Mr. Kwon

1K 135 43
                                    

Kwon Jiyong berjalan cepat di lorong studio, hari ini ia harus berlatih untuk penampilan mereka minggu depan. Setelah lulus strata duanya satu tahun yang lalu ia bergabung dengan anggota Orkestra dan baru beberapa minggu yang lalu ia terpilih menjadi kondaktur Orkestra, tidak secepat itu dan semudah yang kalian bayangkan. Kwon Jiyong harus merelakan waktu bermesraan dengan istrinya tercinta agar menjadi seorang kondaktur seperti ayahnya.

Dan lagi ia memiliki perusahaan seni yang harus ia urus, sebuah perusahaan yang dibuat oleh kakeknya beberapa tahun yang lalu. Bahkan itu yang menjadi alasan seorang Kwon Jiyong mencintai seni.

Jadwalnya benar-benar berantakan sejak ia masuk ke Orkestra. Ditambah jadwal yang padat diuniversitas. Alasan Jiyong menjadi seorang dosen adalah karena ia ingin merasakan hal yang baru dan ia ingin berbagi dengan ilmunya. Jangan salahkan gen yang diberikan oleh neneknya, neneknya seorang pengajar dan ibunya ... ibunya adalah seorang koki di sebuah restaurant terkenal. Ia juga memiliki restaurantnya sendiri.

“Latihan hari ini dicukupkan. Terima kasih atas kerja keras kalian” ucap Jiyong membungkuk dengan senyum diwajahnya. Ia menjadi seorang kondaktur untuk para pemula dan Orchestra merekapun baru saja dibentuk beberapa bulan yang lalu.

“Apakah kau akan langsung pulang?” tanya Yongbae, pianis andalan yang berada di teamnya.

Jiyong mengangkat bahunya, “Istriku sedang tak dirumah, mungkin aku akan pergi berbelanja terlebih dahulu sebelum kembali” ucap Jiyong. Yongbae hanya menatapnya, “Ada apa dengan tatapan itu?” tanya Jiyong merasa risih dengan tatapan yang diberikan seorang Dong Yongbae.

Pria itu menggeleng, “Bagaimana rasanya menikah muda? Kau menikah saat umurmu bahkan sangat muda, bagaimana rasanya memiliki seseorang yang menunggumu di rumah?” tanya Yongbae.

Jiyong menatapnya lalu mengangkat bahu, wajah istrinya melintas membuatnya tersenyum, “Bahagia. Aku bahagia bersamanya. Dan jika kau bertanya apa yang membuatku memutuskan untuk menikah diumurku yang bahkan sangat muda adalah ... Aku tidak ingin kehilangan gadis cantik sepertinya bahkan diumurnya yang tergolong sangat muda. Aku ingin menikahinya walau dengan banyak persyaratan” ucap Jiyong menjelaskan.

“Kau sangat mencintainya, huh?” tanya Yongbae, Jiyong tersenyum lebar, bahkan Yongbae bisa melihat kilau dimata pria itu.

“Sangat, dan aku tidak pernah menyesal memilihnya menjadi istriku tujuh tahun yang lalu” ucap Jiyong,

“Berapa lama kau berkencan dengannya?” tanya Yongbae ingin tahu, mereka baru dekat beberapa minggu yang lalu dan percakapan mereka seperti ini sebenarnya menjadi awal yang baik untuk keduanya agar dekat satu sama lain karena mereka akan menjadi sebuah team hingga lima tahun yang akan datang. Kontrak yang ditentukan oleh pihak manajemen.

“Aku berkencan dengannya hanya-” Jiyong menghitung jarinya dan kembali mengingat waktu tujuh tahun yang lalu. “Satu minggu? Aku tidak terlalu ingat berapa lama karena aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama” ucap Kwon Jiyong, senyumnya tak pernah pupus saat menceritakan kisahnya dengan istrinya.

Yongbae menganggukkan kepalanya mengerti, pria disampingnya ini terlihat sangat mencintai gadisnya, “Kapan kau akan menikahi Hyorin? Kalian bahkan sudah cukup umur untuk menikah” ucap Jiyong membuat Yongbae merona

“Aish, aku belum memiliki kekuatan untuk melamarnya, ahh bagaimana kau melamar gadismu itu hingga ia ingin menikah dengan pria berumur 19 tahun?” tanya Yongbae

Jiyong mengerutkan keningnya kembali mengingat apa yang terjadi hingga ia dapat menikah dengan gadis yang ia cintai hingga kini. “Menemaninya selama liburan dan melamarnya langsung melalui kedua orang tuanya-” ucap Jiyong bahkan terdengar seperti pertanyaan bagi Yongbae. Pria itu lalu mengangkat bahunya, “Aku tidak terlalu ingat tapi saat kedua orang tuanya mengatakan bahwa kami akan menikah aku hanya dapat berteriak dan melompat bahagia” ucap Jiyong
Yongbae tertawa mendengar ucapan Jiyong, “Bahkan diumurmu saat itu seharusnya kau berbahagia karena diterima oleh kekasihmu bukan diterima untuk menjadi suami seseorang” ucap Yongbae, Jiyong meliriknya laku tertawa kecil

Entah apa yang membuatnya ingin menikah dengan cepat saat itu tapi yang dapat ia rasakan kini ia begitu bahagia. Melihat wajah malaikat istrinya saat bangun tidur. Memeluk tubuhnya. Mencium bibir mungil itu dan bermain bersama gadis itu.

“Apakah ia masih kekanakan?” tanya Yongbae

Jiyong meliriknya lalu menganggukkan kepalanya, “Terkadang gadis itu sangat kekanakan” ucap Jiyong dengan wajah yang cerah.

Jiyong membuka buku agendanya, tersenyum setelah melihat catatan yang ia buat disebuah tanggal tak lama dari sekarang. Tanggal dimana mereka dipersatukan. Tanggal dimana ia mengikat janjinya bersama gadis yang membuatnya menjadi pria yang bahagia walau pada awalnya mereka tak bisa tinggal bersama.

Otaknya kembali merekam ulang kejadian yang bahkan telah berlalu tujuh tahun yang lalu. Moment pertama ia dengan gadisnya. Moment pertama ia melihat gadisnya. Moment pertama ia bertemu dengan gadisnya. “Aku harus pulang, aku memiliki janji dengannya. Sampai jumpa besok Bae-ah”

Yongbae hanya menepuk pundak pria itu, "Ucapkan salamku pada gadismu, dan bawa gadismu ke acara kita minggu depan” ucap Yongbae, Jiyong mengangkat ibu jarinya lalu berlari kearah mobilnya yang terparkir tak jauh.

Ia mengirim pesan pada istrinya mengatakan ia akan segera pulang. Ia tersenyum melihat jawaban yang diberikan oleh gadis kecilnya, pria itu menggeleng kepalanya dan melaju setelah memakai sabuk pengaman.

---

Gadis disampingnya menggeliat, membuat pria itu harus membuka matanya akibat sinar mentari yang tak sengaja mengenai kelopaknya yang tertutup saat pria itu bergerak kelain sisi.

Gadis berumur enam tahun lebih muda darinya itu masih bergerak lincah ditidurnya. Bahkan ia beberapa kali merasakan tendangan dan pukulan pada malam hari. Tapi itu tidak membuat pria itu berhenti untuk mencintai gadis dengan mata bulat sempurnanya.

Jiyong membuka matanya, senyumnya merekah saat melihat wajah tenang istri tercintanya, dengan mata tertutup dan bibir yang terbuka sedikit. Ia mendekati wajah cantik itu lalu mengecup bibirnya gemas.

Gadis itu menutup bibirnya lalu bergerak ditidurnya dan kembali terlelap, “Kau tak ada jam kuliah?” tanya Jiyong mencium pipi gadisnya dan memeluk tubuh itu dari belakang, gadis itu menggeleng membuat Jiyong terkekeh.

“Siapkan suamimu ini sarapan, aku yakin kau memiliki jadwal yang padat hari ini baby” ucap Jiyong lalu duduk dengan satu tangan sebagai tumpuan, Gadis itu berbalik dan melihat suaminya tengah tersenyum manis kearahnya, “Bangunlah, aku masih harus pergi ke studio pagi ini” ucap Jiyong menarik tangan gadis itu untuk bangun bersamanya.

“Aku masih mengantuk” rengek gadis itu menarik tanngannya dengan tangan yang lainnya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya hingga kepala.

Jiyong terkekeh lalu memeluk selimut berisi istrinya itu, “Wake up sleepyhead” ucap Jiyong memeluk tubuh itu gemas, senyumnya merekah saat mendengar kekehan pelan dari dalam selimut tebal mereka. “Kau masih tak ingin bangun huh?” ucap Jiyong bangkit dari posisinya.

Ia menggelitik tubuh itu membuat selimut yang membungkus tubuh mungil dengan piyama motif Rillakuma itu terlepas dari tubuhnya. Gadis itu tertawa keras memohon pada pria diatasnya untuk berhenti menggelitiknya.

Suara tawa renyah terdengar menggelegar diruangan dengan cat putih dengan beberapa furnitur berwarna pastel dan abu-abu. Cukup manis dan manly diwaktu yang sama.

Tangan Jiyong berhenti menggelitik tubuh istrinya, ia menarik tangan yang menjulur meminta bantuannya. Ia memeluk tubuh itu setelah berada didepannya. “Aku akan menyiapkan sereal dan susu putih untukmu, kau mandi terlebih dahulu” ucap Jiyong membuat gadis dipelukannya menganggukkan kepalanya.

Gadis itu menjauhkan tubuhnya, menyimpan dagunya di dada prianya, “Morning kiss” pinta gadis itu dengan senyum diwajahnya, Jiyong dengan senyum diwajahnya menunduk untuk memberikan ciuman singkat yang manis untuk istrinya. “Love you babe

---WHAT-IS-NEXT---

JanusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang