Good News

669 115 29
                                    

Sejak hari itu Jiyong tidak pernah absen untuk datang ke rumah kedua orang tua Dara. Walau ia tidak setiap hari masuk ke dalam rumah tersebut ia hanya akan datang dan melihat rumah itu dari kejauhan.

Sandara dapat mengenali mobil pria itu. Ia selalu melihatnya di setiap pagi dan malam. Ia bahkan penasaran apakah pria itu tidak pulang atau pulang saat ia terlelap?

Dan hari ini Jiyong kembali ke rumah itu, mencari keberuntungan hari ini agar ia bisa bertemu dengan gadisnya. Nyonya Park tersenyum pada menantunya, ia tanpa diketahui memperhatikan pria itu dari jauh. Bahkan ia meminta seseorang untuk bisa memantau pria itu.

“Kau masih belum menemukan Sandara?” tanya Nyonya Park, Jiyong menatap wanita itu lalu mengangguk, ia cukup malu untuk kembali kehadapan Nyonya Park. Bagaimana tidak, ia telah menyakiti hati anaknya dan ia masih memiliki keberanian untuk kembali pada anaknya itu? Ibu mana yang akan membiarkan anaknya disakiti berulang kali.

“Aku benar-benar bingung mom, kemana aku harus mencarinya. Kau bisa membantuku? Aku mohon bantu aku agar aku bisa bertemu dengannya. Aku benar-benar merasa bersalah padanya, aku benar-benar merasa bodoh. Bahkan eomma dan appa tidak menerimaku sebelum aku bertemu dengan Sandara” ucap Jiyong, ia bahkan terlihat sangat putus asa.

Nyonya Kwon menghubunginya saat terakhir pria itu datang menemuinya sekitar 3 minggu yang lalu. Hari dimana ia datang mecari Sandara dan ia mengatakan bahwa Sandara tak ada dirumah ini. Nyonya Kwon menghubunginya dan meminta maaf padanya. Ia meminta maaf karena Jiyong telah menyakiti hati anaknya dan meminta maaf karena telah mengacaukan hubungan mereka.

Tangan Nyonya Park menyentuh punggung tangan Jiyong, ia cukup kasihan pada pria itu. Hampir 3 minggu ia selalu berada di dalam mobil untuk sekedar tidur sebelum ia bekerja di kantor dan pergi ke studio.

“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Nyonya Park, Jiyong menatap ibu mertuanya, “Aku tahu ini berat bagimu, dan aku dengar kau tak lagi menjadi dosen di universitas dimana Dara kuliah. Aku tahu kau melakukan ini untuknya dan kau tidak sepenuhnya bersalah disini. Kau masih mencintainya?” tanya Nyonya Park dengan suara lembut.

Jiyong mendesah lalu mengangguk, “Aku tidak pernah berhenti untuk mencintainya. Bahkan setelah 7 tahun kita menikah aku tetap mencintainya” ucap Jiyong, “Maka dari itu bantu aku mencarinya mom, aku benar-benar gila tanpanya. Aku bekerja bahkan seperti tidak bekerja. Seberat dan sesibuk apapun aku di kantor dan studio aku masih bisa memikirkannya dan masih bisa merasakan rasa bersalahku padanya. Bagaimana kabarnya, apa yang ia lakukan sekarang, apa ia sudah makan atau belum. Pertanyaan itu terus berputar dikepalaku, bahkan aku sempat berfikir apakah dia telah memiliki pria lain yang dapat membuatnya bahagia? Katakan padaku mom, apakah dia telah bahagia bersama yang lain sekarang?” tanya Jiyong, ia bahkan merengek seperti anak kecil pada Nyonya Park.

“Datanglah ke kamar Dara-“

“Apakah dia ada disini?” tanya Jiyong memotong ucapan Nyonya Park,

Nyonya Park mengangguk, “Dia sama menderitanya denganmu tapi gadis bodoh itu enggan mengakuinya. Kau tahu seberapa bodohnya istrimu itu Jiyong” ucap Nyonya Park, Jiyong dengan senyum diwajahnya mengangguk lalu memeluk Nyonya Park.

Gomawo, jeongmal gomawo” ucap Jiyong dalam pelukan Nyonya Park, Nyonya Park mengangguk dengan mengusap punggung Jiyong.

Pria itu melepaskan pelukannya dan menatap tangga menuju lantai dua dimana tempat kamar dara berada. Ia tahu betul letak kamar istrinya, pintu dengan cat berwarna putih itu menjadi portal yang menghubungkan ruangan luar dan ruangan istrinya.

Ia tersenyum saat melihat pintu itu tertutup dengan rapat. Ia mengetuknya beberapa kali, “Masuklah eomma” itu suara gadisnya. Perasaan bahagia membuncah dalam hatinya, ia membuka pintunya saat gadisnya itu masih mengatakan sesuatu.

JanusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang