Jiyong pov“Kelasku telah berakhir, aku berada di kelas” –My Daraling-
Senyumku mengembang membaca pesannya. Sebenarnya, aku benar-benar merasa malu padanya. Aku selalu membuatnya kesal yang mungkin hampir setiap hari, karena otak bodohku yang selalu lupa dengan jadwal yang akan aku lakukan selanjutnya.
Jangan hanya salahkan aku, salahkan pula jadwal padatku yang mengharuskanku sibuk dengan duniaku sehingga aku melupakan istri tercintaku. Ahh, kapan terakhir kali aku bermain dengannya? Aku benar-benar merindukan masa dimana aku masih tak serumah dengannya.
Bukan aku menyesal telah bersama dengannya sekarang, aku hanya merasa, setelah ia berada di jarak dekatku, aku tak lagi memiliki waktu spesial seperti sebelumnya, dimana aku memiliki jadwal untuk mengunjunginya di Filipina, dan itu secara berkala.Aku mendongak untuk melihat para mahasiswaku yang tengah mengerjakan test yang aku berikan. Aku mencintai pekerjaan ini, dan itu alasan mengapa aku masih bertahan, meskipun Dara berada satu Universitas denganku. Dan dengan peraturan larangan adanya hubungan antara dosen dan mahasiswa mengharuskanku menjaga jarak dengannya.
Keputusan ini diambil olehku karena Dara telah memasuki umur 20 tahun di tahun ini, sehingga aku bisa mengambilnya dari kedua orang tuanya. Itu perjanjian diantara kami berdua. Setelah Dara menginjak umur 20 tahun, ia akan hidup denganku dan berada dibawah tanggung jawabku. Segala keperluan dan kebutuhannya aku yang menanggungnya. Begitupun dengan keputusan yang harus ia ambil, harus disetujui olehku juga.
Aku menatap ruang kelasku yang tengah mengerjakan test yang aku berikan.
“Waktu kalian hanya tersisa 10 menit lagi” ucapku mengumumkan pada mereka bahwa waktu mereka tak lagi lama. Beberapa orang menggeram kesal.
Aku kembali melirik ponselku, menatap wallpaper yang aku gunakan, photo pernikahan kita. Ia begitu cantik dengan gaun selututnya. Terlihat muda dan mengagumkan. Aku harap ia tak menyesal telah memutuskan untuk tinggal dan hidup bersamaku hingga sisa umurnya. Mengingat ia masih terlalu muda untuk ada disebuah hubungan yang berat ini.
Aku egois, dengan meminta menghabiskan waktunya, sampai sisa hidup kita berdua. Dan aku tak ingin ia merasa terkekang, dengan adanya diriku dihidupnya dan merasa tidak nyaman sehingga ia memutuskan untuk pergi meninggalkanku. Maka dari itu, aku menahan rasa cemburuku, rasa tak sukaku setiap kali ia meminta izin ingin pergi ke sebuah tempat bersama teman-temannya. Ia masih memiliki hak untuk bisa bermain dengan teman-temannya.
“Mr. Kwon” aku mengangkat kepalaku, ia tersenyum manis kearahku membuatku ikut tersenyum ramah.
“Kau sudah selesai?” tanyaku, ia hanya mengangguk dengan aku yang mengambil kertas yang ia berikan, “Kau bisa keluar” ucapku yang dibalas dengn anggukan kepalanya namun gadis itu masih diam di tempat membuatku mengerutkan keningnya, “Ada apa Miss?” tanyaku karena ia bahkan tidak bergerak, hanya diam dengan senyum diwajahnya.
“Apakah kau memiliki waktu sore ini? Aku ingin kau mengajarkanku secara privasi, karena ada beberapa materi yang belum aku pahami” ucapnya, ia mengaitkan rambutnya ke belakang telinga dengan rona merah di wajahnya.
“Well... kau bisa mendatangi Miss Park. Jika kau ingin seseorang mengajari materi yang tak kau pahami, kau bisa menemuinya ia cukup mengerti dengan materi yang aku berikan. Aku yakin dia bisa mengajarimu” ucapku, beberapa mahasiswa pernah memintaku untuk mengajarinya secara private namun mereka berakhir dengan menggodaku.
Raut wajahnya berubah kecewa, aku tahu itu, ia hanya menjadikan alasan agar ia bisa dekat denganku. Bukankah sudah jelas bahwa mahasiswa dan dosen tidak diizinkan untuk berkencan? Ada apa dengan peraturan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Janus
FanfictionJust like a janus who has two face. Sandara membenci pria itu hingga keujung rambutnya. Sandara mencintainya dengan seluruh hatinya. Sandara Park. 20. Mahasiswi semester 2. Asisten dosen Kwon Jiyong. Dosen musik di Universitasnya. Dosen yang menjadi...