Choi Seungchol - [Best Friend]

3.1K 364 43
                                    

Spesial ulang tahun untuk Bapak Seungchol, bias kita semua meskipun gak kita biasin :')

Q: Kak, kok yang lain gak dibikinin spesial ulang tahun sih? Jun aja bias kakak engga.

Karena Seungchol itu spesial. Dia berjasa mengurus dan merawat bias-bias kita yang kelakuannya aduhai, juga melindungi mereka dengan baik. Jadi aku bikin ini sebagai bentuk terima kasih aku untuk dia, meskipun dia gak baca wkwkwk

Dan kebetulan aku ada waktu luang untuk nulisnya. Ini cerita singkat btw :'


Happy reading!^^



~°~°~



"Titip ini ya? Terima kasih!"

Seungchol tersenyum lebar. Ia menaruh ransel dan sepatu sekolahnya kemudian berlarian ke lapangan. Menuju teman-temannya yang memakai seragam basket serupa dengannya; warna dasar putih dengan garis hitam. Yang membedakan dirinya dengan yang lain hanya satu, ia memakai headband. Tanda bahwa dirinya adalah sang kapten.

Begitu sampai di tengah lapangan, Seungchol membalikkan tubuh. Ia tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang rapi dan melambaikan tangan padaku—satu-satunyan penonton—yang duduk di kursi penonton bagian atas.

Aku menaruh ransel dan jaketku di samping, bersebelahan dengan ransel hitam Seungchol dan seragam sekolahnya yang ditaruh di atas ransel. Karena seragam itu dilipat sembarangan dan ditaruh begitu saja, aku berinisiatif untuk membenarkan lipatan seragam itu agar tidak kusut.

Suara peluit menandakan bahwa latihan tim basket dimulai. Setelah berdoa dan mengeluarkan sepatah dua patah kata pada anggota lainnya, Seungchol kembali menoleh padaku dan tersenyum. Membuatku tak ayal tertawa karena perubahan sikapnya yang drastis.

Ia tampak berkarisma di hadapan teman-temannya. Tapi, begitu melihatku ia berubah seperti bayi. Menggemaskan dan banyak tertawa.

Selama kurang lebih tiga jam, aku menunggunya latihan. Melihatnya melakukan peregangan, berlatih beberapa teknik penting bersama yang lain, juga mencoba praktek.

Keringat mulai membasahi tubuhnya dan ia sudah tampak lelah. Setelah sedikit berdiskusi, seluruh anggota basket membubarkan diri. Sebagian memilih berbaring di lapangan indoor itu, sebagian duduk di pinggir, sebagian lagi langsung mengganti pakaian dan pulang.

Seungchol sempat berbaring sejenak di lapangan. Namun ia segera bangkit dan menghampiriku dengan senyum lebarnya. Ia menyingkirkan ranselku dan juga barang-barangnya kemudian berbaring di kursi penonton dengan kepala di atas pahaku.

"Ohh Tuhan, aku lelah," ucapnya seraya memejamkan mata. "Biarkan aku istirahat lima belas menit saja."

Aku dibuat terkekeh. Dengan sendirinya tanganku bergerak merapikan rambutnya yang berantakan dan menutupi dahi berkeringatnya.

"Kau harus minum dulu sebelum beristirahat, Seungchol," ucapku. "Kau bisa dehidrasi karena kehilangan banyak cairan tubuh."

"Ahh ... nanti saja." Ia mengubah posisinya menjadi menyamping. Melihat itu aku hanya tersenyum. Membiarkannya beristirahat sejenak di pangkuanku.

Ketika ia merubah posisinya lagi menjadi terlentang dan perlahan membuka mata, aku bertanya, "Sudah? Mau minum sekarang?"

Ia tiba-tiba tersenyum. Senyuman itu perlahan melebar hingga berubah menjadi kekehan kecil.

Imagine with SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang