Touchy Kwon

705 99 15
                                    

Dara POV

Aku tak tahu apa yang ada didalam fikirannya. Apakah ia mulai lelah dengan pekerjaan mengajarnya? Tapi itu adalah salah satu mimpinya, bisa menginspirasi semua orang. Aku ingat betul setiap ia berada di depan ruang kelasku untuk mengajar sebuah materi.

Ia akan berdiri dengan percaya diri dan menyampaikan ilmunya dengan rinci. Ia akan menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh mahasiswa yang mengajarnya. Aku memang terkadang kesal setengah mati terhadapnya tapi setiap ia berada didalam ruang kelas, ia akan terlihat mempesona dan aku yakin semua mahasiswa akan lupa dengan kekesalannya karena sikap profesionalnya.

Aku pernah bertanya apa cita-citanya sejak kecil, ia menjawab ingin menjadi seseorang yang dapat menginspirasi semua orang. Ia tidak ingin terkenal tapi ia ingin mengispirasi semua orang dan ia membuktikannya dengan menjadi dosen bidang ahlinya.

Tapi kini, bila aku hamil semuanya akan berantakan dan, aku tidak bisa egois. Setidaknya aku ingin memberi ia kesempatan hingga dua atau tiga tahun yang akan datang. Jika bisa aku ingin ia tetap menjadi dosen walaupun kedua orang tuanya cukup tidak setuju.

Dan melihatnya bersama gadis kecil tadi membuatku membayangkan seperti apa jadinya jika ia memiliki gadis kecilnya sendiri, aku ingin memilikinya sesegera mungkin tapi tidak dengan menjadi egois.

Dan mengingat apa yang ia katakan saat aku meminta namhyuk untuk tinggal bersama kami, aku tak yakin aku benar-benar siap dengan itu semua. Aku yakin semuanya akan indah pada waktunya.

"Kau tidak perlu melakukan itu" gumamku saat kami berada di dalam perjalanan, ia melirikku lalu meraih tanganku untuk ia simpan di pangkuannya setelah menciumnya. Aku meliriknya disampingku, senyuman itu begitu menenangkan.

"Apakah itu alasan kau diam sejak tadi, Baby?" tanyanya, aku tak menjawab. Hanya menatap pria penyayang yang rela melakukan apapun untukku. "Aku baik-baik saja dengan itu. Aku juga ingin segera memiliki seseorang diantara kita" ucapnya dengan lembut.

Aku menarik tanganku dan memeluknya, "Kita bicarakan ini nanti, aku tidak ingin terlalu terburu-buru" ucapku dengan dagu berada di pundaknya. Ia menoleh kearahku lalu mencium bibirku sekilas sebelum kembali fokus pada jalanan di depannya.

---

Aku membuka mataku saat merasakan seseorang tengah memperhatikanku. Senyum hangat itu kembali menyambut pagiku. "Morning, Baby" bisiknya dengan suara seraknya yang sexy. Aku tersenyum dan aku yakin rona merah itu berada tepat di pipiku.

"Morning" ucapku. Aku memeluk lehernya dan merendam wajahku di dadanya, "Kau akan pergi ke Universitas?" tanyaku. Ia hanya mengusap rambutku tanpa mengucapkan kalimat apapun. Aku mengangkat kepalaku lalu menatapnya, "Oppa" panggilku

Ia mencium bibirku sekilas, "Entahlah, jika memang ada jadwal mungkin aku akan kesana. Aku masih harus berlatih. Acaranya besok malam" ucapnya, aku tersenyum bangga kearahnya. Ia mewujudkan mimpinya satu lagi. Menjadi seorang direktur musik di orkestra.

"Chukhae" bisikku, ia melirikku dengan alis bertaut, "Karena kau telah menjadi direktur musik di orkestra. Kau sangat bekerja keras untuk itu" ucapku, ia menunjukkan senyum kekanakannya

"Aku masih belum yakin aku akan sukses untuk malam perdanaku. Kau harus datang untuk memberi semangat" ucapnya, aku menganggukkan kepalaku, "Kau ada kelas?" tanyanya, aku menganggukkan kepalaku

"Pukul 9 nanti" ucapku melepaskan pelukan dilehernya, ia melepaskan tangannya di pinggangku, mengikutiku lewat tatapan matanya, "Kau ingin mandi duluan? Pukul berapa kau pergi?" tanyaku

"Siang ini, cukup waktu untuk mandi dan melakukan sesuatu yang dapat membuatmu mendesah" ucapnya sebelum menarikku, aku berteriak terkejut karena aksinya, ia menjebakku diantara lengannya. Ia berada diatasku dengan kedua tangan menahannya.

JanusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang