Lee Jihoon - [Only You] 2

2K 266 32
                                    

Ini dia lanjutannya guys~

Jangan lupa komen ya uwu 😙💕


Happy reading!^^



~°~°~



Perjalanan pulang terasa sangat panjang. Baik aku maupun Jihoon berlum bicara sejak kejadian di rumah sakit tadi. Keheningan itu terasa bahkan sampai kami tiba di rumah.

Aku langsung merapikan tas-tas karton ketika hendak turun. Namun, Jihoon merebutnya dariku. Berinisiatif untuk membawakannya.

"Apa yang kau beli?" tanyanya.

"Perlengkapan bayi," balasku kemudian turun dan masuk ke dalam rumah lebih dulu.

Jihoon mengikuti dari belakang. Aku mendudukkan diri di sofa, bersandar. Berusaha mengistirahatkan punggung yang pegal.

Jihoon langsung pergi ke kamar. Aku menghela napas kemudian memejamkan mata. Kuusap perutku dengan lembut. Berusaha menenangkan diri.

Aku tidak boleh banyak pikiran.

Aku menoleh ketika mendengar suara langkah mendekat. Jihoon duduk di sampingku. Tanpa bicara ia memeluk tubuhku. Kepalanya ia sandarkan di perutku.

"Bagaimana keadaannya?"

Ini pertama kalinya Jihoon menanyakan keadaan bayi kami setelah beberapa minggu. Aku ingin menangis, tapi mati-matian kutahan.

"Jantungnya agak lemah," jawabku. "Tapi dia baik-baik saja."

"Laki-laki?"

"Hmm .... Laki-laki."

Jihoon perlahan mendongakkan kepala. Matanya berkaca-kaca. Membuatku tak mampu menahan air mata.

"Aku kehilangan anakku," ucapnya dengan suara bergetar. "Kuharap aku tidak kehilangan untuk yang kedua kali."

"Ji ...."

Jihoon kembali memelukku. Ia menangis cukup keras. Tangisan itu merobek-robek hatiku. Membuatku ikut menangis sekencang yang ia lakukan.

Ia pasti sangat terpukul. Meski pada awalnya ia tak ingin memiliki anak dari wanita itu, ketika membuahkan hasil tetaplah menjadi anaknya. Kehilangan anak itu sebelum sempat melihatnya pasti membuat Jihoon tertekan.

Aku benci melihatnya seperti ini. Tapi aku tidak bisa menyalahkan siapa pun.

"Maafkan aku," gumamku. "Kalau aku tidak memberi jarak padamu, kau akan punya sandaran sejak hari pertama mendengar kabar itu."

"Tolong jangan tinggalkan aku," balasnya. "Kumohon .... Aku hanya mencintaimu. Aku mencintai anak kita."

Aku tak lagi membalas Jihoon. Hanya memberinya pelukan sampai kami sama-sama merasa lebih baik.


***


Pertanyaanku mengenai Yunseo yang terus mengucapkan kalimat-kalimat aneh terjawab tiga minggu semenjak hari itu. Ia mengembuskan napas terakhirnya di rumah sakit karena tubuhnya tak mampu lagi menahan rasa sakit. Saat itu aku baru tahu bahwa ia mengidap penyakit lambung akut sejak lama. Beberapa hari ke belakang, terjadi kebocoran. Ia harus operasi namun tak berjalan sesuai kehendak.

Jihoon mengurusi pemakaman sejak kemarin. Memenuhi tugas terakhir yang ia miliki sebagai suami Jung Yunseo. Aku ingin sekali memberi penghormatan terakhir. Aku ingin meminta maaf karena telah mengambil waktu Jihoon lebih banyak—merebut haknya. Namun, aku tak bisa pergi ke mana-mana.

Imagine with SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang