Lee Jihoon - [Only You] 1

2.3K 270 29
                                    

Yuhu~

I'm back with another sad story(?)

Harusnya aku update oneshoot ngurut dari 95L ke 96L, dst. Tapi tiba-tiba dapet mood buat nulis ini dan berhubung belum selesai nulis cerita ber-chapter, aku publish deh buat nemenin kalian.

Ohh ya aku mau bikin oneshoot semua member satu-satu nih, tapi baru kepikiran 95L+Woozi+Jun. Kalau ada yang mau request genre dari member lain boleh ya komen~

Btw ini panjang sumpah jadi kubagi dua tapi update langsung kok 😭😭😭


Happy reading!^^



~°~°~



Aku menatap kedua bola matanya yang memerah. Air mataku turun ketika setetes turun dari matanya. Sakit .... Aku benci melihatnya terluka seperti ini.

"Jihoon," panggilku pelan.

Pria itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukanku. Isakan pedih keluar dari bibir manisnya. Membuat dadaku semakin sesak.

"Bodoh," ucapnya pelan. "Mereka semua bodoh. Aku benci mereka."

Aku memejamkan mataku dan memeluknya erat. Aku juga benci pada mereka karena membuatmu seperti ini. Tapi, aku tak bisa melakukan apa-apa.

"Aku tidak ingin pergi," ucapnya. "Aku tidak mau meninggalkanmu."

"Aku juga tidak ingin kau pergi," balasku dengan suara bergetar. "Aku juga tidak ingin kau meninggalkanku."

Jihoon perlahan melepas pelukan itu. Kedua bola matanya menatapku dalam. Tangannya terulur untuk mengusap air mataku.

"Aku akan tetap menikahimu. Bagaimanapun caranya .... Aku hanya ingin menghabiskan sisa umurku bersamamu." Jihoon memaksakan senyum. Dari raut wajahnya bisa kulihat bahwa ia kesulitan untuk mengungkap kalimat selanjutnya.

Kuyakini ... adalah sesuatu yang tak menyenangkan.

"Apa kau mengizinkanku untuk melakukan apa yang mereka inginkan agar mereka diam?" tanyanya pelan. Sangat pelan .... Seolah ia tak ingin mengatakannya.

Perlahan tanganku terulur untuk menghapus air matanya. Dengan senyuman yang dipaksakan aku mengiyakan, "Tidak papa. Asalkan kau tidak terluka lagi dan kita hidup bersama."

Jihoon kembali menarikku ke dalam pelukannya. "Jika bukan kamu, aku tidak tahu harus melakukan apa. Karena aku kehilangan alasanku untuk tetap tersenyum."

Aku memejamkan mataku dan membalas pelukannya. Tuhan, tolong biarkan keegoisanku kali ini.


***


Hari itu datang.

Hari di mana Jihoon harus mengikuti kata-kata orang tuanya agar mereka tak lagi mengusikku.

Hari yang tak pernah kuinginkan kehadirannya.

Aku menatap undangan pernikahan dengan nama Jihoon dan wanita lain—Jung Yunseo—yang tergeletak di atas meja. Kutatap ponsel yang kutaruh di sampingnya. Bodoh memang mengharapkan Jihoon meneleponku di hari pernikahannya.

Imagine with SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang