Become His Assistant

938 136 65
                                        

Sandara berjalan dengan senyum merekah dibibir cherry-nya. Ia sangat bahagia, siapa yang tidak jika pagi-pagi sekali kau disiapkan sarapan diluar dugaan oleh pria yang kau cintai. Semua orang yang melewatinya dapat merasakan rasa bahagia Sandara.

Bom memeluk leher Dara setelah gadis itu sampai di dekatnya, “Kau memancarkan cahaya Ilahi, kau tahu itu?” tanya Bom, Dara hanya terkekeh mendengar ucapan sahabatnya, “Ada apa dengan harimu?” tanya Bom

Dara menggeleng kepalanya, senyum bibir dan rona di pipinya tidak bisa membohongi buncahan kebahagiaan milik sandara. “Baby boy?” tanya Bom membuat rona merah di pipi Sandara semakin menjadi.

Bom menangkup mulutnya dengan kedua tangannya, sudah kukatakan Park Bom selalu bertingkah berlebihan di setiap situasi, “Apa yang pria itu lakukan padamu? Apakah kalian bercinta hingga pagi?” tanya Bom tanpa malu.

Mata bulat itu melebar tidak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya, well meskipun ia berumur 20 tahun tapi bukan berarti ia akan bersikap dewasa. Apalagi di depan kekasihnya, ia adalah gadis kecil yang harus dijaga baik-baik.

Ya!! Apakah yang ada di dalam kepalamu hanya itu?” tanya Dara memukul kepala Bom, Bom terkekeh mendengar ucapan protes dari sahabatnya, apalagi yang bisa membuat seseorang bertingkah seperti itu jika bukan sebuah kejadian di malam hari?

“Lalu apa yang pria itu lakukan padamu hingga kau bertingkah seperti anak baru remaja” tanya Bom kembali menyimpan tangannya di pundak Sandara.

Rona itu kembali terlihat setelah sempat menghilang, “Ia membuatkan sarapan spesial untukku” ucap Sandara kembali terkekeh, mata Bom membulat tidak percaya, apakah ia baru saja mendengar Sandara dibuatkan sarapan oleh kekasihnya?

“Lalu?” tanya Bom karena gadis itu tak dapat melihat hal spesial dari tingkah pria yang sahabatnya itu cintai,

“Ia juga mengantarku ke kampus walau aku melarangnya” ucap Sandara dengan bangga, kening Bom semakin mengkerut. “Oh God bagaimana bisa ia bersikap sangat manis sejak tadi malam?” tanya Dara lebih pada dirinya sendiri, “Ah ani dia selalu bersikap seperti itu setiap harinya. Aku benar-benar menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini karena memiliki pria seperti-“

Beep...Beep...

Sandara mengerutkan keningnya, ia mengambil ponsel dan membuka pesan yang masuk. Bom mencoba untuk mengintip namun Dara lebih cepat darinya. “siapa?” tanya Bom karena melihat perubahan mood dari wajah sahabatnya itu.

“Mr. Kwon” ucapnya dengan nada kesal, Bom menggigit bibir bawahnya. Selalu seperti ini, dosen tampan itu tidak pernah gagal membuat hari seorang Sandara Park hancur. Hanya satu pesan darinya bisa membuat sandara park kesal hingga ujung rambut gadis itu.

Great timing” ucap Bom dengan kekehan yang ia coba tahan, Dara menatapnya tajam, “Apa yang dosen tampan itu katakan?” tanya Bom

“Ia memintaku untuk menyiapkan ruangan yang akan dipakai nanti siang karena ia mungkin akan sedikit terlambat sampai disini” ucap Dara dengan nada malas, “Dan ia meminta kalian membantuku!” ucap Dara melanjutkan.

Ini memang bukan kali pertama Sandara di perintah untuk menyiapkan ruangan yang bahkan telah siap. Mr. Kwon. Dosen tampan yang menjadi dambaan para mahasiswi itu bahkan selalu mengganggu waktunya.

“Apakah kau tidak ingin mengganti posisimu? Bukankah dia selalu membuatmu kesal dara?” tanya Bom, gadis itu meliriknya lalu menatap keatas tampak berfikir dengan caranya sebelum menggeleng kepalanya

“Tidak terima kasih, berkat posisi ini aku bisa dekat dengannya, kalian pasti iri dengan jabatanku sekarang bukan” ucap Dara dengan bangga, ia sangat tahu bagaimana para mahasiswi sangat menginginkan posisinya.

Bagaimana tidak, setelah hampir tiga tahun menjabat sebagai dosen musik diuniversitas itu, baru tahun ini pria bermarga Kwon itu menginginkan seorang asisten. Ia bahkan terbiasa melakukan apapun dengan kedua tangannya karena ia selalu kurang puas dengan hasil orang lain.

Sandara ingat saat pertama kali ditunjuk oleh dosen tampan itu untuk menjadi asisten dosennya. Ia terkejut begitupun dengan mahasiswi lainnya yang telah menjadi senior namun mengambil kompetensi yang sama dengannya.

Banyak bisikan yang diutarakan oleh para senior yang memang mengidolakan dosen tersebut. Melirik Sandara dengan tatapan iri dan benci dapat sandara lihat dengan jelas. Bagaimana mereka memandangnya dengan tatapan membunuh.

“Kau...” dosen tampan yang baru masuk lima menit yang lalu itu menunjuk sandara. Sandara menunjuk dirinya dengan telunjuk mungilnya. Dosen itu mengangguk, “Kau akan menjadi asistenku hingga akhir semestermu” ucap Mr. Kwon membuat mahasiswi yang menjadi mayoritas disana langsung melirik dara terkejut.

Mata bulat itu semakin melebar menatap pria tampan di depan ruang kelasnya, bagaimana bisa? Ia bahkan baru masuk ke semester dua dan kini ia ditunjuk sebagai asisten dosen? Ia bahkan tidak mengerti apa saja yang harus ia lakukan sebagai asisten dosen.

“Tapi-“

“Aku akan memberi tahu peraturannya setelah jam pelajaran ini berakhir jadi kau harus keruanganku setelah ini, arraseo Ms. Park?” ucap pria itu dengan senyum menawannya.

Sandara hanya dapat menganggukkan kepalanya, ia menundukkan kepalanya dengan gigi gemertak, bagaimana bisa pria itu melakukan hal yang diluar dugaan? Ia benar-benar kesal. Pada awalnya ia terkesima melihat pria itu berdiri diruang kelasnya, dengan kemeja dan lengan yang dilipat hingga sikut dan celana satin senada yang ia kenakan membuat tingkat ketampanan pria itu semakin menggila.

“Annyeong, saya Kwon Jiyong, saya akan menjadi dosen kalian di kompetensi ini mohon bantuannya” ucapannya dengan membungkukkan tubuhnya, mahasiswi yang bahkan telah menjadi senior pun terkesima dengan tingkah seorang Kwon Jiyong.
Bagaimana bisa seorang dosen masih membungkukkan tubuhnya di depan mahasiswanya? Apakah ia tidak takut jika mahasiswanya mempermainkannya?

“Sandara Park!!” Dara mengedipkan matanya beberapa kali

“Huh?”

“Kau melamun?” tanya Bom membuat Dara menatap gadis itu seakan gadis itu adalah barang aneh, “Ya!” teriak Park Bom membuat Sandara kembali mengedipkan matanya,

“Apa yang kau katakan?” tanya Dara

Bom memutar matanya, “Kau akan pergi kekantin mengantarku atau ke kelas lebih dulu?” tanya Bom lagi, Dara tampak berfikir sebelum memberikan jawabannya dan mereka berjalan kearah kantin dengan mood buruk Bom.

Satu hal yang paling Park Bom benci adalah diacuhkan. Ia sangat mencintai perhatian maka dari itu kau harus memberinya perhatian jika berada disekitarnya.

---

“Apakah semuanya sudah siap?” tanya Jiyong pada asistennya, gadis itu mengangguk dengan senyum diwajahnya

Ne songsaengnim, semuanya sudah siap” ucap Dara masih dengan senyum diwajahnya, Jiyong tersenyum pada mahasiswanya.

“Kau masih ada kelas?” tanya Jiyong, Sandara menatap pria itu bingung sebelum mengangguk ragu, “Baiklah, terima kasih atas bantuanmu, kau boleh pergi ke kelasmu” ucap jiyong dengan senyum mengagumkannya.

Bom dan yang lainnya pergi meninggalkan Jiyong diruangan itu. Dan saat Dara hendak pergi, Jiyong kembali menariknya, ia melirik sekitar sebelum mencium pipi kiri gadis itu, “Jangan terlalu dekat dengan para pria, arraseo” Dara mengangguk dengan bibir bawah yang digigit menahan senyum yang bisa saja muncul.

---WHAT-IS-NEXT---

JanusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang