Different?

501 98 14
                                    

Matahari mengusik tidur nyenyaknya. Senyuman itu terlihat jelas diwajah tampannya. Kilasan semalam kembali terputar oleh otak kecilnya. Desahan manis Sandara dan erangan tertahannya kembali terputar diotaknya membuat senyum itu semakin mengembang. Ia membuka matanya, istrinya tak lagi disampingnya. Ia melirik jam yang berada diatas meja nakasnya. Pukul 7.30 a.m.

Ia memakai celananya dan memakai jubah mandi miliknya, berjalan kearah dapur dan menemukan sosok yang selalu ia rindukan. Rambut panjang bergelombang itu terlihat mengundang. Gadisnya hanya menggunakan kemeja yang kemarin ia pakai.

Berjalan pelan kearahnya sebelum memeluk tubuh ramping itu, “Good morning Mrs. Kwon” tawa ringan Sandara membuat hatinya berbunga. Ia merindukan sentuhan dan momen seperti ini. Ia merindukan sosok dipelukannya. Ia mengeratkan pelukannya, takut bahwa semalam hanya hasil halusinasinya. Takut bahwa semalam ia hanya bermimpi.

Morning Mr. Kwon” ia membalik tubuh ramping itu sehingga kini mereka berhadapan, “Morning kiss?” tanya gadis itu mendongak, menyimpan dagunya di dada prianya dan mencium dagu runcing  prianya.

Jiyong merunduk untuk memberikan ciuman panjang untuk istrinya, “Apakah aku menyakitimu semalam?” tanya Jiyong, Sandara menggeleng masih kehilangan nafas akibat ciuman memabukan yang diberikan suaminya.

"Hanya terlalu bersemangat" Jiyong bisa mendengar rintihan gadisnya semalam, setiap ia menghujam miliknya lebih dalam, gadisnya itu seperti menahan sakit.

"Aku bisa merasakan perbedaan pada dirimu semalam, apa kau baik-baik saja?" pipi Dara merona mendengar pertanyaan penuh nada khawatir itu keluar dari mulut manis suaminya. Dengan anggukan Sandara menjawabnya, "Hanya katakan padaku jika ada sesuatu yang salah" ucap pria itu sebelum mencium bibir gadisnya lagi.

“Oh God, bisakah kalian kembali keruangan kalian terlebih dahulu?” mata mereka mengarah pada satu wanita yang kini berdiri disamping keduanya, wanita itu mengenakan rok span dengan kemeja putih gadingnya. Dengan bibir merah dan make up yang cukup natural.

“Kau akan berangkat sekarang?” tanya Jiyong melepaskan pelukan mereka, tangannya melingkar sempurna di pinggang istrinya.

Kiko menganggukkan kepalanya, “Kalian memiliki jadwal siang?” tanya Kiko yang dijawab dengan anggukan kepala pasangan di depannya, Kiko mengangguk lalu melirik jam di pergelangan tangannya, “Baiklah, aku akan pergi sekarang, bye” ucapnya lalu pergi dari hadapan mereka.

Ia meninggalkan pasangan itu dengan hati yang cukup berat. Ada perasaan kesal saat melihat momen manis mereka di pagi hari. Betapa Kiko ingin menjambak rambut panjang Sandara dan menarik Jiyong untuk menjadi miliknya saat itu juga.

---

Kejadian semalam dan tadi pagi membuat paginya lebih bersemangat. Dapat dilihat bagaimana Sandara tersenyum dan membalas sapaan yang diberikan kepadanya. Pria itu dapat melihat jelas bagaimana Sandara tersenyum sepanjang perjalanan.

Ia merasakan sakit dan bahagia dalam waktu yang bersamaan, bagaimana pun ia menyukai sosok itu, ia tidak akan bisa memilikinya. Gadis itu telah memiliki seseorang yang mampu membuatnya tersenyum manis seperti itu. Ia hanya berharap bahwa ialah yang membuat senyum memabukan itu.

Ia menghampiri gadis itu dan merangkul pundaknya, “Kau memiliki pagi yang bagus, aku yakin” ucapnya Sandara meliriknya dan tersenyum cerah, “Apa yang terjadi?” tanya Seunghyun membawa tubuh itu berjalan kearah ruang kelas mereka.

“Kau bisa menyebutnya semalam adalah malam terindah kita. Aku dan dia sama-sama merindukan” ucapnya dengan senyum yang tidak pernah meninggalkan wajah cantiknya

Omo” Seunghyun cukup terkejut membuat Sandara berhenti, “Apakah ini... kiss...” Sandara membulatkan matanya, ia menyentuh lehernya dan kupu-kupu diperutnya kembali beratraksi, wajahnya merah padam akibat rasa malu, “Kini aku tahu apa yang kalian lakukan semalam. Apakah ia sangat hebat?” tanya Seunghyun membuat wajah itu semakin memerah.

JanusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang