dari Organisasi Intra Sekolah.

Jeon Wonwoo, orang bilang tampak dingin dan menyebalkan ketika pertama kali dilihat. Namun begitu terlibat pembicaraan ia akan memusnahkan stereotip itu dengan kehangatan dan keramahannya.

Jeon Wonwoo adalah sosok yang bisa dibilang sempurna—meski jelas yang namanya manusia pasti memiliki kekurangan. Namun sosoknya merupakan panutan bagi banyak orang di sekolah. Kecerdasannya dalam menanggapi sesuatu pun seringkali dibanggakan oleh guru-guru.

Ada banyak orang mengantri untuk bertukar pikiran dengannya dalam berbagai masalah. Di sinilah aku, tanpa perlu mengantri, justru ia butuhkan untuk bertukar pikiran. Posisi yang menguntungkan karena bisa berbicara dengan orang semengagumkan dirinya, namun merugikan karena orang-orang jarang melihatku, wakilnya.

"(Y/n), bisakah kau melihat surel OSIS?" tanya Wonwoo begitu memasuki ruang OSIS.

Aku yang kebetulan sedang mencari buku catatan yang tertinggal segera mengangguk. Aku beralih pada komputer OSIS dan menyalakannya. Setelah tersambung dengan internet, segera kuperiksa surel masuk.

"Ohh! Ada undangan," ucapku kemudian melirik ke arahnya, "tapi aku belum pernah mendengar nama sekolahnya."

"Itu di Daegu," ucap Wonwoo sambil mendekatiku. "Mereka mengundang kita untuk studi banding ke sana. Kudengar ada beberapa sekolah yang diundang. Nantinya akan ada diskusi besar juga di sana. Bagaimana menurutmu?"

Wonwoo mencondongkan tubuhnya untuk melihat layar komputer. "Waktunya sangat berdekatan dengan ujian akhir semester. Aku ragu ada pengurus yang mau mewakili."

"Ada," sahutku diikuti kekehan geli, "kita punya pengurus cerdas yang takkan keberatan waktu belajarnya sebelum ujian tersita."

Wonwoo langsung memusatkan perhatiannya padaku. Aku tersenyum meledek sambil menyikut bahunya. "Kaulah, siapa lagi? Lagi pula studi banding begini baiknya memang ketua yang datang."

"Dan wakil," sambungnya. "Temani aku."

"Baiklah kalau kau memaksa," sahutku. "Aku akan meminta Yeji membuat surat pengajuan ke sekolah."

Wonwoo tersenyum tipis dan mengangguk. "Ayo ke kelas, jam istirahat hampir habis."

"Tunggu, aku masih harus mencari buku catatanku," ucapku kemudian mematikan komputer. Pergerakanku itu terhenti ketika Wonwoo tiba-tiba memasangkan kacamatanya di wajahku.

"Matamu minus juga ya? Bukunya ada di hadapanmu."

Aku tersentak. Mataku langsung bergerak mencari tempat yang ia maksudkan. Lalu, kulihat buku catatanku tersimpan rapi di samping komputer.

"Ya ampun, aku tidak lihat!" seruku seraya mengambil buku catatan itu.

"Ayo pergi," ajak Wonwoo kemudian beranjak. Aku mengikutinya di belakang. Sebenarnya kami tidak sekelas, tapi berdekatan.

Imagine with SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang